Majalahfakta.id – Pernyataan Arteria Dahlan yang dinilai menyinggung masyarakat Sunda, hingga kini tetap menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat. Meskipun yang bersangkutan sudah melontarkan permintaan maaf ke publik. Bahkan petinggi dari PDI Perjuangan sudah memberikan klarifikasi.
Padahal bila dilihat dari aspek lain, suara masyarakat Sunda punya pengaruh terhadap lumbung suara sebuah partai khususnya pemilih aktif di Jawa Barat. Berdasarkan rekam jejak digital yang diambil dari data by pemilu 2019, kpu.go.id total masyarakat Jawa Barat (Urang Sunda) yang memilih di Pemilu 2019 berjumlah 26.774.016 jiwa.
Artinya sebuah partai bisa memetakan baik Kota ataupun Kabupaten di Jawa Barat berpotensi atau berpeluang untuk bisa mewakili suara partainya dan mengantarkan mereka duduk di kursi legeslatif tingkat DPRD tingkat II, Provinsi maupun Nasional. Selain itu juga tentunya suara masyarakat Sunda juga memiliki pengaruh tinggi dalam menentukan dalam Pemilihan Capres-Cawapares 2019 kemarin.
Tidak bisa dipungkiri, orang Sunda atau Jawa Barat sebenarnya miniaturnya Indonesia. Dikarenakan beragam suku dan daerah tinggal di beberapa daerah di Jawa Barat. Tentu heterogennya masyarakat di Jawa Barat membuat unik dalam cara pendekatan sebuah partai guna pemenangan suara di Jawa Barat.
Sehingga strategi setiap Kota dan Kabupatennya akan berbeda, disesuaikan dengan adat kebiasaan daerah tersebut. Namun jika ke-Sundaannya terusik maka jangan pernah ditanya. Seluruh rakyat Sunda akan bersatu dan maksimal memperjuangkan kesukuannya.
Tentu PDI Perjuangan tidak akan mau di 2024 hilang suaranya di Tanah Sunda seperti di Sumbar. Menjadi Pekerjaan Rumah (PR) para petinggi partai setelah kadernya melakukan misskomunikasi politik yang tidak jelas atau politik bom bunuh diri yang bisa merugikan nama partai.
Bila berdasarkan data potensi suara real di Jabar pada hasil Pilpres 2019, ada 27 daerah di Jawa Barat terbagi potensinya sesuai kontribusi Pemilih Potensi. Dengan arsir warna hijau (Potensi Besar), merah (Potensi Menengah) dan luning (Potensi Kecil), yang bisa dibidik. Tentunya agar sisa waktu tersisa menuju 2024 dua tahun lagi. Agar bisa dimanfaatkan untuk pendekatan ke akar rumput di Jawa Barat.
Ada 15 medan daerah “pertempuran” hebat, jika partai mau masuk dan menjadi pemenang suara terbanyak, dengan kontribusi dari kisaran 3,5 persen – 10, 8 persen. Artinya jika menang di 15 wilayah tadi, sudah pasti partainya memenangi suara di Jabar.
Selain itu ada sembilan daerah menengah yang bisa dipecah sama partai jika mau bergerak maksimal di daerah, dengan kontribusi target perolehan satu persen – 2,9 persen dari total Contrubution Jabar Based on Pilpres 2019, sesuai dari data KPU.
Sisanya ada di tiga wilayah Jabar terkecil dengan kontribusi di bawah satu persen. Apapun itu, Jabar tetap proyeksi penentu sebuah partai untuk perolehan suara Jawa dan luar Jawa. Karena saat di Jateng dan Jatim kalah suaranya, maka ada suara Jabar dan luar Jawa.
Kontetasi politik 2024 diprediksi akan ada kejutan dari Tanah Pasundan ketika rakyat Sunda bicara politik. Jabar Juara…Jabar Tetap Hade…Pokonamah Hebring…. (dta/ren)