26 LUKISAN RELIGIUS DI BULAN RAMADAN

lukisan yang dipamerkan
lukisan yang dipamerkan

PERKEMBANGANkesenian di Kota Surabaya, semakin hari semakin menunjukkan eksistensinya.  Hal ini dibuktikan dengan diadakannya pameran seni lukis yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya. Berlokasi di area temporer Museum Surabaya, pameran yang diadakan sejak tanggal 6 hingga tanggal 12 Juli ini menyajikan 26 lukisan karya sembilan pelukis dari Surabaya.

Pameran seni lukis yang mengusung tema Nang Nung Ning, merupakan tema dengan spririt religius sebagai bentuk pengungkapan tentang kesadaran manusia akan penciptanya. Para pelukis berkarya dengan mengambil inspirasi dari surat Yaa Sin, Al Qur’an, Hadist dan kehidupan sosial masyarakat.

“Sebelumnya, ada dua agenda yaitu pameran seni rupa di bawah koordinator Taufik Monyong, pameran fotografi dari mahasiswa dan ini pameran religius. Dilanjut besok tanggal 25 Juli ada pameran bertajuk Surabaya dalam sketsaku yang digagas oleh mahasiswa Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta (STKW),” ujar Agus Koecink selaku panitia acara.

Agus yang berprofesi sebagai dosen di universitas swasta di Kota Surabaya ini, menyebutkan dipilihnya tema tentang religi, dikarenakan dengan jatuhnya acara pada bulan Ramadan. Mengenai proses pemilihan kesembilan seniman ini, Agus diharuskan untuk mendata seniman yang tetap konsisten dalam menghasilkan karya seni lukis. Setelah melakukan pendataan selama kurang lebih dua bulan, akhirnya ia memilih sembilan pelukis yang berpartisipasi dalam pameran ini, yaitu : Andiek Eko, Budi Sulaiman, Setyoko, Zaynal AM, Lukman Hidayat, Yang Boo, Iwan Suwarno, Syamdhuro, dan Istoyo.

Pameran yang diadakan sebagai bagian dari program Museum Surabaya tersebut, ternyata mampu menarik perhatian masyarakat, termasuk mereka yang masih berusia dini. Darren Donovan(10) dan Euriko Alexander(11) menyebutkan bahwa mereka menyukai lukisan-lukisan yang dipamerkan. Menurut Donovan, meskipun ia kurang paham tentang arti lukisan tersebut, namun ia berusaha memahami melalui warna yang ditorehkan para seniman melalui media kanvas.

Agus menambahkan, selain untuk ajang pameran seni lukis, acara ini juga dijadikan sebagai sarana publikasi agar masyarakat semakin tahu tentang keberadaan Museum Surabaya.

“Ke-26 lusikan tersebut memang dipajang untuk dipamerkan kepada khalayak seniman maupun umum, namun tidak menutup kemungkinan juga bagi mereka yang hendak memiliki karya salah satu pelukis tersebut dapat membelinya,” tutup Agus dalam wawancara. (Rilis)www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com