Memberi dan Meminta Maaf Bukti Keluhuran Pribadi Seseorang

FAKTA – Sedikitnya ada enam nilai kebaikan yang patut dipertahankan  pasca-Ramadhan. Dalam melestarikan nilai-nilai kebaikan, dilanjutkan di bulan berikutnya.

Agar kita  tidak mudah melakukan dosa, lebih berhati-hati dalam mengambil sikap dan tindakan, bersikap jujur, memiliki semangat persatuan dan persaudaraan, dan melakukan pengendalian diri.

Hal tersebut di sampaikan Al- ustadz  Drs.Sodhikun Al-Azhar dalam kotbah shalat idulfitri 1445 H/2024 yang di gelar di Lapangan Tegong Jatisawit Bumiayu Brebes (10/4/2024).

Ditambahkan Dhikun, setelah sebulan kita melaksanakan Ibadah puasa dilatih mengendalikan nafsu dan keinginan, maka sejak fajar tadi pagi kita telah berpisah dengan Ramadan, memasuki bulan syawal.

Kita tidak tahu apakah kita masih diberi waktu untuk bertemu dengan Ramadan tahun mendatang ?

Dikatakan, hari raya Idulfitri suci karena hari Ini kita telah berada dalam suasana ampunan Alloh, suci dari noda dan dosa.Namun Itu semua tergantung pada tingkat keikhlasan amal perbuatan kita kepada Alloh selama Ramadan.

Melalul ibadah puasa kita menjalani latihan mental, untuk mampu menguasai dan mengenal diri, serta mampu mengendalikan dan menahan diri dari tipu daya yang menyesatkan.

Al Qur’an menjelaskan tentang perilaku yang dapat menyakitkan orang lain, yang dapat menghancurkan sendi-sendi persaudaraan sesama muslim dan sesama manusia antara lain :

Suka menghina, mencela dan menyebut orang lain dengan sebutan yang tidak terpuji. 

Hal ini dilarang oleh Alloh SWT. Oleh karena itu janganlah  dicaci maki menurut Alloh orang yang  dicacimaki  bisa lebih baik,daripada  orang yang mencaci- maki.

Suka berburuk sangka, suka mencari aib dan suka mengumpat orang lain. 

Marilah kita renungkan Al Qur’an surat Al Hujarat: 12,” Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan berprasangka, karena sebagian berprasangka itu lalah dosa.

Takutlah kamu sesungguhnya Alloh Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. Tidak ada perumpamaan terjelek dalam Al Qur’an kecuali perumpamaan dari perilaku orang yang suka berburuk sangka dan mengungkap aib orang lain. 

Kita harus menghindari perilaku seperti ini agar kita tetap kokoh membangun sendi-sendi cinta kasih dan persaudaraan dengan sesama, yang akan membawa kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Suka iri dan dengki pada nikmat yang diraih oleh orang lain. Rosululloh menjelaskan bahwa kedengkian itu akan mengikis habis kebaikan orang, seperti api menyala menghanguskan kayu yang terbakar.

Sebagai refleksi kita perhatikan dialog kecil antara Rosululloh saw dengan para sahabat: “Tahukah kalian, siapakah orang yang jatuh bangkrut Itu? Sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut itu lalah orang yang tidak mempunyai dinar, dirham dan tidak mempunyai kekayaan lainnya”. 

Rosululloh menjawab”Orang yang jatuh bangkrut itu adalah orang yang besuk di hari kiamat datang menghadap Alloh dengan membawa pahala sholat, pahala zakat, pahala puasa.

Di samping itu dia juga membawa dosa karena suka menghujat orang, suka menuduh orang, karena makan harta orang lain, suka mengalirkan darah, maka dari pahala-pahala itu akan diberikan kepada orang yang disakitinya, dan jika itu belum cukup, maka dosa orang yang disakiti akan diambil oleh Alloh dan dibebankan kepadanya.

Akhinya dia dilemparkan  dan dicampakkan ke dalam neraka”. (HR. Muslim).

Hindari sikap iri dan dengki kepada orang lain.Kedengkian hanyalah akan membuat hati dan pikiran menderita, dan tidak akan sedikitpun mengurangi anugerah Alloh swt yang diberikan kepada yang Dia  kehendaki.

Kedengkian hanya akan membuat diri kita tidak bisa berprestasi.Kedengkian hanya akan merefleksi perilaku buruk yang tidak layak untuk diteladani oleh generasi penerus.

