IRJEN Pol Drs Rudolf A Rodja bersama istri resmi meninggalkan Mapolda Papua. Kepala Bidang Humas Polda Papua, Kombes Pol A M Kamal, mengatakan, prosesi pedang pora mengandung makna bahwa dengan jiwa ksatria siap menghadapi segala rintangan yang akan dihadapi di waktu yang sama.
Kapolda Papua, Irjen Pol Paulus Waterpau, mengatakan, ia akan melanjutkan apa yang telah menjadi kebijakan Polri. “Satu kata yang mau saya lakukan adalah melayani dengan hati,” ucapnya seusai upacara pedang pora di Mapolda Papua, Rabu, 2 Oktober 2019, pukul 8.00 Wit.
Dilanjutkan Waterpauw bahwa dari sisi keamanan Polda Papua menempatkan personil yang sudah dikirim Kapolri untuk bersama-sama dengan TNI menciptakan situasi yang aman, kondusif dan terkendali. “Dengan catatan, kita di mana saja bisa membangun komunikasi dengan semua pihak bersama tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama. Sehingga kita kembali ke situasi yang nyaman,” harapan Kapolda Papua yang baru ini sambil menambahkan, Papua kembali aman walaupun telah terjadi beberapa peristiwa di Ilaga, Kabupaten Puncak Jaya, namun sudah ditangani.
Kapolda Waterpau juga menyebutkan bahwa pihaknya melihat mahasiswa eksodus bersinergi bersama pemerintah maupun kabupaten/kota untuk melakukan rehabilitasi dan rekonstruksi terkait dengan insiden di Wamena. “Eksodus dari Wamena sudah sebanyak 4.468 orang. Ini catatan dari Danlanud. Yang tertinggal sekitar 900 orang. Para pengungsi ini ada yang pulang ke daerahnya karena trauma dan ada yang sudah kami lakukan pendekatan untuk menenangkan diri di Jayapura, menunggu situasi kondusif,” jelasnya. (F.1010)








