FAKTA – Sepenggal cerita dari karib lama yang dulu pernah bersama-sama pada situasi tertentu, mengisahkan sebuah pesan yang mendalam tentang pentingnya kesadaran diri dalam perjalanan menuju kebijaksanaan.
Ketika seseorang mampu mengenali dan menerima bahwa dirinya tidak tahu segala hal, itulah titik awal dari masuknya pintu Rahmat dan pembelajaran yang sesungguhnya.
Sering kali, orang cenderung merasa sudah tahu segalanya, yang justru bisa menutup pintu untuk pembelajaran lebih lanjut.
Kesadaran akan kebodohan kita sendiri membantu kita tetap rendah hati dan terbuka terhadap pengetahuan dan perubahan baru.
Dalam konteks ini, kebodohan bukan berarti ketidaktahuan yang berarti bodoh, melainkan ketidaktahuan yang diakui, kejujurannya dalam sebuah pengakuan dari nurani.
Ini adalah kesadaran bahwa ada banyak hal yang belum kita pahami, pelajari dan masih banyak ruang untuk pertumbuhan.
Dengan mengenali kebodohan, seseorang akan lebih bersemangat untuk mencari tahu lebih banyak, menggali pengetahuan baru, dan menerima bahwa proses pembelajaran adalah sesuatu yang tak ada habisnya.
Hal ini juga memungkinkan seseorang untuk belajar dari kesalahan, kegagalan, dan ketersesatan karena mereka menyadari bahwa ketidaktahuan adalah bagian dari perjalanan belajar.
Kebijaksanaan sejati, seperti yang dijelaskan dalam setetes tinta ini, berasal dari pemahaman yang dalam tentang keterbatasan diri.
Ketika kita menyadari betapa banyak hal yang belum kita ketahui, kita menjadi lebih bijaksana dalam mengambil keputusan dan menanggapi situasi.
Kesadaran ini memberi kita kemampuan untuk bertanya, mendengarkan, dan merenung lebih dalam, yang pada gilirannya meningkatkan pemahaman kita tentang dunia dan diri kita sendiri.
Ini adalah proses yang berkelanjutan, karena semakin kita belajar, semakin kita sadar akan ketidaktahuan kita.
Akhirnya, kesadaran akan kebodohan juga membangun rasa empati, peduli, dan lebih peka terhadap sesama.
Ketika kita tahu bahwa kita semua memiliki keterbatasan, kekurangan dan titik buta masing-masing, kita bisa lebih toleran terhadap perbedaan dan lebih sabar dengan kelemahan orang lain.
Dengan demikian, kebijaksanaan dan kesadaran yang muncul dari mengenali kebodohan kita sendiri bukan hanya memberikan manfaat bagi diri kita, tetapi juga bagi hubungan kita dengan orang lain maupun dengan semua mahluk ciptaan tuhan.
Oleh
Hanes Maidarofa
Wartawan Fakta
(Pemerhati Sosial)