Semua  

KAPOLDA PAPUA GELAR PERS RILIS TENTANG INSIDEN DI KAMPUNG ONEIBO

Kapolda Papua, Irjen Pol Drs Boy Rafli Amar MH.
Kapolda Papua, Irjen Pol Drs Boy Rafli Amar MH.
Kapolda Papua, Irjen Pol Drs Boy Rafli Amar MH.
Kapolda Papua, Irjen Pol Drs Boy Rafli Amar MH.

PADA hari Rabu, 8 Agustus 2017, bertempat di Ruang Cenderawasih Polda Papua, pukul 15.30 Wit, telah berlangsung Pers Rilis oleh Kapolda Papua, Irjen Pol Drs Boy Rafli Amar MH, didampingi Wakapolda Papua, Brigjen Pol Drs Agus Rianto, Dir Intel Polda Papua, Dir Reskrim, Kabid Propam, dan Kapolres Paniai tentang kejadian pengrusakan camp PT Putra Dewa Paniai yang mengakibatkan tertembaknya 9 orang masyarakat di Kampung Oneibo, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua, pada hari Selasa, 1 Agustus 2017.

Kronologis kejadiannya, pada hari Selasa, tanggal 1 Agustus 2017, terjadi aksi anarkis massa di Kampung Oneibo, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, yang diawali dengan sikap kepala tukang PT Putra Dewa Paniai yang menolak menolong salah satu warga korban tenggelam untuk dirujuk ke rumah sakit sehingga memerlukan adanya tindakan kepolisian yang dilakukan oleh Polsek Tigi dan Brimob di TKP yang mengakibatkan jatuhnya korban dari pihak masyarakat.

I. DITEMUKAN FAKTA BAHWA TERJADI 3 PERISTIWA DI TKP YAITU :

1. Peristiwa pertama :
Peristiwa penolakan kepala tukang PT Putra Dewa Paniai bernama Yohanes Randa terhadap warga yang sering dipanggil Pak Guru untuk mengantar korban tenggelam bernama Kansianus Douw, warga Kampung Oneibo, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, Provinsi Papua.

2. Peristiwa kedua :
Pengrusakan terhadap sarana yang ada di Camp PT Putra Dewa Paniai
dan pemukulan yang dilakukan oleh warga terhadap karyawan PT Putra Dewa Paniai bernama Sampe serta adanya informasi hilangnya salah satu karyawan Camp bernama Arsen.

3. Peristiwa ketiga :
Tindakan kepolisian di lokasi anarkis massa yang dilakukan oleh Polsek Tigi dan Brimob BKO PAM Deiyai yang mengakibatkan 1 korban meninggal dunia dan 8 korban luka tembak.

II. FAKTA-FAKTA BERDASARKAN PUL BUKTI DAN KETERANGAN SAKSI :

1. PERISTIWA I (ADANYA WARGA YANG DITEMUKAN TENGGELAM) :
Pada hari Selasa, tanggal 1 Agustus 2017, pukul 11.00 Wit, bertempat di Kampung Oneibo, Distrik Tigi, Kabupaten Deiyai, telah ditemukan seorang warga masyarakat bernama Kansianus Douw yang diduga tenggelam di sungai Oneibo. Selanjutnya Nataniel Pekey (Pak Guru) meminta bantuan kepada kepala tukang PT Putra Dewaz Paniai bernama Yohanes Randa untuk mengantar korban tenggelam ke rumah sakit yang saat itu mobil perusahaan sedang parkir di sebelah camp.

Kemudian Pak Guru dan karyawan bersama-sama mengecek kondisi korban dan melihat saat itu korban sudah tidak bergerak lagi (terlentang sudah ditutupi kain sarung dari kepala sampai ke bagian paha) sehingga Yohanes Randa (kepala tukang) tidak berani untuk membantu dengan alasan takut terjadi sesuatu dan karyawan tersebut akan dituntut atau disalahkan.

Karena Yohanes Randa tidak mau mengantar akhirnya masyarakat berupaya sendiri mengantar korban ke rumah sakit dengan menggunakan mobil pick up. Sesampainya di UGD RS Madi Paniai dinyatakan oleh dokter bahwa korban telah meninggal dunia. Selanjutnya korban tenggelam tersebut dibawa mobil ambulance dari RS Madi Paniai ke Kampung Oneibu.

Kapolda Papua, Irjen Pol Drs Boy Rafli Amar MH, didampingi Wakapolda Papua, Brigjen Pol Drs Agus Rianto.
Kapolda Papua, Irjen Pol Drs Boy Rafli Amar MH, didampingi Wakapolda Papua, Brigjen Pol Drs Agus Rianto.

