MYANMAR mengumumkan akan membatasi penggunaan mata uang dolar Amerika Serikat sebagai upaya mengerem laju penurunan nilai mata uang nasional, kyat.
Untuk mencapai tujuan itu, bank sentral telah mencabut izin perdagangan valuta asing yang selama ini dipegang oleh berbagai pihak, mulai dari hotel, restoran, klub golf dan bahkan rumah sakit.
Menurut bank sentral, pencabutan izin khusus ini ditempuh untuk memberantas “dolarisasi”.
“Karena penjualan dan pembelian dalam dolar, sekarang sudah terjadi dolarisasi yang mendongkrak permintaan dolar, memperlemah kyat dan menimbulkan gejolak nilai tukar,” demikian pernyataan bank sentral.
Setelah pencabutan izin ini, maka hanya bank dan pedagang valuta asing resmi yang diizinkan melakukan jual-beli dolar.
Harus kembalikan dolar
Perusahaan-perusahaan lain di luar kategori harus mengembalikan izin mereka sebelum 30 November.
Kyat mengalami penurunan lebih dari 20% tahun ini yang menjadikannya sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terburuk di Asia Tenggara.
Untuk mendapatkan US $ 1, pembeli harus mengeluarkan uang 1.200 kyat.
Transaksi besar dalam mata uang lokal memerlukan bertumpuk-tumpuk uang sehingga pelaku usaha cenderung melalukan transaksi dalam mata uang dolar.
Sejak berakhirnya rezim militer pada 2011, Myanmar telah menempuh sejumlah reformasi ekonomi dan mengambangkan kyat.
Namun dengan penerbitan izin usaha valas, banyak pihak menggunakan dolar untuk transaksi. (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com