Marinir AS, Brigade 1 Australia dan Malaysia Berlatih Untuk Hadapi China

Latihan perang untuk menghadapi China
Latihan perang untuk menghadapi China

KOPRAL Michael Hackett dan 10 anak buahnya bekerja keras dan harus berkemah di kondisi panas, lembab dan berdebu di Wilayah Utara Top End, Australia, selama lebih dari dua minggu. Tentara Australia ini mengaku kurang mendapatkan air untuk mandi selama operasi ini.

“Kita semua akan lebih lama di sini”, katanya kepada Reporter ABC.

Prajurit muda ini memimpin baterai artileri Charlie dari Resimen 8/12 selama Latihan Predator Walk, latihan bersama menyatukan 1.800 anggota pasukan bersenjata dari Tentara Australia, Korps Marinir AS dan sejumlah kecil tentara Malaysia.

Para prajurit dan Marinir berlatih di daerah Bundey, 130 kilometer selatan-timur Kota Darwin, di tepi Taman Nasional Kakadu di Northern Territory.

Kopral Hackett adalah bagian dari Angkatan Darat Darwin berbasis Brigade 1st, salah satu dari tiga brigade pertempuran utama di Angkatan Darat Australia.

Di bawah rencana pembenahan Angkatan Darat yang disebut Plan Beersheba yang diumumkan Pemerintah Gillard pada tahun 2011, tiga brigade tempur Australia bergantian meningkatkan kesiapan operasi.

Brigade ini harus siap, di mana setiap pasukan yang dikirim ke luar negeri akan disediakan oleh mereka.

Brigade 1 Australia dalam tahap penyiapan yang menurut komandannya Brigadir Mick Ryan, mereka fokus untuk memastikan semua anggota memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk ready, mulai tanggal 1 Juli 2016.

“Sangat penting bahwa kita melatih dari tingkat terendah sampai ke tingkat brigade dalam berbagai kegiatan gabungan yang kompleks, sehingga ketika kita terpilih sebagai ready brigade, kami siap dalam waktu singkat untuk melakukan berbagai misi yang berbeda, sesuai perintah pemerintah, “katanya.

Korps Marinir AS telah terlibat dalam pelatihan sebagai bagian dari Rotasi Angkatan Laut Darwin, yang diumumkan oleh mantan Perdana Menteri Julia Gillard dan Presiden AS Barrack Obama pada tahun 2011.

Penempatan Marinir AS di Darwin adalah bagian dari poros strategis Presiden Obama menuju Pasifik, untuk melawan pengaruh pertumbuhan China.

Brigadir Ryan mengatakan Marinir dan tentaranya menikmati persaingan profesional, dan merasa organisasinya sebagai “organisasi terbaik di dunia”.

“Bagi kami (Australia) banyak yang bisa kami pelajari, tapi sekarang kami berpikir ada satu atau dua trik, untuk bisa mengajar mereka”.

Marinir AS dan Brigade 1st Australia saat ini berbagi peralatan seperti M777 Howitzer, dan Brigadir Ryan mengatakan ada lebih banyak kesamaan antara kedua kekuatan.

“Kami memiliki etos profesional dan memiliki nilai-nilai masyarakat yang sama dan itu membuatnya jauh lebih mudah untuk bekerja sama.”

Itu adalah sentimen yang digaungkan oleh komandan Marinir, Letnan Kolonel Eric Dougherty.

“Kami memiliki kemampuan dan teknik yang sangat mirip, perbedaannya adalah apa yang membuat kita lebih kuat, belajar dari satu sama lain untuk mendapatkan yang lebih baik,” katanya.

“Anda memiliki dua kekuatan petarung yang unik, sangat mampu, yang mengambil jalan yang berbeda untuk tujuan yang sama.”

Ada tantangan, seperti belajar terminologi dan teknik yang berbeda yang digunakan oleh dua kekuatan, tapi Letkol Dougherty menggambarkan secara keseluruhan operasi mereka bersifat “mulus”.

Kapten Stacey Austin dari layanan kesehatan Brigade 1 menjelaskan bahwa penting untuk berlatih dengan pasukan dari negara lain.

“Dalam konflik modern kita tidak akan masuk ke pertempuran atau kampanye militer dengan diri kita sendiri, jadi tentara kita harus mempelajari hal tentang integrasi dan pasukan koalisi, dan bagaimana kita bekerja dalam kerumitan itu”

Artileri besar yang menggoncangkan tanah selama penghancuran

Pada saat ABC mengunjungi area pelatihan di Gunung Bundey, tentara Australia dan Marinir AS melakukan simulasi serangan terhadap posisi musuh dengan artileri serta tank, di mana Marinir bertindak sebagai infanteri.

Taktik dasar dalam latihan ini adalah menggunakan artileri untuk melunakkan “musuh” sebelum tank maju menyerang, dan puncak latihan dilakukan beberapa peledakan oleh para insinyur Angkatan Darat dan serangan terakhir berupa penyapuan oleh Marinir.

Howitzer M777 yang digunakan digambarkan oleh Mayor Wade Cooper dari Resimen 8/12 sebagai “pemukul merk baru” dan “state-of-the-art”.

Setiap senjata bernilai lebih dari $ 1 juta, berat 4.400 kilogram dan bisa menembakkan amunisi 43 kilogram, shell 155 milimeter 24,7 kilometer – dan mencapai target secara akurat – meskipun pada siang hari mereka hanya bisa menembak sejauh 17 kilometer.

