Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Saka 1944 Momentum Introspeksi Diri Yang Indah

Majalahfakta.id – Hari Nyepi adalah hari suci bagi umat Hindu untuk melaksanakan Catur Brata Nyepi pada perayaan Tahun Baru Saka yang berdasarkan perhitungan kalender Hindu, Kamis 3 Maret 2022. Rahina Nyepi Çaka 1944 yang bermakna melakukan introspeksi diri, dilakukan selama satu hari total 24 jam, sehingga dengan cara menyepi itu memiliki kesempatan untuk mematut-matut diri atau introspeksi hingga kemudian mampu melakukan perbaikan dan meningkatkan kualitas hidup lebih baik dan memberi banyak manfaat bagi banyak orang. Karena itu, hal-hal yang dilarang saat pelaksanaan Nyepi itu diantaranya adalah amati geni, tidak menyalakan api,  amati karya, tidak bekerja, amati lelungan tidak bepergian, dan amati lelanguan tidak melakukan kegiatan hiburan.

Hari Raya Nyepi sebagai momentum introspeksi diri sungguh sangat diperlukan untuk memperbaiki dan menakar kembali kedalaman dari laku spiritual untuk terus mendekatkan diri kepada Tuhan, ungkap Eko Sriyanto Gangendu ketika diminta pendapat selaku tokoh spiritual Indonesia tentang hakekat atau makna dari Hari Raya Nyepi yang tengah dirayakan oleh umat Hindu di Indonesia.

Sebagai momentum mematut-matut diri atau introspeksi diri, maka perayaan hari Nyepi menjadi semacam upaya memutar ulang apa-apa saja yang pernah dilakukan sebelumnya dengan cara melakukan koreksi atau berpikir serius dan cermat untuk direnungkan. Mulai dari karakter diri, perilaku, emosi, serta motifipasi yang ada pada diri sendiri, perlu dibenahi atau disempurnakan. Sehingga dengan begitu, dapat melihat jejak langkah secara jernih dan terang jauh ke belakang – untuk kemudian melangkah lebuh jauh ke masa depan — yang berkaitan dengan perilaku dan perbuatan kita. Sehingga kesalahan yang sekiranya perlu diperbaiki atau ditingkatkan kualitasnya, bukan cuma sebatas untuk diri pribadi, tetapi juga perbuatan atau apa saja yang kita lakukan itu untuk orang banyak.

Jadi essensi dari perayaan Nyepi, tandas Eko Sriyanto Galgendu adalah memaknai pencarian atau pemantapan jati diri yang lebih berifat spiritual, karena memang tidak keluar dari perenungan terhadap keberdaan dari jati diri dengan laku mengendalikan api-api yang ada dalam diri, seperti api kemarahan, api dengki, dan api ketamakan dan kerakusan, apalagi gterhadap hak-hak milik orang lain.

Menurut Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) seperti yang dipublikasikan oleh Kompas.com, 25 Maret 2020, hari suci atau hari raya Nyepi merupakan hari yang diperingati secara istimewa berdasarkan keyakinan umat Hindu setiap tahun, yaitu sehari setelah Tileming Sasih Kesanga. Lalu berdasarkan sejarah tahun Saka itu lahir dari India. Ketika itu, di India masih banyak memiliki suku bangsa seperti suku bangsa Saka (Scythia), suku bangsa Pahlawa (Parthia), suku bangsa Yueh-chi, suku bangsa Yawana, dan suku bangsa Malawa.

Syahdan, saat itu sesame suku bangsa di India, masih ada ada semacam hasrat untuk saling menundukan yang satu oleh yang lain, hingga tidak mengherankan jadi silih berganti bagi yang satu dapat menguasai suku bangsa yang lain. Lalu sejarah pun mencatat, Suku Saka mengalami masa kejayaan dan kedigdayaannya, sehingga mampu mengalahkan dan menundukkan suku bangsa yang lain. Meski begitu, Suku Saka pun sempat terdesak oleh suku bangsa India lainnya. Dengan begitu maka lahirlah strategi baru untuk perjuangan politik dan militer guna dijadikan strategi perjuangan dalam bentuk kebudayaan.

Lalu pada tahun 78 Masehi, ada seorang dari Dinasti Kusana bernama Raja Kaniska naik tahta. Raja Kaniska merupakan raja yang bijaksana. Maka pada hari Minma, tepatnya pada 21 Maret 79 Masehi, saat Purnama Waisak kebetulan berlangsung gerhana bulan. Inilah yang kemudian menjadi semacam patokan untuk metetapkan sebagai panchanga atau kalender sistem Saka. Tonggak sejaran ini menjadi miliki Suku Saka, karena mampu mengatasi permusuhan yang terjadi di antara para suku bangsa di India ketika itu. (Wis/Her)