Semua  

Usung Tema ”Angajap Lango”, FBP Badung 2017 Kembali Digelar

Kadis Pertanian dan Pangan Badung, IGAK Sudaratmaja, didampingi Kabag Humas, Putu Ngurah Thomas Yuniarta, saat acara jumpa pers di ruang Press Room Bagian Humas Setda Badung, Kamis (6/7).
Kadis Pertanian dan Pangan Badung, IGAK Sudaratmaja, didampingi Kabag Humas, Putu Ngurah Thomas Yuniarta, saat acara jumpa pers di ruang Press Room Bagian Humas Setda Badung, Kamis (6/7).
Kadis Pertanian dan Pangan Badung, IGAK Sudaratmaja, didampingi Kabag Humas, Putu Ngurah Thomas Yuniarta, saat acara jumpa pers di ruang Press Room Bagian Humas Setda Badung, Kamis (6/7).
Kadis Pertanian dan Pangan Badung, IGAK Sudaratmaja, didampingi Kabag Humas, Putu Ngurah Thomas Yuniarta, saat acara jumpa pers di ruang Press Room Bagian Humas Setda Badung, Kamis (6/7).

FESTIVAL Budaya Pertanian (FBP) Badung tahun 2017 kembali digelar. FBP keenam yang digelar pada 15-17 Juli 2017 itu mengusung tema “angajap lango” atau mendambakan seni.
Kepastian ini diungkapkan Kadis Pertanian dan Pangan Badung, IGAK Sudaratmaja, didampingi Kabag Humas Badung, Putu Ngurah Thomas Yuniarta, saat jumpa media, Kamis (6/7). Acara ini dihadiri puluhan wartawan baik dari media cetak dan elektronik.

Menurut Sudaratmaja, usia 6 tahun untuk even besar dalam rangka promosi dan pemberdayaan ekonomi Badung Utara dapat dikatakan relatif masih muda. Hal ini karena kondisi sosial ekonomi masyarakat Badung Utara sangat berbeda dengan Badung Tengah apalagi Badung Selatan.
Memperhatikan hal tersebut, ujarnya, perlu terus dilakukan pembenahan dan penguatan strategi untuk tercapainya tujuan seperti yang diharapkan.

Pelaksanaan FBP ke-6 tahun 2017 ini, katanya, tetap digelar di areal Jembatan Tukad Bangkung, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, yang memiliki bentang alam yang sangat eksotik. “Lokasi masih tetap di area Jembatan Tukad Bangkung,” katanya.

Mengenai tema FBP tahun 2017 ini yakni angajap lango (mendambakan seni), katanya, mengingat seni dan budaya adalah sebagai modal dasar pembangunan. “Sering kita dengar bahwa dalam membangun Badung (untuk semua aspek kehidupan), harus dilakukan dengan pendekatan budaya. Dengan demikian, pendekatan budaya merupakan tagline pembangunan Badung saat ini,” katanya.

Agenda FBP ke-6 tahun 2017 ini mencakup beberapa kegiatan seperti pawai budaya pertanian, pameran produk pertanian, lomba kuliner, lomba teknik dan materi penyuluhan pertanian, mengukir buah, menganyam topi kelangsah, merangkai bunga, membuat gebogan, lomba menggambar, lari gembira 3K (run fun 3 K), lomba hidroponik mini, pentas seni, lomba ogoh-ogoh, pasar rakyat dan sebagainya. Dari serangkaian lomba tersebut, katanya, terlihat kegiatan yang bernuansa tradisional bersanding dengan yang modern.

Memenuhi aspirasi DPRD Kabupaten Badung, pihaknya juga melakukan evaluasi terhadap dampak FBP terutama berkaitan dengan penguatan ekonomi yang berbasis sektor pertanian. Dari MoU tahun 2016 tercatat nilai riil transaksi mencapai lebih dari Rp 3 miliar untuk lima pengusaha, sedangkan MoU yang melibatkan antarkabupaten untuk komoditas beras dan kakao yang meliputi tiga kabupaten yaitu Badung, Tabanan dan Buleleng mencapai lebih dari Rp 9,1 miliar.

Penguatan ekonomi petani melalui pemasaran dengan pola MoU baik antarpetani dengan pengusaha dan antardaerah/kabupaten memiliki peranan penting dalam stabilitas harga. Hal ini mendapatkan apresiasi yang luar biasa dari TPID Pusat. Dalam skor penilaian, kerja sama seperti ini mendapatkan nilai yang cukup signifikan. Hal ini juga berarti bahwa FBP memiliki peranan strategis dalam penguatan ketahanan pangan dan pengendalian inflasi.

Saat jumpa media juga dihadirkan dua orang petani masing-masing Made Sudarma yang sukses membudidayakan jambu kristal tanpa biji serta jambu biji merah dan I Wayan Terima yang sukses bergerak di budidaya kopi. Keduanya mengakui FBP sangat strategis dalam pembukaan pasar baru. (Rilis)