Tidak ada sistem kesehatan di dunia mampu mengatasi pandemi ini jika pendekatannya kuratif. Publik dijadikan pasien layanan kesehatan, konsumen obat dan vaksin sehingga menjadi obyek rentan bagi intimidasi. Diduga, dihembuskan freeriders yang suka memancing di air keruh.
Politik kesehatan kita seharusnya lebih preventif dan promotif serta memandirikan industri kesehatan domestik. Terutama dalam pengelolaan Penyakit Tidak Menular (PTM) seperti stroke, jantung, diabetes, dan kanker.
Publik diberdayakan agar menjadi penyedia kesehatan sebagai public goods. Bagi warga usia produktif perlu edukasi hidup sehat, bersih, rendah gula, aktif secara fisik dan mental, minum air putih cukup dan makan dengan gizi seimbang. Tidak mungkin mereka ini dipaksa terus berdiam diri di rumah tanpa pekerjaan.
Baca Juga : Tewas di Lokasi, Terjatuh dari Jembatan Akibat Hal Tak Diduga
Rasulullah SAW dengan cerdas mengenalkan konsep karantina wilayah. Ini bisa setingkat kota atau provinsi. Tapi beliau tidak pernah menganjurkan menjarangkan shaf shalat dan bermasker. Apalagi menutup masjid.
Yang wafat terkena Covid-19 mati sebagai syahid. Tapi ekonomi kota tetap berjalan seperti biasa. Bukti bahwa Covid-19 lebih mematikan dari virus flu biasa tidak meyakinkan, sementara TBC, dan PTM yang memiliki jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah (prevalensi) dan case fatality rate (angka kasus kematian) lebih tinggi dari Covid-19 justru terbengkalai. (Daniel Mohammad Rosyid, Jatingaleh, 11/7/2021)






