TIGA jemaah haji asal Indonesia dipastikan meninggal dunia dalam musibah berjejalan di Mina sampai pukul 16.00 waktu Arab Saudi, sementara seorang lagi sedang menderita cedera serius dan dirawat di Rumah Sakit Annur, Mekah.
Jalur perjalanan tempat terjadinya musibah, menurut Kasubag Informasi Haji Kementrian Agama, Affan Rangkuti, bukan yang biasanya digunakan oleh jemaah haji asal Indonesia.
“Itu harusnya bukan jalan kita. Posisi kita jalannya di sebelahnya. Itu dibatasi satu tembok besar yang bisa dibuka oleh askar,” jelasnya kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan.
Pihak berwenang Arab Saudi mengatakan sedikitnya 700 jemaah haji meninggal dunia karena berjejalan saat hendak melempar jumroh, Kamis (24/09) pagi, sementara 800 lebih cedera.
Hari Jumat, 24 September, prosesi melempar jumroh masih akan berlangsung dan pemerintah Indonesia sudah memberi pengarahan kepada jemaah haji asal Indonesia untuk memilih waktu yang tepat.
“Pada saat Maghrib, itulah waktu yag paling aman dan nyaman dalam melakukan pelontaran jumroh akobah,” tutur Rangkuti.
Hari pertama banyak jemaah
Menurut Rangkuti, pada hari pertama melempar jumroh, yang jatuh pada hari Kamis, 24 September 2015, banyak sekali yang ingin melakukannya dan pemerintah Arab Saudi sudah melakukan antisipasi yang cukup baik.
“Ada keyakinan dari jemaah-jemahah haji bahwa melontar pada waktu awal adalah waktu yang terbaik. Saya kira pemerintah Asab Saudi sudah melakukan antisipasi.”
“Kalau terjadi musibah yang seperti ini saya katakan ini unpredictable (tidak bisa diduga),” tambah Rangkuti.
Sekitar dua juta umat Islam melakukan ibadah haji di Arab Saudi, yang tahun ini juga diwarnai dengan insiden jatuhnya derek di Mekkah yang menyebabkan 100 lebih jemaah tewas, termasuk 11 jemaah haji asal Indonesia.
Masih belum diumumkan rincian asal negara dari para korban jiwa dalam insiden di Mina, yang terjadi pada hari raya Idul Adha ini.
Wartawan BBC Seksi Hausa, Tchima Illa Issoufou, yang berada di tempat kejadian mengatakan banyak jemaah haji dari Niger meninggal dunia.
Pada 2006 lalu, juga terjadi musibah berdesak-desakan yang mengakibatkan jatuhnya korban 364 jiwa.
“Saya Sudah Lebih Dahulu Pulang”
Seorang jemaah Indonesia mengaku beruntung, karena kendati mengalami kesulitan akibat berjejalnya jemaah yang berebut melempar jumroh, dia sempat pulang ke tendanya dengan selamat.
Inne Badriani Erawati – jemaah berusia 74 tahun dari Cimahi, Jawa Barat – itu akhirnya berhasil dihubungi keluarganya yang mendengar berita tentang tragedi Mina dan cemas akan keselamatannya.
Laporan-laporan awal menyebutkan sedikitnya 200 jemaah haji meninggal karena berdesak-desakan saat melakukan lempar jumroh, Kamis, 24 September.
Namun belum ada keterangan dari pihak berwenang Arab Saudi tentang kewarganegaraan para korban.
Mendengar berita itu, belasan kali keluarga Inne Badriani berupaya untuk menelepon nomor Indonesia-nya maupun nomor Arab Saudi-nya, namun tidak bisa masuk sehingga menimbulkan kecemasan keluarga.
Namun akhirnya dia berhasil dihubungi oleh keluarganya dan menjelaskan kondisinya dalam keadaan baik namun lelah.
Menunggu instruksi
“Untung saya cepat-cepat kembali, dan memang kan perginya sudah dari Subuh. Jadi sedikit kurang padat,” jelasnya kepada Ging Ginanjar dari BBC Indonesia yang menghubunginya.
“Sesudah melempar jumroh, ya tunailah rukun haji. Bersama sesama jemaah serombongan, sekitar jam sembilan pagi itu, kami memutuskan pulang saja ke tenda karena sudah sangat padat, berdesakan.”
“Susah-payah pulang ke tenda. Di jalan ada saja orang yang jatuh kecapaian, atau pingsan. Mungkin terjepit juga, tapi belum terjadi kecelakaan itu.”
“Sempat saya lihat, ada orang Indonesia dirawat dokter di pinggir jalan, juga seorang Arab.”
Inne Badriani belum tahu yang akan dilakukan selanjutnya karena belum mendapat instruksi atau pemberitahuan apa pun dari pimpinan rombongan.
“Ya, kami menunggu saja dulu, di sini.” (BBC Indonesia) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com