Gaji dan Tunjangan Anggota DPRD Sumsel Sepenuhnya untuk Kepentingan Masyarakat dan Sosial

Chairul S.Matdiah mengatakan, komitmen itu berlanjut pada periode kedua 2014-2019. Gaji dan tunjangan anggota dewan kembali tidak dia nikmati atau digadaikan ke bank.

FAKTA – H. Chairul S Matdiah, SH, MHKes, mengaku sejak periode pertama menjadi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Selatan (DPRD Sumsel) Periode 2009-2014, tidak pernah menggunakan gajinya untuk kepentingan pribadi. Ia gunakan gaji tersebut untuk kegiatan sosial dan membantu masyarakat yang kesusahan.

“Dari awal saya menjadi anggota dewan, saya tidak pernah memakan uang gaji dan tunjangan saya di DPRD Sumsel satu rupiah pun. Karena niat saya dari awal, gaji itu hanya digunakan untuk kepentingan masyarakat dan kegiatan sosial,” ujar Chairul, Minggu (12/11/2023).

Chairul mengatakan, komitmen itu berlanjut pada periode kedua 2014-2019. Gaji dan tunjangan anggota dewan kembali tidak dia nikmati atau digadaikan ke bank.

“Untuk makan dan kebutuhan sehari-hari tidak menggunakan uang gaji anggota dewan, karena semua sudah habis untuk masyarakat seperti sedekah, kegiatan sosial, sedekah nasi bungkus dan bantuan kepada anak yatim piatu,” ujar Chairul yang dari Partai Demokrat itu.

“Untuk sedekah nasi bungkus yang saya bagikan dari hari Senin-Jumat itu sebanyak 3000-5000 bungkus setiap bulannya. Satu bungkus Rp20,000, jadi kisaran per bulan pengeluaran antara Rp80-100 juta, untuk sedekah nasi bungkus saja,” sambungnya.

Dikatakannya, uang yang ia sumbangkan untuk kepentingan masyarakat itu cukup besar mencapai Rp40 juta setiap bulannya.

“Kalau gaji pokok anggota dewan sekitar Rp5,8 juta, jika ditambah semua tunjangan seperti tunjangan perumahan, transportasi dan listrik mencapai 40 jutaan rupiah,” katanya.

Setali tiga uang, langkah positif yang ditunjukkan Wakil Ketua DPRD Sumsel Periode 2009-2014 itu mendapat dukungan penuh dari istrinya Hj Manisa Mardin, SH, dan keempat anaknya.

“Keluarga tidak ribut, malahan mendukung karena niat menjadi anggota dewan bukan mencari uang atau kekayaan, tapi mencari kepuasan karena dapat membantu masyarakat,” ujar pria kelahiran Gajah Mati, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), 2 Juli 1964 itu.

Kendati demikian Chairul tidak merasa keberatan jika dia akan terus membantu masyarakat karena dia merasa tidak mengandalkan gaji Anggota DPRD Sumsel sebagai pendapatan utama.

Dia mengungkap niatannya menjadi Anggota DPRD Sumsel bukanlah mencari kekayaan, tapi ingin membantu warga agar bisa mendapatkan hidup layak dan dia memang orang yang lebih memikirkan kebahagiaan orang lain terlebih dahulu sebelum kebahagiaannya sendiri.

“Selain itu saya merasa bahagia saat bisa membantu masyarakat. Seperti saat membagikan nasi bungkus, saya merasa lebih sehat saat mengeluarkan harta saya untuk bersedekah,” katanya.

Chairul mengatakan, penghasilannya bukan berasal dari anggota dewan, termasuk untuk biaya hidup, pendidikan anak dan kebutuhan sehari-hari. Dia memiliki tabungan yang ia kumpulkan selama 22 tahun menjadi pengacara sukses.

“Untuk kebutuhan makan dan kebutuhan hidup sehari-hari ada tabungan dan deposito hasil menjadi pengacara selama 22 tahun. Ada juga usaha, Insya Allah cukup untuk saya dan keluarga, serta membantu masyarakat,” ucapnya.

Selain uang dari gaji dan tunjangan, ada juga uang hasil dari kegiatan kunjungan kerja (kunker), namun nominalnya tidak terlalu besar.

“Kalau uang kunker untuk cadangan operasional dan kebutuhan yang sifatnya mendesak. Kita kan setiap hari itu banyak bertemu dengan warga dengan berbagai permasalahannya. Jika bisa saya bantu, akan saya bantu sesuai kemampuan yang saya miliki,” kata pria lulusan S1 Fakultas Hukum Muhammadiyah Palembang.

Sikap yang ditunjukkan Chaitul rupanya mengundang pertanyaan dari masyarakat. Mereka heran, sikap yang ditunjukkannya berbeda dengan anggota dewan lain pada umumnya.

“Orang bertanya kenapa anggota dewan lain tidak seperti Chairul. Saya jawab tidak tahu, karena tergantung individu masing masing,” ungkap dia.

Selain itu, lanjutnya, setiap enam bulan sekali dia selalu kumpul dengan tim sukses untuk melakukan silaturahmi. Sementara satu tahun sekali berkumpul dengan anak yatim piatu, masyarakat dan orang terdekat pada momentum bulan puasa di bulan Ramadhan.

“Ya, sekadar silaturahmi dan berbagi kebahagiaan dengan mereka, jangan sampai lupa, tidak boleh seperti itu,” tandasnya. (*)