Semua  

BKPH MALO SUDAH 60 % ANGKUTI KAYU HUTAN AKIBAT BENCANA

Asper Malo, Sutrisno, sedang memberikan arahan pada personilnya sesuai yang diamanatkan oleh Adm/KKPH Parengan, Badarrudin Amin SHut.
Asper Malo, Sutrisno, sedang memberikan arahan pada personilnya sesuai yang diamanatkan oleh Adm/KKPH Parengan, Badarrudin Amin SHut.
Asper Malo, Sutrisno, sedang memberikan arahan pada personilnya sesuai yang diamanatkan oleh Adm/KKPH Parengan, Badarrudin Amin SHut.
Asper Malo, Sutrisno, sedang memberikan arahan pada personilnya sesuai yang diamanatkan oleh Adm/KKPH Parengan, Badarrudin Amin SHut.

PERLU diketahui bersama bahwa Kecamatan Parengan adalah wilayah Kabupaten Tuban, tetapi Kantor Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Parengan berada di Kabupaten Bojonegoro. Dan hutannya pun sebagian ikut pemajakan (wajib pajak) Kabupaten Bojonegoro. Oleh karena itu Wartawan Majalah FAKTA (Ekopurnomo) perlu menyampaikan hal ini kepada pembaca setia Majalah FAKTA (versi cetak maupun online).

Akibat bencana hujan lebat campur angin puting beliung di bulan Nopember 2019 yang mengakibatkan tumbangnya tegakan pohon jati sebanyak 4.233 pohon dengan estimasi jumlah kubikasi 1.940,689 meter kubik (m3) dari tanggal 4-12-2019 hingga tanggal 13-3-2020, sudah tertangani 60 %.

Administratur/KKPH Parengan, Badarrudin Amin SHut, menegaskan bahwa penanganan pohon roboh akibat bencana tersebut harus benar-benar maksimal, karena tanaman itu sudah termasuk rencana tebang/produksi tahun 2020. Termasuk keamanannya diperketat. “Kendala belum terselesaikannya itu karena cuaca. Semua yang tertangani diamankan/dikumpulkan di TPK Ngogro dan TPK Brangkal”.

Asper Malo, Sutrisno, menyebutkan bahwa semua RPH di BKPH Malo kena musibah dengan skala terbesar adalah RPH Malo sebanyak 3.336 pohon, RPH Tinawun 516 pohon, RPH Kenongo 171 pohon, RPH Biyangbali 127 pohon, RPH Giwang 83 pohon. “Sesuai perintah pimpinan, dalam hal ini perintah Bapak Adm/KPH Parengan, perihal keamanannya maka digunakan sistem patroli gabungan dan bergilir untuk polhutnya. Kendala belum terselesaikan itu karena jalan menuju lokasi yang sulit akibat cuaca hujan terus-menerus, kurang tenaga mandor tebang. Dan, yang sudah tuntas dari RPH Tinawun, Giwang, Biyangbali. Sedangkan RPH Malo dan Kenongo baru separo. Jarak tempuh lokasi dengan TPK 25 km, kalau TPK Brangkal 29 km”.

Disebutkan pula oleh Asper Malo bahwa untuk keamanan gangguan lokal teratasi tetapi kalau pengganggu dari luar kabupaten, itu kewaspadaannya pada tegakan pohon sono keling.

Target produksi BKPH Malo tahun ini (2020) 3.998,26 m3. Terdiri dari tebangan A 3.931 pohon, kubikasi 3.579,48 m3. Tebangan B 2.710 pohon kubikasi 251,78 m3. Tebangan E 5.362 pohon kubikasi 167,013 m3. “Itu total dari jenis jati dan rimba (mahoni). Perihal pengangkutan jati yang kena bencana, sehari 20 m3 dari 2 regu,” ulas Asper Malo, Sutrisno, didampingi Kaur TK Suraji, TU Sutrisno (sama namanya beda jabatannya), serta pembantu TU Suryadi. (E.463)