Ekbis  

TPP ‘Bisa’ Berdampak Pada Ekspor Indonesia

Gabungan GDP negara-negara TPP diperkirakan sekitar US $ 18 triliun sampai US $ 19 triliun
Gabungan GDP negara-negara TPP diperkirakan sekitar US $ 18 triliun sampai US $ 19 triliun

KESEPAKATAN perdagangan Amerika Serikat, Jepang, dan 10 negara Pasifik tidak bisa tidak akan berdampak kepada Indonesia.

Kemitraan Trans Pasifik (TPP) akan menciptakan blok ekonomi dengan mengurangi halangan tarif di kalangan 12 negara itu, yang diperkirakan mencakup 40% perekonomian dunia.

Selain Amerika Serikat dan Jepang, negara lain yang tergabung dalam TPP adalah Australia, Brunei Darusalam, Kanada, Cile, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura, dan Vietnam.

“TPP ini sesunggunya dimotori oleh Amerika Serikat. Jadi 12 negara ini mempunya kira-kira US $ 18 triliun sampai US $ 19 triliun Produk Domestik Bruto atau GDP jika digabung semuanya, yang saya kira merupakan pasar yang cukup menarik,” jelas Gusmardi Bustami, Mantan Duta Besar RI untuk Organisasi Perdagangan Dunia, WTO, yang kini menjadi pengamat di lembaga pengkajian ekonomi Trade Policy Forum.

Namun standar dalam kesepakatan ini cukup tinggi dan juga mencakup masalah yang disebut sebagai non-trade concern, seperti tenaga kerja maupun hal-hal yang tidak berkaitan langsung dengan perdagangan namun mempengaruhinya.

Mempengaruhi daya saing

Indonesia bisa kehilangan daya saing untuk memasuki pasar Amerika Serikat
Indonesia bisa kehilangan daya saing untuk memasuki pasar Amerika Serikat

Bagi Indonesia, kesepakatan ini antara lain akan mempengaruhi masuknya produk Indonesia ke pasar-pasar negara anggota TPP, khususnya ke Amerika Serikat.

“Pasar Amerika Serikat itu amat besar dan semua orang akan mengejar. Indonesia, katakanlah, mengekspor tekstil dan produk tekstil dan dalam TPP ini ada Vietnam, Peru, dan Cile yang juga juga memiliki tekstil dan produk tekstil sehingga akan bersaing dengan produk Indonesia,” tutur Gusmardi kepada wartawan BBC, Liston P Siregar.

“Nah ini akan mempengaruhi daya saing kita karena mereka mendapat preferensi, misalnya tarifnya nol persen sedang kita harus terkena katakanlah sekitar 15% sampai 20%.”

Selain itu ada kemungkinan bahwa para produsen tekstil, perabotan, dan sepatu pindah ke negara-negara yang bergabung dengan TPP.

“Sekarang ini sudah banyak pabrik tekstil itu pindah lokasinya ke Vietnam,” tambah Gusmadi.

Bagaimanapun, menurut Gusmadi, Indonesia untuk sementara lebih baik berada di luar blok ekonomi TPP ini.

“Sambil kita menyesuaikan semua peraturan-peraturan kita dan juga memperkuat industri di dalam negeri.”

Walau sudah disepakati, TPP masih harus diratifikasi lagi oleh masing-masing negara yang menandatanganinya. (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com