2. PERISTIWA II (WARGA MENYERANG CAMP PT PUTRA DEWA PANIAI) :

Sekitar pukul 14.00 Wit mobil ambulance tiba di rumah duka yaitu Kampung Oneibo dan pemuda yang ada di sana datang ke camp menyampaikan agar para karyawan berhenti bekerja karena mereka sedang berduka. Atas penyampaiam tersebut karyawan camp langsung berhenti bekerja. Tidak beberapa lama kemudian datang sekelompok masyarakat yang berasal dari rumah duka mendatangi camp dan melakukan pelemparan camp serta penamparan kepada salah satu karyawan bernama Sampe dikarenakan tidak terima atas perlakuan salah satu karyawan camp tersebut (Yohanes Randa) yang tidak mau memberikan pertolongan kepada warganya yang tenggelam saat itu.

Melihat kejadian tersebut karyawan melapor kepada penanggung jawab perusahaan (manager), Aldy Layuk Tumanan ST, bahwa telah terjadi pengrusakan dan salah seorang karyawan belum ditemukan bernama Arsen. Setelah mendengar hal itu Aldy menghubungi Elias Pakage (tokoh masyarakat) dan menyampaikan bahwa telah terjadi keributan di camp. Setelah menelepon Elias Pakage, kemudian mereka bertemu di depan bank BRI Waghete dan pada saat itu ada Peley Pekey (Ketua RT). Lalu Aldy mengajak mereka untuk bersama-sama ke Kampung Oneibo guna menyelesaikan masalah tersebut, namun dilarang oleh Elias Pakage karena takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. “Biar mereka saja yang menyelesaikan masalah tersebut,” kata Elias Pakage.

Selanjutnya Elias Pakage dan Peley Pekey kembali ke Kampung Oneibo untuk menghampiri sekelompok masyarakat tersebut. Dan membawa dua pemuda yang akan menyelesaikan masalah tersebut menuju kantor perusahaan di Waghete. Belum jauh dalam perjalanan mereka bertemu dengan Aldy dengan membawa 3 personil Brimob (Aipda Ezra Sattun, Briptu Erensimus Awes dan Briptu Ardiansyah Siregar) dan beberapa karyawan didatangi serta dihadang oleh kelompok massa berjumlah ± 100 orang dengan menggunakan alat-alat tajam (panah, tombak ikan/kalawai, parang, besi).

Kedatangan Aldy dengan membawa 3 personil Brimob yang pam di perusahaan dan beberapa karyawan menggunakan 3 unit kendaraan (mobil hilux, 2 truk) dengan maksud menuju camp untuk mengamankan barang-barang yang ada dan mencari salah satu karyawan bernama Arsen yang belum kembali.

Melihat hal tersebut Aldy bersama 3 personil Brimob turun dari kendaraan dan menghampiri sekelompok masyarakat tersebut untuk menenangkan dan mau menyelesaikan masalah. Namun usaha yang dilakukan oleh ketiga anggota Brimob tersebut tidak berhasil karena massa semakin anarkis dan sempat melakukan perlawanan dengan cara mengarahkan anak panah, melempar batu yang sempat mengenai Aipda Ezra Sattun serta ada yang mencoba merampas senjata miliknya namun tidak berhasil.

Menindaklanjuti situasi tersebut mereka meninggalkan lokasi kejadian sambil berjalan menuju kendaraan truk bersama dengan karyawan perusahaan, menuju Pos Kotis Brimob di Waghete untuk bertemu dengan danton dan melaporkan kejadian tersebut.

Setelah mereka pergi, Ellias Pakage, Peley Pekey dan 2 warga Oneibo juga pergi ke perusahaan untuk bertemu Aldy guna menyelesaikan masalah mereka, namun tidak sempat bertemu.

3. PERISTIWA III (MASSA ANARKIS DAN ADANYA PENEMBAKAN YANG DILAKUKAN OLEH APARAT) :

Mendapatkan laporan dari Aldy dan 3 anggota Brimob di Pos Kotis, Danton Brimob, Iptu Aslam Jafar, langsung mengumpulkan anggota Brimob yang ada saat itu berjumlah 9 orang dan mereka langsung menuju ke Polsek untuk bersama-sama mendatangi TKP.

Sesampai mereka di Polsek, Danton Brimob menyampaikan peristiwa yang dilaporkan Aldy dengan anggotanya bahwa telah terjadi pengrusakan dan penganiayaan karyawan di camp agar dapatnya untuk bersama-sama ke lokasi dan Danton menyarankan kepada Kapolsek untuk membawa anggota Polsek putra daerah.

