DI Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), Provinsi Kalimantan Selatan, ada hal yang sangat mengejutkan sekaligus membanggakan dan patut dicontoh oleh daerah lain, terutama oleh para petani padi. Bagaimana tidak ? Karena para petani di Desa Tambalang Kecil sudah mampu melakukan tiga kali tanam dan panen dalam satu tahun.
Pertengahan Desember 2015, untuk pertama kalinya para petani di Desa Tambalang Kecil, Kabupaten HSU, sudah mampu melaksanakan tanam dan panen untuk yang ketiga kalinya. Hal itu dapat dilaksanakan oleh para petani di daerah tersebut berkat kondisi lahan lebak yang sistem pengairannya dikelola dengan baik, sehingga sangat menunjang dengan kegiatan para petani dalam melakukan tanam padi dan memanennya sesuai dengan harapan, yaitu tiga kali tanam dan panen dalam jangka waktu satu tahun.
Seperti yang dijelaskan oleh salah seorang Petugas Penyuluh Lapang (PPL), Ilhamsyah Noor, bahwa lahan potensial di Desa Tambalang Kecil seluas 115 hektar yang dikelola oleh tiga kelompok tani. Namun pada pertengahan Desember 2015 yang melakukan tanam dan panen padi tiga kali setahun itu dikelola oleh satu kelompok tani hanya seluas 15 hektar.
Kabupaten HSU memiliki wilayah yang didominasi potensi lahan lebak yang sangat memungkinkan untuk tanam dan panen padi sebanyak tiga kali asalkan sistem pengairannya dikelola secara benar.
Seperti diketahui, Bupati HSU, H Abdul Wahid, bersama sejumlah pejabat Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Kementerian PU beberapa waktu lalu melakukan kunjungan ke Kawasan Polder Alabio dalam rangka melakukan survey investigasi untuk perencanaan rehabilitasi Polder yang rencananya dimulai pada 2016. Bupati HSU telah menyampaikan usulan proposal bantuan untuk rehabilitasi Polder itu sebesar Rp 80 miliar. Dana Rp 80 miliar itu rencananya untuk normalisasi saluran sekunder, peninggian tanggul, Pembuatan pintu air di muara Sungai Alabio, operasional dan pemeliharaan saluran sekunder, operasional pompa irigasi dan drainase serta pengerukan Sungai Negara.
Kunjungan pejabat Ditjen SDA tersebut sebagai tindak lanjut dari upaya yang dilakukan Menteri Pertanian yang berjanji memfasilitasi daerah ke Kementerian PU untuk mendapatkan dana bantuan bagi rehabilitasi Kawasan Polder untuk meningkatkan produksi pertaniannya.
Bupati HSU, H Abdul Wahid, dan pejabat terkait juga sudah mendatangi Kementerian PU di Jakarta untuk menindaklanjuti saran dari Menteri Pertanian. Kementerian PU melalui Ditjen SDA pun merespon usulan dari Kementerian Pertanian dan Pemkab HSU dengan mengirimkan pejabat terkait melakukan survei ke Kawasan Polder di HSU.
Dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan dan surplus beras 10 juta ton, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) membangun jaringan irigasi dengan sistem polder sepanjang 40 kilometer, yang akan mampu mengairi 6.000 hektar sawah, dengan penghasilan rata-rata 6 sampai 7 ton per hektar. Diharapkan dengan pola Polder Alabio ini masyarakat di sekitarnya mampu melakukan panen raya setahun dua kali, bahkan tiga kali tanam dan panen dalam satu tahun.
Sistem jaringan irigasi dengan pola polder ini dalam rangka uji coba dan pengembangan pertanian terutama untuk daerah rawa dan lahan gambut. Pola ini merupakan pertama kali dilakukan di Indonesia. Dalam sistem jaringan irigasi polder Alabio ini, lahan seluas 6.000 hektar nanti akan dikelilingi oleh tanggul sepanjang 40 kilometer. Di mana, pada saat musim hujan yang biasanya lahan ini banjir, bisa dipompa airnya keluar dari areal tanggul dan pada saat musim kering lahan ini bisa ditambah airnya dari luar. Sehingga luasan sawah 6.000 hektar itu bisa dikerjakan secara maksimal.
Pemerintah Kabupaten HSU berkeyakinan lahan pertanian di Kawasan Polder Alabio ini ke depannya akan mengikuti jejak petani di Desa Tambalang Kecil untuk mengembangkan lahan pertanian mereka sehingga bisa tanam dan panen tiga kali dalam satu tahun.
Di Kabupaten HSU, selain kelompok tani di Desa Tambalang Kecil, sudah ada kelompok tani di desa lainnya seperti Hambuku dan Sungai Durait yang mencoba mengembangkan lahannya agar mampu tanam dan panen tiga kali, namun belum maksimal karena karena masih terkendala serangan hama tikus.
Pemkab HSU pun berharap peranan tenaga penyuluh pertanian untuk memberikan informasi dan pengetahuan kepada petani agar mau mengembangkan lahan pertaniannya. Selain diperlukan pengelolaan air di lahan pertaniannya juga kemauan dari petani untuk melakukan tanam tiga kali.
Diakui jika tanam padi tiga kali ini membutuhkan biaya yang lebih besar, namun hasilnya juga akan berlipat-lipat. Dan, para petani pun perlu diyakinkan bahwa potensi lahan lebak memungkinkan untuk tanam padi tiga kali dalam setahun.
Sebelumnya pejabat dari Balitbang pusat juga sudah mengetahui potensi lahan pertanian di Desa Tambalang Kecil ini dan terkejut karena di Kalsel terdapat kelompok tani yang mampu tanam dan panen padi tiga kali dalam setahun. (Tim) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com