Majalahfakta.id – Penolakan terhadap pendirian SMAN 1 Taruna Madani yang direncanakan dirikan di SMAN 1 Bangil tak hanya dapat penolakan dari kalangan parlemen DPRD Kabupaten Pasuruan. Para alumni juga melakukan aksi serupa, bedanya mereka tidak menggelar pertemuan jajaran guru di lembaga, tapi melakukan aksi ribuan tanda tangan dari masyarakat sebagai bukti penolakan.
Menurut keterangan Sifak, juru bicara Forum Masyarakat Bangil saat dikonfirmasi di sela aksi di alun- alun Bangil, pembubuhan tanda tangan tersebut sebagai bukti kongkrit penolakan dari masyarakat atas perubahan SMAN 1 Bangil menjadi SMAN 1 Taruna Madani.
Ribuan pelajar dari wilayah Bangil yang lulus akan kesulitan untuk mengeyam jenjang pendidikan atau melanjutkan di SMA 1 Negeri. “Kami sepakat jika SMAN 1 Taruna Madani didirikan. Asalkan bukan di SMAN 1 Bangil. Karena SMAN 1 Bangil tetap harus ada,” tegasnya.
Pria yang biasa disapa Bang Sifak menyampaikan, beberapa point mendasar penolakan pendirian SMAN 1 Taruna Madani di SMAN 1 Bangil. Pada saat ajaran baru, kuota PPBD di SMAN 1 berkisar 430 anak. Bila nanti penerimaan siswa baru diterapkan SMAN 1 Taruna Madani, maka kuota untuk penerimaan reguler dipastikan akan berkurang dan tidak bisa dinikmati warga Bangil.
Info yang berkembang di masyarakat juga berkaitan dengan biaya besar yang harus dikeluarkan bila masuk di SMAN Taruna Mandiri tiap bulannya. Biaya yang harus dikeluarkan mencapai Rp 2,5 juta. Belum termasuk biaya masuk dan seragam yang mencapai Rp 17,5 juta. “Kesan sekolah untuk orang kaya pun jelas terpancar di sana,” jelasnya.
Terpisah Kepala SMAN 1 Bangil, Imron Rosidi mengatakan, kebijakan perubahan tersebut merupakan kewenangan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawangsa. Pihaknya menjalankan apa yang menjadi amanat Gubernur.
“Perlu di ingat juga, masyarakat miskin di wilayah Bangil bisa bersekolah di lembaga pendidikan tersebut. Karena ada subsidi silang yang akan diberlakukan,” kata Imron Rosidi, Kepala Sekolah SMAN 1 Bangil. (ard/R01)