Setelah amunisi akhir ditembakkan, Mayor Cooper mengundang media untuk melepas perlindungan pendengaran mereka. Tiga puluh detik kemudian kita bisa mendengar ledakan jauh saat shell (amunisi) mendarat.

Mayor Cooper mengatakan shell ditembakkan dalam latihan akan menghancurkan area seukuran lapangan football Australia (AFL).

Meskipun media diletakkan sekitar 50 meter dari artileri yang menembak, dan mereka menggunakan perlindungan pendengaran dan jaket antipeluru, kebisingan, guncangan, bau belerang dari bahan peledak, tetap saja menerpa.

“Howitzer ini akan menyebabkan banyak kerusakan di ujung lain, terutama dengan empat howitzer yang menembak pada saat yang sama. Saya tidak ingin berada di tempat itu,” ujar Kopral Hackett.

Dalam skenario peperangan nyata, beberapa prajurit akan berada sekitar 100 meter dari ledakan amunisi. Penting untuk keberhasilan artileri adalah Tim Gabungan Penembak yang tugasnya untuk menyelinap dekat dengan target dan memberikan lokasi jatuhnya amunisi ke pos komando, untuk koreksi.

Ledakan dari howitzer harus bisa dilihat dengan alat baru yang disebut multi spectral surveillance suite, yang pada dasarnya kamera dilengkapi tongkat teleskopik.

Gambar beresolusi tinggi dan thermal image dapat menunjukkan kerusakan yang ditimbulkan oleh shell/amunisi hingga lima kilometer dari teleskop tersebut.

‘Tidak ada yang lebih kuat di medan perang, daripada tank”

Setelah pemboman artileri, sudah waktunya untuk mendorong kendaraan lapis baja Bushmaster, untuk bergabung dengan tank di depan.

Bushmaster adalah kendaraan lapis baja all-wheel drive yang dirancang untuk dinaiki 10 prajurit yang sangat dicintai oleh pasukan Australia. Seorang berpangkat Waran Officer mengatakan Busmaster telah “menyelamatkan banyak nyawa tentara Australia di luar negeri”.

 

Serangan maju ke depan ini dipelopori oleh empat tank tempur utama M1A1 Abrams dari lapis baja Resimen 1, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Mick Murdoch,

“Kami punya tank yang cerdas dan paling modern di medan perang,” katanya.

“Tank ini dirancang untuk memberitahu Anda ketika ada sesuatu yang salah, dan Anda dapat mengesampingkannya dalam pertempuran jika Anda harus terus bergerak.

“Ini kesempatan pelatihan yang baik untuk kami dan dan kita punya mekanik untuk pemulihan tank”.

Meskipun tank Letkol Murdoch mengalami kegagalan mekanik dalam latihan ini, namun ia mengaku mencintai tank ini. “Tidak ada yang lain di medan perang yang lebih kuat daripada tank ini”, katanya.

Tank Abrams menembakkan amunisi 120 mm dengan jangkauan empat kilometer. Tank berbobot 62 ton ini, menurut Letkol Murdoch, menjadi salah satu tank paling aman.

Bersama tank Abrams itu, ikut bergerak lapis baja pengangkut pasukan M113 AS4, yang mengangkut delapan tentara infanteri. APC ini membawa senapan mesin caliber 50 sama dengan Bushmasters.

Saat infanteri turun, mereka mendekat ke tank untuk membantu melindungi mereka. “Anda menghilangkan kerentanan itu dengan menempatkan infanteri di belakang tank dan mereka bekerja sama,” kata Letkol Murdoch.

ABC diundang dengan berdiri di Bushmaster yang dikelilingi oleh tank dan operator pasukan lapis baja.

Itu menggembirakan, tapi debu itu luar biasa, dan ketika tank Abrams menembak, ia menghilang di balik segumpal kotoran dan asap.

Akhirnya tank dan pasukan berhasil mendekati lokasi “musuh” yang telah membuat galian tanah untuk pertahanan. Dengan adanya parit pertahanan di tempat ini, kendaraan lapis baja tidak bisa bergerak dan sudah waktunya bagi Marinir untuk turun dan bergerak maju.

Saat  ABC keluar dari Bushmaster, Marinir berjalan dan merangkak sambil melakukan tembakan perlindungan (cover fire) yang juga dibantu oleh tembakan dari tank Abrams, kendaraan pengangkut personil dan Bushmasters, yang terjebak di parit belakang.

Meskipun aman karena tahu tidak ada musuh yang balik menembak, namun dengan suara tembakan yang dekat dan konstan dan dengan visibilitas yang minim, suasana tetap saja menakutkan, tapi memberi pengalaman.

Akhirnya Marinir mencapai area di mana “musuh” telah diamankan, tapi pelatihan ini belum selesai. Mereka masih memiliki dua latihan lagi dengan amunisi sungguhan , sebelum hari ini mereka menutup pelatihan.

Bagi prajurit Sean Moran-Ramsay, pelatihan ini membantu mereka mempersiapkan diri, ketika brigade diminta berangkat ke luar negeri.

“Dengan latihan seperti ini, kami akan siap untuk memenuhi tugas di luar negeri,” katanya. (Jakarta Greater)