GUMBREKAN Mahesa atau Weton Kerbau (Jawa : Tiron Kebo) Minggu Wage menjadi acara tahunan yang diselenggarakan Pemerintah Desa Banyubiru, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Provinsi Jawa Timur. Tepatnya di Dusun Bulakpepe dan Dusun Gadon.
Sebelum prosesi Gumbrekan Mahesa dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan acara ritual sesaji 100 tumpeng bertempat di lapangan Bulakpepe yang dipimpin langsung Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar ST MH, didampingi Kepala Desa Banyubiru, Kundari, dan ADM KPH Ngawi, Haris Suseno, serta beberapa tokoh adat Desa Banyubiru yang diselenggarakan pada Minggu (10/11/2019).
Wakil Bupati Ngawi, Ony Anwar, yang akrab disapa Mas Ony mengatakan, sejarah adanya ritual sesaji 100 tumpeng sebelum diarak ke tempat dimulainya Gumbrekan Mahesa mandi (Jawa : njerum) di sungai yang dilaksanakan setiap tahun bertepatan dengan pemetikan hasil sawah (panen) yang dilaksanakan satu tahun sekali. “Maksud dari ritual ini yaitu sebagai wujud syukur peternak kerbau terhadap Allah SWT yang telah memberi sehat kepada kerbau warga Dusun Bulakpepe dan Dusun Gadon sampai selesai mengerjakan sawah (bajak sawah). Setelah 700 kerbau mandi atau njerum terus pulang kembali ke kandangnya yang disediakan Perhutani KPH Ngawi yang tertata dengan bagus, menarik dan sehat, karena tidak campur dengan rumah penduduk. Kotoran kerbau ini sudah diolah menjadi kompos oleh POKDAWIS Barokah Desa Banyubiru untuk dijual kepada petani lokal dan luar Desa Banyubiru. Acara Gumbrekan Mahesa ini harus terus dilestarikan dan diuri-uri, jadwalnya harus diagendakan secara pasti setiap tahun, sehingga dijadikan salah satu destinasi wisata di Ngawi, yang akhirnya mendapat kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara yang dapat menambah PAD Pemkab Ngawi dan PADes Banyubiru dari sektor pariwisata,” ujar Mas Ony.
Mas Ony menambahkan, acara ini sangat spektakuler. “Saya memberikan apresiasi yang tinggi kepada Pemdes Banyubiru, khususnya Dusun Bulakpepe dan Dusun Gadon, karena keberadaan kerbau ini sekarang sangat langka, di Desa Banyubiru menernakkan dan memelihara kerbau telah membudaya, artinya menjadi rojo koyo bagi warga setempat. Untuk itu acara Gumbrekan Mahesa atau Kerbau, harus dilestarikan. Warga di sini memiliki anggapan kalau kerbau merupakan binatang paling penurut, dengan kerbau itu juga masyarakat bisa menambah rezekinya,” imbuhnya. (Adv/Bagian Humas Setda Pemkab Ngawi/F.968)







