FAKTA – Untuk bersedekah tidak perlu menunggu kaya. Cukup dengan apa yang dimiliki sekarang atau dengan kondisi ekonomi yang tidak berlebihan atau bahkan tidak berkecukupan, namun mampu konsisten bersedekah.
Tidak percaya? Itu yang dilakukan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Sumatera Selatan (DPRD Sumsel) H Chairul S Matdiah, SH, MH. Dia konsisten bersedekah membagikan nasi bungkus setiap hari Senin hingga Jumat, sejak masih menjadi seorang wartawan.
“Saya mulai membagikan nasi bungkus sejak masih menjadi wartawan tahun 1986. Waktu dapat uang, saya belikan nasi bungkus, paling sehari satu nasi bungkus,” ujar Chairul saat dibincangi Assajidin Group, Jumat (14/7/2023).
Setelah bersedekah dengan kelas kecil saat masih menjadi wartawan, kebiasaan berbagi dengan sesama itu dilanjutkan pria kelahiran Gajah Mati, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) 2 Juli 1964, saat menjadi pengacara tahun 1994. Kali ini, jumlah nasi bungkus yang dibagikan lebih banyak karena penghasilan yang didapat lebih meningkat.
“Saat jadi pengacara naik lagi, bisa 100 bungkus per hari, dari Senin sampai Kamis. Kalau hari Jumat paling banyak 200-500 bungkus per hari,” kata wakil rakyat dari Partai Demokrat.
Selepas menjadi pengacara, tradisi sedekah nasi bungkus kembali berlanjut saat menjadi Anggota DPRD Sumsel tahun 2014. Irul-sapaan akrabnya, menyisihkan sebagian gajinya untuk bersedekah.
“Menurut saya, gaji di DPRD besar. Gaji itu tidak saya gadaikan, saya terima utuh. Sebagian uang gaji saya belikan nasi bungkus bagi warga yang membutuhkan. Satu bulan 3000 sampai 5000 bungkus berarti keluarkan dana 60 JT sd 100 JT per bulan. Satu bungkus nasi saya beli Rp20 ribu, bukan nasi serba sepuluh ribu rupiah. Ayamnya besar dan saya kasih air minum biar warga bisa menikmati,” kata suami dari Hj Anisah Ardin itu.
“Nasi itu saya bagikan ke jalan, pesantren, anak yatim dan warga yang membutuhkan, jadi bukan dibagikan di daerah pemilihan (Dapil) saya. Jika saya berhalangan hadir maka keluarga yang membagikan. Niatnya supaya diberikan kesehatan oleh Allah SWT. Mertua dan orangtua saya yang sudah meninggal saya sisihkan 400 bungkus per bulan,” tambahnya.
Saat bersedekah nasi bungkus, ada saja kendala yang dihadapi, mulai dari ditegur oleh DPRD Sumsel, sok suci, apalagi jika kegiatan itu viral di media sosial (medsos).
“Kalau viral saya sering ditegur, padahal bukan saya yang membuat viral. Kadang ketemu wartawan di jalan, mereka stop membuat berita. Orang bilang sok suci, tapi tidak masalah, yang penting niat. Saat orang menerima nasi bungkus itu, kemudian dimakan dan mengucapkan terima kasih, saya sudah bahagia,” ujar Irul dengan wajah terharu.
Untuk nasi bungkus yang dibagikan, dia beli dari adiknya sendiri yang berjualan nasi bungkus di Jalan Kapten A Rivai, depan Pengadilan Negeri (PN) Palembang, atau kantor hukum sewaktu dia masih menjadi pengacara.
“Adik saya dan suaminya tidak bekerja, lalu saya suruh dia jualan nasi bungkus, kemudian saya beli dengan harga yang sesuai. Mereka butuh biaya untuk menyekolahkan anaknya,” tutupnya.
Menyisihkan sedikit rezeki untuk berbagi makan dengan mereka yang membutuhkan adalah sifat seorang muslim. Muslim yang baik adalah yang mau membantu saudaranya yang sedang kesusahan. Mari bersedekah..! (chr)






