Survei : Kondisi Perekonomian Di Bawah Presiden Jokowi Memburuk

Presiden Jokowi berbicara soal pelambatan ekonomi dalam acara yang diselenggarakan ISEI di Jakarta  Convetion Center Kamis 9 Juli 2015
Presiden Jokowi berbicara soal pelambatan ekonomi dalam acara yang diselenggarakan ISEI di Jakarta Convetion Center Kamis 9 Juli 2015

HASIL survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menunjukkan, kondisi perekonomian Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo memburuk. Penilaian ini dilakukan dengan membandingkannya dengan kondisi perekonomian tahun lalu.

Direktur Eksekutif SMRC, Djayadi Hanan, mengatakan, sebanyak 31,5 persen responden menyatakan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini lebih buruk dibanding tahun terakhir masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Jika dibandingkan dengan survei dalam periode yang sama, tahun lalu hanya 28,3 persen koresponden yang menyatakan bahwa kondisi ekonomi lebih buruk.

“Sejak dilantik sebagai presiden pada Oktober 2014 hingga menjelang setahun, kondisi ekonomi nasional cenderung berubah dari positif menjadi negatif,” kata Djayadi saat memaparkan hasil survei di Jakarta, Kamis (9/7/2015).

Sementara itu, hanya 22,4 persen koresponden yang menyatakan bahwa kondisi perekonomian lebih baik. Persentase itu mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang mencapai 31,2 persen.

Djayadi menuturkan, turunnya penilaian masyarakat itu terjadi akibat kebijakan Presiden Jokowi di bidang ekonomi. Setelah dilantik, Jokowi memutuskan untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM). “Akibatnya, mereka harus membeli BBM lebih mahal. Kemudian, harga sembako juga lebih mahal, dan harga transportasi juga lebih mahal,” ujarnya.

Kondisi tersebut, kata Djayadi, semakin buruk karena masyarakat kesulitan dalam memperoleh lapangan pekerjaan. “Kalau ekonomi, masyarakat langsung merasakannya,” ujarnya.

Survei ini dilaksanakan pada 25 Mei-2 Juni 2015 terhadap 1.220 responden di 34 provinsi. Adapun metode yang digunakan multistage random sampling dengan tingkat margin of error 2,9 persen. (Kompas.com) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com