Ananto Haryo: Advokat Ditekuni, Dosen Dijalani

Dr. (CD) H. Ananto Haryo, S.H., M.Hum., M.M. (kanan, baju batik merah)

FAKTA – Itu terungkap ketika Dr. (CD) H. Ananto Haryo, S.H., M.Hum., M.M., memberikan sambutan menjelang buka puasa bersama disalah satu hotel berbintang di Kabupaten Sidoarjo. Kebetulan buka puasa bersama pengurus Peradi cabang Sidoarjo dan para undangan lainnya termasuk para jurnalis ternyata bersamaan dengan peringatan HUT Abah Ananto Haryo yang ke-57 tahun.

Tentu saja meriah dan khidmat menyelimuti acara tersebut lebih guyub dan gayeng ketika Ananto Haryo bercerita pengalamannya sebagai advokat selama 35 tahun. “Banyak suka dukanya,” katanya mengawali cerita karirnya, disambut tepuk tangan membahana.

Suka duka kalau diceritakan malam ini tidak cukup satu jam, bisa bisa rekan advokat yang saya cintai terlambat takjil dan terlambat melaksanakan salat Maghrib, kata Ananto yang menjabat Wakil Ketua DPC Peradi Kabupaten Sidoarjo.

Ananto Haryo bersama rekan-rekannya.

Ia mengawali menjadi advokat di Jakarta ikut pengacarakondang, Budi Kelana dan rekan bertahun-tahun. Pria yang punya hobi olahraga off-road ini magang dan menimba pengalaman serta menimba ilmu hukum di kantor advokat Budi Kelana dan rekan.

Pada tahun 1990 yang kala itu masih sorangan wae alias jomblo alias masih perjaka tampan dan energik pamit pulang ke Surabaya pada Bos Budi kelana. Ketika pamit tidak dikasih duit tetapi diberi puluhan CD (Compact Disc) yang isinya tidak ternilai harganya. CD berisi ilmu teknik beracara sebagai advokat, cara membuat gugatan dan lain lain llmu hukum
perdata maupun hukum pidana.

Bermula dari sana, Ananto buka kantor kecil yang nempel di rumahnya. Ketika itu banyak karyawan perusahaan yang nasibnya kurang baik karena mendapatkan perlakuan kurang baik dari manajemen perusahaan. Banyak karyawan mendapatkan penghasilan layak setelah ditolong melalui pendekatan-pendekatan dengan manajemen perusahaan.

Sebagai timbal balik pihak perusahaan melakukan pendekatan dengan Ananto Haryo bila terjadi permasalahan pihak perusahaan berkesimpulan bahwa Abah Ananto mampu menjinakkan karyawan bila terjadi unjuk rasa.

Dalam akhir sambutannya, ia tidak bisa melupakan perkara yang membelit perusahan sepatu Kasogi pada tahun 2000an. Betapa tidak saking khawatir berlebihan dari pihak keamanan yang menghadapi ribuan pendemo karyawan pabrik sepatu Kasogi, Ananto dinaikkan kendaraan lapis baja, panser, untuk menenangkan pendemo yang berada di seputaran gedung DPRD Jatim. Berhasil damai dengan perusahaan. “Damai itu indah,” kata Ananto mengakhiri sambutannya.(MasDa/F-302)