Tragedi di Kilometer 28, Banjarbaru, Bocah 11 Tahun Tewas, Luka Mendalam bagi Keluarga

FAKTA – Sabtu siang, 27 September 2025, jalan raya A. Yani Kilometer 28 (seberang Runway Bandara Syamsudin Noor), Landasan Ulin, Banjarbaru, berubah menjadi arena duka. Di tengah lalu lintas yang padat, sebuah kecelakaan maut merenggut nyawa bocah perempuan berusia 11 tahun, ZNZ, warga Pengaron, Kabupaten Banjar.

Tubuh mungil itu terkapar dengan luka yang tak tertahankan pendarahan dari hidung dan telinga, sobekan di bagian perut, serta memar di tangan dan kaki. Ia tidak selamat, sementara kedua orang tuanya dan adik kecilnya masih bisa bertahan meski dengan luka ringan.

Informasi resmi dari Polres Banjarbaru mengurai kronologi singkat tragedi itu. Sang ayah, P (41), mengendarai sepeda motor bersama istrinya TA (30), ZNZ, serta anak bungsu mereka, MU (3). Dari arah Bundaran Pesawat menuju Bundaran Simpang Empat Banjarbaru, laju sepeda motor berjalan di jalur kiri. Namun dari belakang, sebuah mobil van yang dikemudikan MA (32), warga Guntung Manggis, melaju kencang dan menabrak mereka.

Benturan keras membuat sepeda motor porak poranda bodi belakang ringsek, lampu pecah, knalpot bengkok, hingga pegangan besi patah. Mobil van pun tak luput dari kerusakan bumper depan hancur, kaca depan retak, ban pecah, hingga bodi penyok.

Di lokasi kejadian, suasana berubah pilu. Para pengendara yang melintas berhenti, sebagian mencoba memberi pertolongan. Namun nyawa ZNZ tak terselamatkan. Sementara sang adik kecil, meski terpental, hanya mengalami luka ringan. Orang tua mereka pun masih bisa berdiri, meski wajahnya pucat, menahan sakit bercampur syok.

Kapolres Banjarbaru, AKBP Pius X Febry Aceng Loda, melalui Kasi Humas Ipda Kardi Gunadi, menyebutkan kerugian materi akibat insiden ini ditaksir mencapai Rp10 juta. Sopir van, MA, tidak mengalami luka serius.

Kecelakaan lalu lintas seperti ini kerap dipandang sebagai “takdir jalanan”. Namun di balik peristiwa, muncul pertanyaan mendasar mengapa benturan maut bisa terjadi di jalur lurus yang sebenarnya masih dalam pengawasan lalu lintas? Apakah faktor kecepatan, kelalaian, atau kondisi jalan yang menjadi pemicunya?

Di Landasan Ulin, titik Kilometer 28 memang dikenal rawan insiden. Arus kendaraan padat, perlintasan bercampur antara roda dua dan roda empat, membuat jalur ini berulang kali jadi lokasi kecelakaan. Catatan kepolisian menyebut, lebih dari sekali kawasan ini memakan korban jiwa.

Kini, keluarga kecil dari Pengaron itu harus pulang tanpa sosok putri sulung mereka. Duka ini bukan sekadar angka statistik kecelakaan, melainkan cerita nyata tentang seorang anak yang kehilangan masa depan, orang tua yang kehilangan buah hati, dan sebuah keluarga yang dilanda trauma panjang.

Sementara itu, aparat kepolisian masih melanjutkan penyelidikan untuk memastikan penyebab pasti kecelakaan. Namun bagi keluarga ZNZ, jawaban hukum tak akan mampu mengembalikan tawa kecil yang telah tiada. (Stany)