
PEMERINTAH Myanmar, atau dikenal juga sebagai Burma, menandatangani kesepakatan gencatan senjata dengan delapan kelompok etnik bersenjata.
Upacara penandatanagan di ibu kota, Nay Pyi Taw, merupakan buah dari perundingan pelik selama dua tahun.
Betapapun, kelompok-kelompok pemberontak paling aktif, sebanyak tujuh dari 15 yang terlibat dalam perundingan, tidak ikut menandatangani kesepakatan.
Sejak merdeka dari Inggris tahun 1948, Myanmar menghadapi perlawanan bersenjata dari berbagai kelompok etnik yang memberontak, yang menuntut otomomi lebih luas.
Menurut wartawan BBC di Nay Pyi Taw, Jonah Fisher, kesepakatan itu tak berdampak banyak untuk menghentikan konflik yang masih marak, karena delapan kelompok itu sudah pula sebelumnya memiliki kesepakatan gencatan senjata secara bilateral dengan pemerintah.
Namun pemerintah berharap, ini bisa menjadi langkah pertama ke arah kesepakatan politik yang langgeng.
Di antara yang tidak ikut menandatangani adalah kelompok pemberontak terbesar, Tentara Negara Wa Bersatu, dan Organisasi Kemerdekaan Kachin dengan sayap militer Tentara Kemerdekaan Kachin yang menguasai sebagian besar kawasan timur laut negara bagian Kachin, dan kerap baku senjata dengan tentara Burma.
Para perunding mengatakan kepada BBC, kendati tak ikut tanda tangan, ketujuh kelompok itu sudah menyepakati rancangan kesepakatan.
Awal pekan ini seluruh kelompok yang menandatangani kesepakatan sudah dihapus dari daftar “lembaga ilegal.” (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com