Daerah  

Waspada, Menjawab Kegelisahan Perempuan Terhadap AI

Ketua Forum Siti Manggopoh , Basnurida, foto bersama dengan para peserta.

FAKTA – Forum Siti Manggopoh (FSM) dan Taty Westhoff, Diaspora Minang Belanda, membincang isu penting dalam sebuah diskusi tentang kegelisahan perempuan Minang di era Artificial Intelligence (AI), Selasa (4/12/2024).  

Penggerak budaya Minang di Den Haag Belanda,Taty Westhoff,  membagi pengalaman selama 44 tahun di Belanda. Ia menceritakan bahaya kemajuan teknologi yang tidak diikuti dengan ilmu, agama dan menjaga akar budaya Minang akan berbahaya bagi diri sendiri maupun lingkungan.

“Di Belanda, negeri yang dikatakan maju dalam banyak hal ternyata banyak korban yang bunuh diri karena dipermalukan lewat AI, yang gambarnya seolah-olah dirinya tampil tidak sopan, sehingga membuat remaja merasa malu dan membunuh dirinya karena tak kuat secara mental dibully teman- temannya,” katanya, Rabu (4/12/2024).

Dikatakannya, AI adalah alat mempercepat kerja. “Maka kita harus hati- hati dengan kemajuan teknologi terutama ibu-ibu. Jangan terpukau dengan keindahan buatan yang bersifat semu,” sebutnya.

Mande Taty Westhoff sempat menangis menceritakan kecintaannya terhadap ranah Minang meski jauh dirantau.
Ia tetap merawat tradisi Minang dalam keluarga dan lingkungan. Kadang-kadang orang-orang dirantau merasa bangga dengan Minang tapi banyak di ranah yang tak bangga lagi dengan ke Minangannya. 

Ketua Forum Siti Manggopoh, Basnurida yang mengungkapkan dan sepakat bahwa kewaspadaan perlu ditingkatkan bagi generasi muda dan memahami dari segi etik, moral dan hukum untuk menjawab kegelisahan tersebut. 
Basnurida, selaku Ketua FSM dan ketua panitia, Wisye Paula Deja merasa bangga dan bahagia, karena sebagai pembicara yang datang jauh-jauh dari Belanda mau berbagi ilmu dengan ikhlas untuk memberikan solusi atas kegelisahan perempuan. 

Semua peserta yang hadir dari berbagai profesi terutama anggota FSM dan wartawan cukup antusias mengikuti acara bincang bincang santai tersebut. 

FSM adalah sebuah komunitas sosial yang terinspirasi pejuang wanita Minang Siti Manggopoh yang terus menyuarakan nilai kejuangan Siti yang disesuaikan dengan kondisi kekinian dalam melawan arus AI 

“Banyak orang pandai menggunakan AI tapi tak paham tata krama, adab dan sopan. Karena itu FSM akan terus berjuang di tengah masyarakat dalam berbagai bidang seperti ekonomi, sosial, agama, budaya dll sesuai misi FSM,”  ujar Lismi Hasan Walidin, pendiri FSM yang akrab dipanggil Oma dengan penuh semangat.

Oma bersama pendiri lain  Dr Sri Setyawati, Wevy dan Yuli akan tetap bersama- sama menjaga eksistensi FSM ini.

Diskusi yang dihelat Mushala Al Hakim menjadi meriah karena,  bundo bundo FSM memajang semua produk masing-masing mulai dari kuliner hingga pakaian dan mereka saling membeli sesuai kebutuhan. Dalam sekejap jualan mereka habis terjual. (ss)