FAKTA – Pada hari Senin, tanggal 14 Oktober 2024, tampak kesibukan warga Desa Bontojai Kecamatan Bontocani Kabupaten Bone Sulawesi Selatan dalam rangka persiapan Pertandingan Adu Betis di Desa Bontojai :
Sebuah Warisan Budaya yang Dihidupkan Kembali
Desa Bontojai, yang terletak di daerah yang kaya akan tradisi dan budaya, saat ini tengah mempersiapkan perhelatan yang sangat dinantikan oleh masyarakat lokal—pertandingan adu betis, atau yang lebih dikenal dengan istilah Allanca. Kegiatan ini adalah sebuah tradisi yang mengikat masyarakat dalam semangat pelestarian dan melestarikan budaya daerah yang unik. Kepala Desa Bontojai, A. Alimuddin, menjadi penggagas utama dalam acara ini, yang melibatkan partisipasi dua dusun, yakni Dusun Mario dan Dusun Mattoangin.
Persiapan Matang
Dalam rangka menyukseskan acara ini, Kepala Desa A. Alimuddin telah memulai berbagai persiapan, termasuk membersihkan serta merapikan lapangan tempat pertandingan akan dilaksanakan. Kegiatan bersih-bersih ini merupakan bentuk interaksi masyarakat lokal, di mana warga dari kedua dusun saling bahu-membahu untuk menciptakan tempat yang layak bagi pelaksanaan pertandingan.
“Masyarakat sangat antusias. Selain berolahraga, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga desa,” ujar Kepala Desa. Kegiatan ini diharapkan tidak hanya sekadar menjadi tontonan, tetapi juga memperkuat ikatan sosial antarwarga.
Adu Betis: Lebih dari Sekadar Pertandingan
Adu betis merupakan salah satu bentuk permainan tradisional yang telah ada sejak lama di daerah ini. Permainan ini melibatkan dua peserta yang saling berhadapan, dimana mereka akan menghasilkan kekuatan dengan kekuatan kaki dan tangan kanan mereka. Meski terkesan sederhana, game ini menuntut teknik dan ketangkasan yang tinggi. Selain itu, pertandingan ini juga sarat dengan nilai-nilai persahabatan dan sportivitas.
Dalam konteks yang lebih luas, adu betis bukan sekadar sebuah kompetisi, tetapi juga cara melestarikan budaya lokal yang unik dan menarik. Pertandingan ini biasanya diadakan dengan berbagai hiburan tradisional, yang semakin membuat suasana meriah dan penuh kegembiraan.
Komitmen untuk melestarikan budaya
acara terkait yang akan diadakan di Desa Bontojai ini diharapkan bisa menjadi momentum untuk menghidupkan kembali budaya lokal yang sering kali terpinggirkan oleh waktu. Melalui kegiatan ini, generasi muda dapat belajar dan memahami lebih dalam akan pentingnya pelestarian budaya mereka.
Kepala Desa Bontojai, A. Alimuddin, menyatakan bahwa kegiatan semacam ini perlu didorong dan dirundingkan. “Kami ingin agar generasi penerus tetap memiliki rasa bangga dan cinta terhadap budaya mereka sendiri,” tuturnya. Dukungan dari masyarakat serta pemerintah setempat pun menjadi kunci untuk merevitalisasi budaya yang menjadi identitas daerah.
Kegiatan ini dihadiri oleh para tokoh masyarakat dan pejabat setempat dan rasa syukur atas kegiatan ini, ujar kadus Mario Desa Bontojai Andi Usman Sompa kepada media ini. (tim)