Daerah  

Kereta Cepat Whoosh Jak-Ban Bisa Mengubah PT KAI Profitable Jadi Perusahaan Bermasalah

Kereta Api Cepat Whoosh Jurusan Jakarta-Bandung.

FAKTA – Peningkatan pelayanan PT KAI (Kereta Api Indonesia) dengan disediakan Kereta Cepat (Jak – Ban) Jakarta – Bandung (KCJB) Whoosh memang sangat nyaman. Praktis waktu yang dibutuhkan dari Jakarta ke Bandung hanya memakan waktu 27 menit dari Stasiun Halim sampai Stasiun Padalarang. Demikian disampaikan Dr. Ir. Harris Turino Kurniawan, M.Si, M.M., anggota DPR RI dari Dapil IX, Kabupaten Tegal,Kota Tegal dan Kabupaten Brebes pada FAKTA .

Tambahnya, apalagi sekarang sudah ada 62 trip perjalanan tiap hari dari kedua arah. Tiap 30 menit ada kereta, jadi tidak perlu kuatir jadwal perjalanan terhambat dan kereta yang kita pesan datang tepat waktu sesuai jadwal.

Namun peningkatan fasilitas pelayanan dengan disediakankan Kereta api Whoosh, target jumlah penumpang yang direncanakan masih jauh dari rencana. Target awal yang direncanakan PT KAI per hari bisa mencapai 40.000 penumpang. Namun saat ini ternyata per hari hanya bisa mendapatkan penumpang 16.000 – 19.000  itupun dalam kondisi normal, kritik Politisi dari Partai PDI-P ini.

Termasuk rencana penjualan  tiket yang awalnya harga dipatok Rp400.000, sekarang masih berkisar di Rp200.000 – Rp250.000 untuk kelas Ekonomi dan Rp450.000 untuk kelas Bisnis. Otomatis capaian pendapatannya rendah dan harus nombok. Pendapatan per hari harusnya bisa mencapai Rp5 – 10 miliar, atau Rp150 – 300 miliar per bulan atau Rp1,8-3,6 triliun per tahun. Ini jelas bakalan menggerus keuntungan KAI sebagai holdingnya.

Pertanyaannya Harris Turino, apakah minat masyarakat untuk naik kereta api pakai kereta api cepat Whoosh kurang sehingga dianggap tidak laku?

Karena menurut informasi masyarakat harga tiketnya masih kemahalan. Padahal dulu angan-angan dari PT.KAI targetnya mampu menjaring orang yang melaju Bandung – Jakarta – Bandung tiap hari.

Harusnya dulu ada pemikiran, kalau Masyarakat yang rutin tiap hari naik kereta api ini kalau sehari bayar Rp500.000 pulang pergi untuk kereta kelas ekonomi saja, maka dibutuhkan biaya transport sebesar Rp10 juta per bulan. Ini belum termasuk perjalanan lanjutannya. Pertanyaannya adalah berapa banyak golongan masyarakat yang mampu membayar semahal itu?

“Harus dipikirkan serius oleh KAI, bagaimana solusi yang pas untuk Whoosh. Kalau berlarut maka kondisi keuangannya bisa tambah parah. Nanti bisa-bisa KAI berubah dari perusahaan yang tadinya profitable dan kaya cash flows, jadi perusahaan yang bermasalah,” pungkas Harris Turino. (sus)