KARENA kena efek tanah labil ambles maka sambungan pipa putus. Sehingga sekitar 6.000 pelanggan tak tersaluri air PDAM. Adanya hal demikian, guna memberikan pelayanan prima pada pelanggan, maka PDAM Bojonegoro langsung all out. Tak ada lagi lirik lagunya Pak Haji Rhoma Irama,”Air mata pun mengalir, mata air yang mengering”. Bahkan keesokan harinya, Senin (9/9/2019) mencocokkan hasil investigasi dengan Direktur PDAM Bojonegoro, H Sukahanan SSos, didampingi Kabag Humas PDAM Djoko Siswanto SSos. Dan saat Wartawan Majalah Fakta, Eko Purnomo, menggali informasi di lapangan (TKM = Tempat Kejadian Macet/bukan TKP), seorang warga Bangilan mengatakan,”Mpun beres kok Pak, tadi pagi suarane gembrajak, jam 8 niki rodo iwir-iwir”.
“Memang jauh hari sudah ada pemberitahuan dari Dinas PU yakni untuk melakukan penggeseran, dan sudah kami lakukan. Tetapi itu hanya numpang/ngganjel lha ganjelnya amblek mak mblug pipa besinya katut, sambungan paralonnya putus, maka airnya ya tumpah. Langsung kita kerahkan 15 tenaga skill bidang las dan ahli sambungan, belum lagi tenaga pembantu. Langsung kami tunggui bersama kabag humas untuk menjelaskan kalau ada yang bertanya. Kami langsung memimpin dan mengarahkan bersama bagian teknis, ya bernostalgia ketika sebagai teknis. Bahkan makan pun bergiliran agar pekerjaan tidak berhenti dan segera menormalkan saluran air sebagaimana harapan pelanggan. Jadi itulah kisahnya, termasuk yang kami laporkan pada bupati,” papar Direktur PDAM Bojonegoro yang selalu merespon keluhan pelanggan. “Siapa yang salah ? Tidak ada. Yang penting, bila terjadi hambatan kita atasi lalu selesai ya sudah,” lanjut H Sukahanan SSos.
Kabag Humas PDAM Bojonegoro, Djoko Siswanto SSos, menambahkan, sudah dalam pembenahan total, dengan besaran pipa 10 dim, sepanjang 20 meter (3,5 lonjor). “Bagi masyarakat/pelanggan bila ada keluhan tentang pelayanan kami, silahkan disampaikan langsung, termasuk bila ada saluran PDAM yang bocor silahkan memberi kabar agar secepatnya PDAM segera melaksanakan pembenahan. Tapi karena adanya keterbatasan tenaga diharapkan tetap sabar dan memaklumi, antri penanganannya,” tuturnya dengan senyum ramah.
“Memang, jika air macet/kemarau, bisa seperti yang tersurat dalam lagu ‘Insan & hewan turut bersedih, pohon layu kering dan mati’. Dengan terinspirasi lirik lagu itu maka PDAM Bojonegoro selalu siaga dalam melaksanakan amanah. Tetapi jika didatangkan secara sosial, dengan menciduk bersama-sama di bak, mintanya harus memasukkan sampai jeding dan gentong, ya mana bisa ?” kenang Pak Djoko (panggilannya). (F.463)
