EMPAT TRADISI BALANGAN JADI WARISAN BUDAYA TAK BENDA

Kasi Sejarah danTradisi Disdikbud Balangan, Fahriati, foto bersama usai Sidang Penetapan WBTB.
Kasi Sejarah danTradisi Disdikbud Balangan, Fahriati, foto bersama usai Sidang Penetapan WBTB.

Ansharuddin : Jaga Dan Lestarikan Seni Dan Budaya BumiSanggam

Kasi Sejarah danTradisi Disdikbud Balangan, Fahriati, foto bersama usai Sidang Penetapan WBTB.
Kasi Sejarah danTradisi Disdikbud Balangan, Fahriati, foto bersama usai Sidang Penetapan WBTB.

MASYARAKAT Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan, patut berbangga karena kembali empat tradisi masyarakat Bumi Sanggam mendapat pengakuan dari Kemendikbud sebagai warisan budaya tak benda (WBTB). Ini benar-benar merupakan penghargaan yang tak ternilai, dengan diakuinya kembali empat tradisi yaitu Aruh Adat Nimbuk, Ma’iwu, Itatamba Banua dan Bawanang menjadi warisan budaya untuk generasi yang akan datang. Sebelumnya satu tradisi sudah mendapat pengakuan yaitu Aruh Baharin.

Memang, melalui proses yang cukup panjang,namun akhirnya empat dari delapan tradisi masyarakat Balangan berhasil mendapatkan pengakuan dari Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai warisan budaya tak benda (WBTB). Kepastian empat tradisi tersebut masuk dalam WBTB setelah tim dari Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan melakukan presentasi dalam sidang yang diadakan oleh Kemendikbud.

Kasi Sejarah dan Tradisi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Balangan, Fahriati, membenarkan terkait status WBTB yang ditetapkan oleh Kemendikbud pada empat tradisi yang ada di Bumi Sanggam tersebut. “Benar dan Alhamdulillah empat tradisi masyarakat Balangan itu diakui sebagai warisan budaya tak benda, tinggal menunggu sertifikat penetapan bahwa tradisi yang diusulkan terdaftar sebagai WBTB Indonesia dan merupakan hak milik Kabupaten Balangan,” ungkapnya.

Empat tradisi yang ditetapkan sebagai WBTB itu adalah Aruh Adat Nimbuk, Ma’iwu, Itatamba Banua dan Bawanang. Dengan ini maka sudah ada lima tradisi Balangan yang masuk dalam warisan budaya tak benda. Satu tradisi lainnya sudah ditetapkan terlebih dahulu pada tahun 2012, yakni Aruh Baharin.

Untuk mempresentasikan keempat tradisi tersebut Disdikbud Balangan memboyong dua maestro yang merupakan tokoh adat Dayak Meratus Balangan, Eter Nabiring dan Leludinata. Leludinata pun bersyukur atas penetapan ini. Ia berharap ke depan empat tradisi ini terus lestari sehingga bisa menjadi pelengkap ragam khazanah tradisi di Kabupaten Balangan.

Dengan diakuinya lima tradisi Bumi Sanggam yang bukan benda tersebut menjadi kebanggaan bagi semua masyarakat Balangan, semoga nantinya tradisi lainnya yang ada di Balangan juga bisa menyusul masuk dalam warisan budaya tak benda.

Terkait dengan diakuinya tradisi-tradisi masyarakat Balangan tersebut sebagai WBTB oleh Kemendikbud, Dewan Ke­se­nian Daerah (DKD) Kabupaten Ba­langan ke depan akan lebih focus melestarikan kesenian tradisi. Hal ini terungkap saat Ketua DKD Ba­la­ngan bersama beberapa pengurus intinya melakukan si­laturahmi dengan Bupati Ba­la­ngan, H Ansharuddin, sekaligus rembuk kegiatan DKD untuk lebih mengenalkan kesenian daerahnya kepada masyarakat di luar Kabupaten Balangan.

Bupati Ba­langan, Ansharuddin, kepada Ketua dan Anggota DKD Balangan berpesan agar ke depannya mereka dapat lebih memajukan seni bu­daya daerah di Kabupaten Ba­la­ngan.

Terhadap generasi kita, terutama pada anak-anak dan remaja, ujar Bupati Ansharuddin, banyak manfaat dari pe­na­nam­an jiwa seni dan berbudaya ini dalam diri anak-anak, salah satunya menghindarkan mereka dari hal-hal negatif.

Apalagi, kata Ansharuddin, Ba­langan mempunyai segudang ke­senian daerah khas yang tak dimi­liki daerah lain. ”Jaga dan les­tarikan kesenian dan kebudayaan ki­ta Bumi Sanggam,’’ pesannya.

Sedangkan Ketua DKD Ba­langan, Husin, menyampaikan, pi­hak­nya bersama para seniman Bu­mi Sanggam akan terus be­ru­sa­ha melestarikan dan memajukan du­nia kesenian di Balangan. “Ban­yak hal-hal yang belum sem­pat kami kerjakan lantaran beberapa ken­dala, dan saya harap semua itu bisa terlaksana pada periode ini,” ujarnya.