Suka memaafkan kesalahan orang lain dan keras kepala.Perlaku seperti ini pasti akan merusak agungnya makna cinta, kebersamaan dan persaudaraan.

Suka menganggap diri paling pandai, paling kuasa dan paling berjasa dibanding dengan orang lain. Oleh karena itu, sejauh mungkin kita harus menjauhkan diri dari perilaku ini, sebab kesombongan tidak pernah tidak pernah bermanfaat dan sia sia.

Takutlah kamu Sesungguhnya Alloh Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. 

Tidak ada perumpamaan terjelek dalam Al Qur’an kecuali perumpamaan dari perilaku orang yang suka berburuk sangka dan mengungkap alb orang lain.

Oleh karena itu kita harus menghindari perilaku seperti ini agar kita tetap kokoh membangun sendi-sendi cinta kasih dan persaudaraan dengan sesama, yang akan membawa kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.

Suka iri dan dengki pada nikmat yang diraih oleh orang lain. Rosululloh menjelaskan bahwa kedengklan itu akan mengikis habis kebaikan orang, seperti api mengikis kayu bakar.

Sebagal refleksi kita perhatikan dialog kecil antara Rosululloh saw dengan para sahabat: “Tahukah kalian, siapakah orang yang jatuh bangkrut Itu? Sahabat menjawab: “Orang yang bangkrut itu lalah orang yang tidak mempunyai dinar, dirham dan tidak mempunyai kekayaan lainnya”. 

Rosululloh menjawab”Orang yang jatuh bangkrut itu adalah orang yang besuk di hari kiamat datang menghadap Alloh dengan membawa pahala sholat, pahala zakat, pahala puasa.

Di samping itu dia juga membawa dosa karena suka menghujat orang, suka menuduh orang, karena makan harta orang lain, suka mengalirkan darah, maka dari pahala-pahala itu akan diberikan kepada orang yang disakitinya, dan jika itu belum cukup, maka dosa orang yang disakiti akan diambil oleh Alloh dan dibebankan kepadanya.

Akhinya dia dilemparkan  dan dicampakkan ke dalam neraka”. (HR. Muslim).

Oleh karena itu, agar usaha dan perjuangan yang kita lakukan tidak sia-sia, sejauh mungkin kita.

Hindari sikap iri dan dengki kepada orang lain.Kedengkian hanyalah akan membuat hati dan pikiran menderita, dan tidak akan sedikitpun mengurangi anugerah Alloh swt yang diberikan kepada yang Dia kehendaki.

Kedengkian hanya akan membuat diri kita tidak bisa berprestasi. Kedengkian hanya akan merefleksi perilaku buruk yang tidak layak untuk diteladani oleh generasi penerus kita.

Suka memaafkan kesalahan orang lain dan keras kepala.Perlaku seperti ini pasti akan merusak agungnya makna cinta, kebersamaan dan persaudaraan.

Suka menganggap diri paling pandai, paling kuasa dan paling berjasa dibanding dengan orang lain.

Oleh karena itu, sejauh mungkin kita harus menjauhkan diri dari perilaku ini, sebab kesombongan tidak pernah mengantarkan hamba-Nya ke syurga, meskipun kesombongan itu hanya seberat atom.

Marilah kita renungkan, bahwa sehebat apapun manusia adalah tetap manusia yang penuh dengan keterbatasan diri.

Di atas langit masih ada langit.Jauhkan sejauh mungkin sikap sombong, karena sombong adalah virus yang sangat berbahaya yang dapat merusak sendi-sendi persaudaraan hidup menuju kualitas diri menjadi lebih baik.

Suka memutuskan silaturohim. Abdullah bin Ubay menceritakan saat sedang berkumpul dengan Rosululloh saw, tiba-tiba beliau berkata:”

Janganlah duduk bersamaku orang yang memutuskan tali silaturohim, maka segera berdiri seorang pemuda meninggalkan majelis tersebut, diikuti oleh seorang wanita yang ternyata adalah bibinya, yang rupanya keduanya sudah lama tidak saling menyapa.

Pemuda itu kemudian meminta maaf kepada bibinya, demikian pula bibinya Setelah itu barulah keduanya kembali ke majelis Nabi. Kemudian Nabi bersabda;

“Sesungguhnya Rahmad Alloh tidak akan turun kepada suatu kaum yang di dalamnya ada orang yang memutuskan tali silaturohim, ” pungkas Dhikun yang di tutup dengan doa. (dun)