WALIKOTA Surabaya, Ir Tri Rismaharini, menyebutkan, saat ini sudah ada enam lokalisasi yang ditutup. Tujuannya agar menciptakan lingkungan yang aman dan sehat untuk anak-anak di Surabaya.
“Anak-anak di Surabaya itu juga kami beri imunisasi hepatitis. Mahal itu, tapi nggak apa-apa itu kita berikan di samping imunisasi yang biasa,” ujarnya.
Tidak hanya itu, di sejumlah puskesmas di Surabaya juga terdapat layanan pijat bayi oleh ahli pengobatan tradisional. Jadi, warga tidak perlu bingung lagi saat ingin memberikan pijat bayinya cukup di puskesmas.
“Kami selalu kerja sama dengan LSM, kepolisian dan dewan pendidikan tentang bagaimana menangani anak-anak. Bagaimana menciptakan lingkungan yang memenuhi hak anak,” ujarnya.
Surabaya kembali menjadi finalis untuk penilaian Kota Layak Anak kategori Nindya bersama dua kota lainnya, yaitu Solo dan Denpasar. Pada Sabtu (3/6) rombongan tim juri dari Kementerian Perempuan dan Pemberdayaan Anak mendatangi Balai Kota sebelum terjun ke lapangan untuk melakukan penilaian. Kedatangan rombongan tersebut disambut oleh forpimda Kota Surabaya dan dipimpin langsung oleh Walikota Surabaya, Tri Rismahari, di ruang sidang Balai Kota Surabaya.
Dalam kesempatan tersebut, Bu Risma menjelaskan bahwa Surabaya sudah melakukan banyak untuk memenuhi hak-hak anak. “Trafficking di Surabaya sudah nggak ada. Habis sudah. Sejak penutupan Dolly itu sudah nggak ada trafficking,” ujar Bu Risma.
Sementara itu, Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya, Martadi, mengatakan, ada tiga hal yang membuat Surabaya unggul dalam penanganan masalah anak dibandingkan kota-kota lain. Pertama, karena penanganan masalah anak dilakukan secara komprehensif. Kedua, adanya sinergi yang bagus antar SKPD. “Dan, ketiga, adalah partisipasi masyarakat yang tinggi. Ada kesadaran kolektif. Ini kuncinya,” jelas Martadi.
Mendengar paparan walikota, ketua tim juri lantas memberikan apresiasi positif.
Ernanti Wahyuni menyebut semua kluster sudah ditangani dan terpenuhi di Surabaya.
Selain klusternya sudah terpenuhi, dia juga menyebut kemitraan dengan dunia usaha dan LSM juga intensif.
“Kami sudah dengar semua apa yang dilakukan di Surabaya. Menurut kami sudah jos. Izinkan kami melihat langsung di lapangan. Mungkin kami bisa beri masukan agar lebih baik lagi. Harapan kami, Surabaya mencapai derajat paling tinggi dibanding kota-kota lainnya,” sambung Ernanti.
Selama ini, Surabaya konsisten meraih penghargaan Kota Layak Anak. Dari mulai tingkat Madya hingga tingkat Nindya. Untuk kategori Nindya, di Indonesia ada tiga kota, yakni Surabaya, Denpasar dan Solo.
Seperti diketahui, pernyataan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, soal alasannya menutup Dolly di Surabaya tahun 2015 lalu mungkin bisa menggambarkan betapa concern-nya ia dan Kota Surabaya pada masalah anak-anak. “Saya menutup Dolly bukan karena alasan agama, tapi karena anak-anak,” katanya. Ya, Bu Risma menyayangkan banyaknya anak yang tidak mau melanjutkan sekolah karena tergiur bisnis lokalisasi Dolly. Belum lagi anak-anak yang di bawah umur yang menjadi sex addict.
Selain menutup Dolly, Bu Risma punya sederet gebrakan lain yang tujuannya adalah kesejahteraan dan perlindungan anak. Salah satu contoh adalah pembangunan perpustakaan di setiap RW. Perpustakaan ini buka dari pukul 09.00 – 21.00, supaya semua anak, baik yang sekolah pagi maupun siang, bisa mengakses buku-buku secara gratis. Di perpustakaan ini ada kakak-kakak yang dibayar secara profesional (bukan sukarela) untuk mengajarkan adik-adiknya yang berkunjung. Intinya, Bu Risma ingin setiap anak dekat dengan berbagai fasilitas. Itu sebabnya, ia mengusahakan untuk membangun lahan-lahan kosong di masing-masing RW dengan lapangan olahraga, lapangan futsal, dan lain-lain yang bisa digunakan oleh anak-anak.
Bahkan, Bu Risma pernah menerima permintaan untuk membangun sirkuit dari anak-anak yang hobi kebut-kebutan di malam hari. “Kenapa tidak ? Daripada mereka kebut-kebutan di jalanan yang membahayakan orang lain, lebih baik ngebut di sirkuit,” katanya soal alasannya membangun sirkuit balap di kompleks Gelora Bung Tomo.
Surabaya memiliki banyak sekali taman umum dengan fasilitas ramah anak. Salah satu yang terkenal adalah Taman Bungkul yang dinobatkan PBB sebagai taman terbaik se-Asia tahun 2013 lalu. Di taman ini tersedia amfiteater tempat digelarnya berbagai pertunjukan, fasilitas wifi gratis, air minum gratis langsung dari kran, dan sebagainya.
Selain Taman Bungkul, seluruh taman kota di Surabaya telah dilengkapi dengan fasilitas wifi gratis. Hal ini untuk mendukung kebutuhan berselancar di dunia maya bagi anak sekolah, mahasiswa, dan para pekerja kantoran. Tidak punya ponsel pintar atau komputer ? Tidak perlu khawatir, karena Surabaya telah memiliki 39 titik broadband learning center (BLC), semacam pusat pelatihan komputer dan pembelajaran IT yang bisa dimanfaatkan oleh anak-anak tidak mampu yang tidak bisa beli komputer.
Lingkungan terkecil seorang anak adalah keluarga dan tetangga di sekitarnya. Keduanya harus sehat, agar anak juga tumbuh sehat. Setiap malam, mulai pukul 24.00 WIB, Satpol PP punya tugas berkeliling kota dan kampung. Jika ditemukan ada anak di bawah umur yang masih nongkrong, anak-anak ini akan ditegur dan dilaporkan langsung ke Bu Risma.
Ya, sebegitu besar kepedulian Walikota Surabaya ini terhadap anak-anak, sampai-sampai jika ada anak yang bermasalah dengan hukum, Bu Risma akan turun tangan sendiri menangani kasus anak ini, berupaya sekeras mungkin agar si anak tidak menjalani hukuman penjara. (F.809)