Untuk selanjutnya, me­nurut Husin, dirinya akan lebih intens dan focus menggaungkan kesenian tra­disional Balangan. Saat ini, tambah Husin, banyak ke­senian tradional sudah hampir pudar, oleh karena itu perlu ada­nya upaya dan kerja keras untuk me­ngembangkan kesenian trad­i­sional ini terlebih kepada generasi muda.

Untuk mendukung prog­ram DKD Balangan sinergisitas antarpengurus dan pihak terkait menjadi sebuah keharusan dalam menjalankan prog­ram ke depannya. Apalagi du­ku­ngan penuh dari Pemkab Ba­langan sudah ada, maka DKD akan merangkul semua pihak ter­kait dan masyarakat untuk me­les­tarikan kesenian yang ada.

Kegiatan pelestarian seni dan budaya Kabupaten Balangan harus diperkuat agar bisa menjadi identitas daerah, serta menjadi daya tarik para pengunjung dari berbagai daerah untuk datang ke wilayah Bumi Sanggam.

Melalui DKD Balangan, Bupati Balangan, H Ansharuddin, berharap setiap bentuk seni dan budaya serta kuliner di Kabupaten Balangan, untuk terus dilestarikan dengan memperbanyak kegiatan dan pertunjukan melalui ekspose seni dan budaya.

Bupati Balangan, H Ansharuddin.
Bupati Balangan, H Ansharuddin.

Beberapa waktu lalu DKD Balangan sudah berhasil melaksanakan tradisi budaya tanglong dan bagarakan sahur selama tiga hari, di mana bisa dilihat antusias warga dari berbagai daerah yang berdatangan ke Kabupaten Balangan. Ini merupakan suatu gebrakan yang sangat baik. Hal ini tentu menguntungkan para pegiat usaha kecil menengah yang berjualan di momen tersebut.

Dikatakan, Pemerintah Kabupaten Balangan akan selalu memberikan dukungan kepada kegiatan yang nilainya sangat positif bagi masyarakat. Apalagi menjadi wahana silaturahmi dan keakraban keluarga, serta sebagai wahana lapangan kerja bagi para pegiat kuliner, parkir dan permainan anak.

Hal seperti ini yang perlu dikembangkan, tambah Ansharuddin, karena inilah yang disebut bagian dari sinergi berbagai elemen masyarakat dengan pemerintah dalam pembangunan, di mana masyarakat itu sendiri yang memberikan ide positif serta menjadi actor penggerak bagi kemajuan Balangan, dalam hal ini khususnya seni dan budaya. Pemerintah tentu akan memberikan dukungan terhadap kegiatan positif masyarakat yang berimbas positif bagi banyak masyarakat lainnya.

“Hal seperti ini yang perlu dikembangkan, ini yang disebut bagian dari sinergi berbagai elemen masyarakat dengan pemerintah dalam pembangunan, di mana masyarakat itu sendiri yang memberikan ide positif serta menjadi aktor penggerak bagi kemajuan Balangan,” jelas Bupati Balangan, H Ansharuddin.

Bupati Ansharuddin mengatakan, Festival Budaya Sanggam yang diadakan diisi dengan parade kegiatan seni dan budaya serta jajanan kuliner dan hasil kerajinan khas yang ada di wilayah Bumi Sanggam akan menarik minat para wisatawan lokal, bahkan menjadi perhatian bagi wisatawan mancanegara. Apalagi sudah menjadi sebuah even tahunan yang akan diingat oleh banyak orang. “Modal utama yang sangat menguntungkan kita adalah adat budaya Suku Dayak Meratus serta berbagai seni dan budaya lainnya, sehingga wisatawan juga akan tertarik untuk mengunjungi wisata alam yang ada di Balangan”.

Tentu akan menjadi sebuah promosi bagi Kabupaten Balangan, tidak hanya mereka yang berjualan, akan tetapi penginapan, hotel-hotel, rumah tinggal, dan lain sebagainya akan ramai dikunjungi wisatawan, serta tentu saja akan menjadi tujuan investasi para pebisnis dari berbagai daerah.

Pada akhirnya, masyarakat akan terpanggil untuk membina dan melestarikan potensi daerahnya masing-masing, baik itu kerajinan, kuliner, tempat wisata alam, lahan parkir, lahan untuk berjualan, serta sejenis rumah tinggal bahkan vila-vila, bukan hal yang mustahil jika semua itu mulai dikelola dengan menggunakan daya pikat melalui even seni dan budaya yang ada.

Beberapa waktu yang lalu, para anggota DKD Balangan diikutkan dalam menyaksikan Festival Banjar. “Hal tersebut tentu bukan hanya sekedar menyaksikan, namun harapannya adalah apa yang ada di sini bisa dipelajari dan bisa diaplikasikan di wilayah Kabupaten Balangan yang berjuluk Bumi Sanggam.

Sehingga masyarakat, terutama yang di luar Kabupaten Balangan lebih mengenal lagi tentang kebudayaan ataupun tradisi masyarakat asli di Bumi Sanggam ini, terutama masyarakat mancanegara dan mereka akan lebih sering mengunjungi kabupaten yang kini sudah berusia16 tahun ini. (Tim)