
NILAI tukar rupiah tehadap dolar AS pada awal perdagangan di pasar spot Senin (7/9/2015) kembali terpuruk, bahkan menembus level psikologis Rp 14.200.
Berdasarkan data Bloomberg, pukul 08.45 WIB mata uang rupiah melorot ke posisi Rp 14.230 per dolar AS, dibandingkan penutupan akhir pekan lalu pada Rp 14.172,3. Ini merupakan level terendah sejak krisis tahun 1998.
Tercatat tanggal 17 Juni 1998, rupiah pernah berada di puncak rekor terlemah pada Rp 16.650 per dolar AS.
Awal pekan ini, rupiah masih di bawah tekanan. Posisi cadangan devisa dan sikap investor asing bakal menjadi sentimen bagi pergerakan mata uang garuda. “Rupiah berpeluang mempertahankan tekanan pelemahannya,” sebut riset Samuel Sekuritas Indonesia.
Rupiah masih tertekan oleh penguatan dolar AS di pasar global bersama dengan pelemahan mata uang lain di Asia. Isu perlambatan ekonomi domestik juga memperburuk daya tarik rupiah, terutama setelah angka pertumbuhan kredit diumumkan kembali melambat di Agustus.
Walaupun perlambatan bisa mendukung kestabilan neraca transaksi berjalan, tetapi jika itu juga berarti prospek buruk investasi di IHSG, aliran dana asing yang keluar tetap akan mendorong pelemahan rupiah.
Pelemahan rupiah juga akan mengurangi daya tarik aset lain berdenominasi rupiah. Imbal hasil SUN kembali naik hingga akhir pekan lalu walaupun ekspektasi inflasi global terus turun seiring dengan penurunan harga komoditas.
Angka cadangan devisa ditunggu awal minggu ini. BI mengatakan, level saat ini cukup aman, tetapi jika turun drastis maka kenyamanan investor asing dalam berinvestasi akan terganggu. (Kompas.com) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com