Presiden Fed St. Louis, James Bullard, optimis bahwa kenaikan suku bunga pertama bank sentral AS akan terjadi di akhir Q1 (kuartal pertama) 2015, lebih cepat dibanding konsensus di pertengahan 2015.
Komentar Fed Bullard ini sekaligus menjadikan komentar yang paling hawkish di antara member FOMC lainnya yang memperkirakan kenaikan baru terjadi setelah tengah tahun. Sebelumnya Bullard termasuk anggota Fed pertama yang menyuarakan perlunya program pembelian obligasi QE untuk menyokong perekonomian.
Dari sisi ekonomi, Bullard memperkirakan laju pertumbuhan GDP AS masih dalam jalur 3% untuk laju GDP di semester kedua 2014, namun beliau mengkhawatirkan perekonomian Eropa yang berpotensi lebih lambat pemulihannya dibanding estimasi semula.
ECB Akan Mengambil Tindakan Jika Resiko Deflasi Muncul
Gubernur Bank of Japan, Haruhiko Kuroda, tidak memperkirakan zona euro akan jatuh ke dalam deflasi namun dirinya yakin bahwa European Central Bank akan mengambil langkah untuk menghilangkan resiko tersebut jika ada, menurut salah satu suratkabar Italia.
Kuroda, dalam wawancara dengan Corriere della Sera, mengatakan bahwa kecemasan utamanya adalah krisis di Ukraina, yang menegangkan hubungan pihak Barat dengan Rusia dan memicu sanksi perdagangan yang melukai negara perekonomian di Eropa dan Rusia. Bagaimanapun juga, blok zona euro kemungkain tidak akan jatuh ke dalam jurang deflasi seiring ekspektasi inflasi jangka panjang masih positif dan perekonomian kawasan sedang pulih secara bertahap, meski dalam laju yang sangat lambat, ucap Kuroda dalam wawancara yang dirilis pada hari Senin.
“Oleh karena itu, saya yakin bahwa Presiden ECB, Mario Draghi, akan melakukan segalanya yang diperlukan untuk mencegah resiko deflasi jika muncul di Eropa,” ucapnya.
Dalam komentarnya yang paling tegas hingga hari ini, Draghi pada hari Jumat lalu mengatakan bahwa ECB akan menggunakan semua alat kebijakan yang tersedia untuk menghadapi tingkat inflasi yang terlalu rendah jika paket kebijakan yang diadopsi bulan Juni lalu gagal untuk mendorong tingkat permintaan.
Kuroda mengatakan pengalaman Jepang menunjukkan seberapa berbahayanya deflasi dan menambahkan bahwa Bank of Japan (BoJ) akan memperpanjang program quantitative easing miliknya bahkan hingga melewati tahun fiskal yang dimulai pada April 2015 jika inflasi gagal mencapai target 2% pada waktu tersebut.
“Dengan laju inflasi Jepang sebesar 1.3% hari ini, kita sudah berada di setengah perjalanan,” ucap Kuroda. Ia mengatkan perekonomian Jepang sedang pulih pada kuartal ini setelah keterpurukan di kuartal kedua akibat kenaikan pajak penjualan di bulan April, yang mendorong konsumen untuk memajukan pembelian sebelum kenaikan pajak. “Tingkat konsumsi kembali ke level normal saat ini dan untuk kuartal ketiga kami memperkirakan adanya pemulihan pada GDP. Sehingga pemerintah akan melanjutkan dengan kenaikan pajak penjualan kembali di bulan Oktober.” (Monexnews)