Semua  

PENINGKATAN POPULASI SAPI DI KECAMATAN NGASEM 2-3 % PER TAHUN

Bambang Sugeng Wahono (berdiri), sementara para asistennya saling mencari referensi, karena peternak pun rajin belajar.
Bambang Sugeng Wahono (berdiri), sementara para asistennya saling mencari referensi, karena peternak pun rajin belajar.
Bambang Sugeng Wahono (berdiri), sementara para asistennya saling mencari referensi, karena peternak pun rajin belajar.
Bambang Sugeng Wahono (berdiri), sementara para asistennya saling mencari referensi, karena peternak pun rajin belajar.

CAMAT Ngasem, Waji SE MM, didampingi Sekcam Drs Saad Mujaddid MAP serta staf ahlinya, Ahmad Khoiri SH, juga Trio Bambang (petugas paramedis) menjelaskan bahwa untuk populasi sapi di Kecamatan Ngasem, Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, hingga akhir Maret 2020 berjumlah 16.531 ekor.

“Perkembangannya stabil, tidak signifikan. Pelayanan suntik IB gratis, secara teknisnya, silahkan nanti disampaikan oleh Pak Trio Bambang. Semua petugas dari Disnak yang di Ngasem semua namanya diawali dengan Bambang, yakni Bambang Sugeng Wahono, Bambang Supri Budiono, serta Bambang Sutrisno. Dibantu petugas medisnya, drh Teguh, dan seorang pendamping bernama Widya,” papar Camat Waji.

Selanjutnya data dari senior PTP/petugas kesehatan (dulu disebut Mantri Suntik sapi), Bambang Sugeng Wahono, kepada Wartawan Majalah FAKTA (Ekopurnomo) bahwa jumlah populasi sapi di Kecamatan Ngasem terbanyak ada di Desa Trengulunan dan Desa Bandungrejo untuk milik perorangan. Sedangkan untuk Desa Stren didominasi sapi jenis PO (kelompok/proyek).

Dijelaskan pula bahwa untuk sosialisasi tentang asuransi jiwa ternak sudah berkali-kali disampaikan. Namun, ibarat orang mancing, belum ditenggak oleh ikannya. “Alhamdulillah, walau demikian kami akui bahwa dalam perawatan sapi mereka ada kemajuan, ibarat kalau petugase gaptek HP Android, sido kalah. Karena jika kita tidak rajin buka Android, petugas bisa kalah. Faktor penyebabnya, mereka rajin sinau/belajar dengan melihat Youtube. Dengan sama-sama tukar pengalaman itulah mereka mudah untuk mengenal tupoksi kita. Tak henti-henti kita lakukan penyuluhan tentang jarak kandang dengan tempat tidur pemilik, menjaga kebersihan kandang, pemberian pakan yang teratur, bila ada yang ‘bengah’ sebagai pertanda kawin agar segera menghubungi petugas. Sebab sapi kawinnya pada waktu tertentu. Cuaca juga menentukan. Misalnya musim hujan, dalam sehari satu petugas ada 7 betina yang butuh disuntik. Kalau musim kemarau bisa jadi satu petugas melayani kawin suntik IB 10-12 ekor per hari. Untuk kambing sulit dimonitor, masalahnya dekat pasar kambing, kadang pahing beli, pahing lagi sudah dijual, begitulah. Untuk kambing yang disate tetap kambing jantan. Itu anjuran kami. Kok kemungkinan babon yang disembelih, berarti itu babon yang sudah tua, kalau produktif tetep produktif. Tapi usianya kan sudah tua, kan tak mungkin dipensiun dan dikocomotoni he..he..he,” ulas Mankesnak (Mantri Kesehatan Ternak),  Bambang SW, yang ngepos di Desa Jelu, rumah orangtua petugas IB Kecamatan Gayam, Sugianto.

Untuk menjaga kesehatan ternak, yakni melakukan deteksi dini. Misal sapi penyakiten, ditandai demam tinggi, kurang aktif gerak, makan kurang selera. “Bila itu yang terjadi maka pemiliknya harus segera menghubungi kami, karena ilmu untuk yang sejenis itu tidak ada di Youtube. Termasuk pembuatan ‘silase’ (makanan fermentasi, teknis mirip tapi formulanya tidak sama). Dengan semakin meningkatnya SDM peternak, walau di desa pinggiran hutan, maka rekan-rekan juga harus meningkatkan wawasan. Kata Pak Haji Rhoma Irama dalam lagunya,’Berkemajuan dan juga berpendidikan, didalam segala bidang’, itu yang dinamakan modern. Terutama metode agar program pemerintah berhasil, dalam hal ini peternakan. maka tetap harus selalu berinovasi, demi keberhasilan. Alhamdulillah, peternak juga tertib,  laporannya sudah sesuai dengan teritorial masing-masing. Akhirnya sesama Bambang tidak saling mendahului,” ungkap PTP Kecamatan Ngasem, Bambang Sugeng Wahono, yang beristrikan seorang kepala sekolah. (F.463)