WARGA KORBAN BANJIR GARUT DI RUSUN MASIH KESULITAN AIR BERSIH

Rusun para korban banjir yang kesulitan air bersih, posko bantuan korban banjir bandang dan asrama TNI Taruma Negara yang belum diperbaiki.
Rusun para korban banjir yang kesulitan air bersih, posko bantuan korban banjir bandang dan asrama TNI Taruma Negara yang belum diperbaiki.

SETELAH Garut dilanda musibah banjir bandang yang memporakporandakan seluruh harta benda dan  jiwa, giliran air bersih sulit didapat dari PDAM Kabupaten Garut. Hal itu disebabkan jaringan air bersih PDAM terutama di daerah Kecamatan Tarogong Kidul mengalami kerusakan diterjang banjir bandang.

Banjir bandang yang terparah memang melanda kawasan Tarogong Kidul, merenggut nyawa 27 orang dan yang telah ditemukan 22 orang sedangkan yang 5 orang sampai berita ini dibuat tidak diketahui keberadaannya. Dari 5 orang itu 2 anak-anak umur 4 bulan dan 2 bulan.

Dampak banjir bandang masih dialami seorang konsumen PDAM di Kecamatan Tarogong Kaler yang mengeluh ketika membayar rekening  pemakaian air PDAM-nya bulan September 2016. Pasalnya, rekeningnya dengan nomor pelanggan (nopel) 2104004 mencapai Rp 218.340. Padahal bulan September 2016 mengalami musibah banjir bandang seperti yang dialami warga Kecamatan Tarogong Kidul yang sama-sama mengalami kesulitan mendapatkan air bersih PDAM. Untuk minta penjelasan tentang tingginya rekening PDAM-nya bulan September 2016 itu, tidak ada petugas yang melayaninya di Kantor PDAM Tarogong Kaler.

Selain itu para korban banjir telah disiapkan tempat tinggal di rumah susun (rusun) 5  lantai di sekitar 4 km selatan kota Garut atau di daerah Kampung Munjul, Kecamatan Cilawu. Ada 376 jiwa dari 94 KK warga korban banjir yang tinggal di rusun tersebut. Rusun itu pun dilengkapi dengan fasilitas air bersih, toilet, kamar mandi, kamar tidur. Sedangkan kasur, bantal, selimut didapat dari bantuan yang didrop dari posko di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Garut.

Namun, warga korban banjir yang tinggal di rusun ada yang mengeluh, terutama yang mempunyai anak yang sekolah. Karena jarak tempuh perjalanan dari rusun ke sekolahnya cukup jauh sehingga mempengaruhi biaya transportasinya. Begitu juga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan ketika petugas kesehatan tidak ada di tempat, mereka harus pergi ke Puskesmas  Kecamatan Cilawu yang jaraknya sekitar 10 km dari lokasi rusun.

Padahal mereka dapat berobat ke Yayasan  Sekolah Darul Arkom yang jaraknya hanya sekitar  3 km dari rusun. Menurut Yeni (23), Ketua PKL dari mahasiswa praktek lapangan di rusun pengungsi, bahwa keluhan utama yang mereka temui adalah hipertensi. Dijelaskan Yeni, apabila ditemukan gejala-gejala tersebut segera dirujuk ke Puskesmas Cilawa atau ke Puskesmas Darul Arkom.

Selama PKL di rusun korban banjir, menurut Yeni, yang menjadi kesulitan adalah air bersih. Harapannya kepada Pemda Garut agar pelayanan air bersih untuk para pemukim korban banjir difasilitasi air bersih yang normal. “Kami hanya 3 bulan melaksanakan PKL khusus di pemukiman pengungsi korban bencana banjir bandang di Garut”.

Sedangkan perumahan asrama TNI Korem 062 Taruma Negara Garut yang hancur di kawasan Kampung Lapang Paris yang berdekatan dengan bantaran Sungai  Cimanuk, sampai berita ini dibuat masih belum diperbaiki dan ditinggalkan oleh para penghuninya. (F.542) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com / www.instagram.com/mdsnacks