Majalahfakta.id – Polemik muncul terkait pengecatan ulang bodi pesawat kepresidenan hingga menjadi perhatian publik. Pengecatan ulang pesawat RI-1 menjadi perhatian publik lantaran dilakukan saat keuangan negara tengah pontang panting diterjang badai Covid-19. Tak hanya itu, masyarakat Indonesia terdampak pandemi juga dalam kondisi tidak baik-baik saja.
Armada Boeing Business Jet (BBJ) 2 menjadi tumpangan khusus Presiden saat berdinas, kini berganti warna menjadi merah putih, yang sebelumnya berwarna biru putih. “Momentumnya kurang pas,” tegas Pengamat Penerbangan Alvin Lie, Rabu (04/8/2021).
Pengecatan ulang bodi pesawat Kepresidenan dinilai Alvin, sebagai tindakan pemborosan. Pemerintah dianggap tidak memiliki sense of crisis terhadap kondisi masyarakat saat ini.
“(Pengecatan itu) disayangkan, kenapa dilakukan saat kondisi rakyat kita kehilangan pekerjaan, pandemi juga belum teratasi, dan yang saya sayangkan, itu kurang peka. Itu saja,” terang Alvin.
Dia menjelaskan, penggantian warna bodi pesawat kepresidenan sebenarnya tidak masalah dilakukan. Dicat saban tahun atau menunggu sepuluh tahun juga tidak jadi soal lantaran tidak ada ketentuan mengikat terkait waktu penggantian warna.
“Cat itu subjektif. Tidak ada kaitannya dengan keselataman penerbangan. Itu soal pilihan waktu saja. Kalau sekarang tidak pandemi, tidak krisis ekonomi juga, saya juga diam aja kok,” ucap Alvin.
Pemilihan warna merah yang sebelumnya biru menjadi sorotan tersendiri di dunia maya. Netizen riuh dan menyebut perubahan warna itu sebagai langkah pemerintah untuk ‘menghapus jejak’ dari sebelumnya.
Bagi Alvin, apapun warna yang dipilih tidak jadi masalah. Asalkan proyek itu dilakukan ketika ekonomi Indonesia dalam kondisi baik.
“Bahkan kalau pun dicat biru lagi, saya menyayangkan. Itu belum perlu dibutuhkan. Jadi bukan warnanya, waktunya aja kurang pas,” tegas dia.
Pandangan berbeda disampaikan pengamat penerbangan Chappy Hakim. Dia menilai pengecatan bodi pesawat tidak perlu dipermasalahkan lantaran sudah ada anggarannya.
“Pemborosan dari mana, uangnya sudah disiapin,” kata dia, Rabu (04/8/2021).
Chappy menilai, selama anggaran tersebut ada dan digunakan sesuai fungsinya, kebijakan itu boleh saja dilakukan. Asalkan dalam penerapannya tidak ada penyimpangan.
“Misal buat beli beras tapi buat cat, itu bisa kita komplain. Kalau memang sudah dialokasikan dan disetujui, enggak apa-apa kan. Mengapa mesti dipermasalahkan? Kita sering ribut sama hal begini-begini. Jadi enggak pernah maju,” terang dia.
Terkait dengan warna biru yang dinilai sebagai kamuflase saat penerbangan, kata dia, itu hanya berlaku pada pesawat tempur. Untuk pesawat sipil, warna tidak memiliki pengaruhnya sama sekali.
“Sekarang teknologi sudah tinggi, pesawat di Hawai blang blentong enggak karuan tidak apa-apa. Tidak ada pengaruhnya kalau soal warna. Suka-suka aja mau warna apa,” ucap dia.
Chappy yakin, pemerintah memiliki alasan tersendiri terkait kebijakannya mengecat ulang pesawat Kepresidenan menjadi merah putih. Dia pun mengapresiasi jika itu sebagai bentuk kebanggaan bagi Indonesia.
“Alasan kebanggaan 17 Agustus ya boleh-boleh saja. Dan orang mengerjakan sesuatu itu pasti ada alasannya, pasti ada perencanaannya. Enggak mungkin orang ngecat begitu aja. Dan ngapain lagi dipersoalkan juga untuk apa dipersoalkan?” ucap dia. (ren)