Utama  

Jadi Kepala BNPT, Tito Karnavian Diyakini Akan Buat Perubahan Besar

Tito Karnavian kini menjabat Kepala BNPT menggantikan Saud Usman Nasution
Tito Karnavian kini menjabat Kepala BNPT menggantikan Saud Usman Nasution

PRESIDEN Joko Widodo melantik Inspektur Jenderal Tito Karnavian menjadi Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (16/03). Tito, menurut pengamat terorisme, akan membuat perubahan besar di institusi tersebut.

Dengan dilantiknya Tito sebagai Kepala BNPT, jabatan Kapolda Metro Jaya akan diserahkan ke Inspektur Jenderal Polisi Moechgiyarto, yang sebelumnya menjabat Kapolda Jawa Barat.

Tito juga akan mendapatkan kenaikan pangkat menjadi Komisaris Jenderal atau bintang tiga.

Penunjukan Tito, yang pernah menjadi Kepala Detasemen Khusus 88 pada November 2009 hingga Oktober 2010, ditanggapi positif oleh Sidney Jones selaku direktur lembaga kajian Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC).

“Saya pikir itu sesuatu yang sangat baik untuk BNPT karena dia adalah orang yang tahu banyak tentang masalah terorisme dan bagaimana melawannya. Dia juga adalah orang yang bisa menyatukan friksi-friksi yang ada di antara para direktorat. Jadi saya kira itu adalah suatu perkembangan yang sangat baik,” kata Sidney kepada wartawan BBC Indonesia, Jerome Wirawan.

Pengejaran Santoso

Sebelum resmi dilantik menjadi Kepala BNPT, Tito mengaku akan memusatkan perhatian ke Poso. Wilayah di Sulawesi Tengah itu merupakan tempat persembunyian Santoso, pemimpin kelompok Mujahidin Indonesia Timur.

“Salah satu fokus saya di BNPT nanti terkait penegakan hukum yang ada di Poso. Bagaimana menangani persoalan di sana dan mungkin saya akan lebih banyak turun ke Poso,” kata Tito, Selasa (15/3).

Sidney menilai Tito bisa sangat berperan di Poso mengingat dia pernah berdinas sebagai Kapolres Poso selama dua tahun pada periode 2005-2007. Namun, soal apakah Santoso bisa ditangkap, menurutnya, itu perkara lain.

“Masalah Santoso lebih ke arah kapasitas polisi dan tentara untuk bergerak di hutan. Jadi, apakah Tito atau orang lain yang menjadi kepala BNPT, masih sulit untuk menangkap Santoso, walaupun sudah ada kemajuan dengan begitu banyak orang yang turun ke sana,” ujar Sidney.

Yang penting, lanjutnya, adalah setelah Santoso ditangkap.

“Setelah dia ditangkap, baru saya kira keterampilan Tito akan menonjol karena dia tahu Poso dengan baik sekali. Saya kira mungkin dia yang bisa bikin program untuk memulihkan daerahnya,” kata Sidney.

Deradikalisasi

Hal paling krusial mengenai predikat Tito sebagai Kepala BNPT, papar Sidney, ialah soal deradikalisasi.

“Soal deradikalisasi, saya yakin ada perubahan besar dengan dia sebagai ketua (BNPT). Karena itulah bagian dari BNPT yang paling perlu diubah. Dan saya yakin bahwa dia sama anak buahnya bisa betul-betul memikirkan sesuatu yang pasti lebih efektif dari yang kita lihat sampai sekarang ini,” ujarnya.

Sebelumnya, Sidney Jones pernah menyampaikan bahwa progam deradikalisasi yang dilakukan di penjara tidak efektif. Sebaliknya, menurutnya, di penjara justru banyak jaringan perekrutan teroris.

Hal ini diamini Ali Fauzi Manji, mantan militan di Afghanistan dan Moro Filipina Selatan.

“Saya bisa katakan episentrum ekstrimisme di Indonesia ada di lapas, radikalisasi itu ada di lapas karena memang lapas di Indonesia kurang tepat untuk memenjarakan mereka, ini main-main,” kata Ali. (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com