Selanjutnya Kapolsek Iptu Maing Raini mengumpulkan anggota Polsek sebanyak 7 orang (termasuk ada 3 orang anggota yang putra daerah) langsung berangkat menuju ke TKP menggunakan 4 unit kendaraan (mobil Polsek, mobil Brimob, mobil hilux perusahaan dan truk).

Sekitar pukul 16.00 Wit setelah anggota Polsek Tigi dan Brimob tiba di Kampung Oneibo di mana lokasi TKP pengrusakan berjarak sekitar 50 meter tiba-tiba anggota dihadang oleh massa dari masyarakat Kampung Oneibo yang diperkirakan berjumlah ± 300 orang dengan membawa alat tajam berupa anak panah, tombak ikan, kapak, parang dan batu.

Melihat hal tersebut semua anggota turun dari mobil sedangkan Kapolsek bersama tiga anggota putra daerah (Bripka Semni Pekey, Bripka Obeth Mote, Brigpol Barnabas Tekege) maju mendekati massa dan berupaya untuk menenangkan massa. Namun massa tidak mendengarkan mereka malahan maju ke depan mendekati anggota lainnya dan melakukan pelemparan batu dan kayu.

Melihat hal tersebut Kapolsek memerintahkan sopir mobil patroli untuk berputar arah. Setelah berhasil balik arah Kapolsek menyuruh sopir untuk menjalankan kendaraan mobil patroli bergerak maju sambil Kapolsek menyampaikan kepada Danton,”kita harus mundur karena keadaan sudah tidak bisa dikendalikan”, sambil terus bergerak maju dangan mobil patroli hingga melewati mobil patroli Brimob.

Saat berlangsung gelar pers rilis tentang insiden di Kampung Oneibo.
Saat berlangsung gelar pers rilis tentang insiden di Kampung Oneibo.

Setelah itu disusul lagi kendaraan patroli Brimob di mana pada saat itu massa masih tetap maju ke arah anggota sambil melempari batu. Anggota Brimob mundur secara perlahan sambil bertahan sehingga massa mendatangi Patroli Brimob dari sisi kiri dan sisi kanan dan depan, sementara anggota Brimob berada di bagian depan mobil patroli Brimob. Kemudian salah seorang masyarakat mencoba memukul sopir menggunakan sebatang besi dengan cara batang besi ditusukkan ke arah kaca samping bagian depan namun mengenai kaca samping bagian belakang yang mengakibatkan kaca mobil patroli pecah. Pada saat bersamaan massa yang melakukan penyerangan terhadap anggota hendak menyerang Danton dengan menggunakan alat tajam berupa kampak. Namun Danton menghindar sambil memberikan aba-aba kepada anggota agar melakukan tembakan peringatan.

Mendengar perintah dari Danton sehingga saat itu juga 7 (tujuh) personil anggota Brimob melakukan penembakan sedangkan sopir dan Danton tidak melakukan penembakan. Pada saat anggota Brimob melakukan tembakan peringatan ke arah atas secara bersamaan kemudian melakukan penembakan ke arah bawah sambil bergerak mundur dan pada saat yang bersamaan 2 dari personil Brimob yaitu Aipda Ezra Sattun dan Bripka Victor Manggaprouw menukar atau mengganti magasen protap dengan magasen peluru tajam, dan melakukan penembakan ke arah bawah yang mengakibatkan pantulan (waktu penembakan tidak terlalu lama ± 3 menit). Setelah melakukan penembakan, anggota Brimob kemudian naik ke mobil patroli dan kembali ke Polsek.

Pada saat anggota Polsek dan anggota Brimob meninggalkan TKP dan kembali ke Polsek, di TKP masih ada anggota yang tertinggal yaitu Bripka Samin Pakage, Bripka Abed Mote dan Brigpol Barnabas Tekege, yang saat itu ketiganya masih mencoba bernegosiasi dengan massa. Tiba-tiba terdengar bunyi tembakan secara rentetan yang menyebabkan ketiganya menghindar dan mencoba mencari tempat perlindungan di rumah warga, Pak Guru Pekey.

Kurang lebih setengah jam kemudian ketiganya pamit untuk kembali ke Polsek Tigi. Sesampainya di jalan, ketiganya bertemu dengan masyarakat yang masih berkumpul di TKP dan ada yang menangis dan disampaikan kepada mereka bahwa ada 6 (enam) orang warga menjadi korban penembakan. Kemudian Bripka Abed Mote menanyakan keberadaan korban dan disampaikan bahwa korban telah diantar oleh Kepala Distrik Tigi, Stefanus Mote, ke rumah sakit. (Rilis)