DINAMIKA politik pada pilkada NTB 2018 terus berubah. Jika sebelumnya sejumlah lembaga survei menempatkan posisi pasangan calon (paslon) TGH Ahyar Abduh dan H Mori Hanafi (Ahyar-Mori) pada posisi tertinggi, kini posisi itu berbalik berdasarkan hasil survei Sinergi Data Indonesia (SDI).
SDI selaku salah satu lembaga survei ternama yang memiliki kredibilitas di Indonesia, telah melakukan survei untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) NTB. Survei yang dilaksanakan pada tanggal 14-19 Maret 2018 tersebut menunjukkan elektabilitas paslon nomor urut 1 HM Suhaili FT dan HM Amin (Suhaili-Amin) menempati posisi tertinggi. Hasil survei itu dipengaruhi berbagai upaya yang dilakukan paslon Suhaili-Amin sehingga makin dikenal dan disukai pemilih. “Paslon Suhaili-Amin elektabilitasnya tertinggi dan paslon Zul-Rohmi elektabilitasnya terendah,” sebut Direktur SDI, Barkah Pattimahu, Jumat (30/3).
Dijelaskan Barkah, jumlah responden kali ini sebanyak 1.000 orang yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Metode yang digunakan multistage random sampling dengan margin error 3,16 persen. “Tingkat kepercayaan hasil survei ini 95 persen,” terang pria yang sebelumnya pernah malang-melintang sebagai peneliti di Lingkaran Survei Indonesia (LSI) ini.
Lebih jauh disampaikan, paslon nomor urut 1, Suhaili-Amin, berada di posisi puncak dengan elektabilitas tertinggi sebesar 20,20 persen. Kemudian posisi kedua diraih oleh paslon nomor 4, Ali Bin Dahlan dan Lalu Gede Sakti (Ali-Sakti), sebesar 19,50 persen. Selanjutnya posisi ketiga ditempati oleh paslon nomor urut 2, yaitu TGH Ahyar Abduh dan H Mori Hanafi (Ahyar-Mori), dengan elektabilitas 17,50 persen. Sementara urutan terendah adalah paslon nomor 3, Zul-Rohmi, jauh tertinggal dengan elektabilitas 12,40 persen. “Selisih tiga paslon masih sangat tipis. Sisanya undecided voters (rahasia/belum memutuskan/tidak tahu/tidak jawab) sebanyak 30,40 persen,” papar Barkah.
Tinggi-rendahnya elektabilitas dalam survei SDI sangat ditentukan oleh seberapa banyak paslon dikenal dan disukai masyarakat. Begitu juga dengan paslon dengan elektabilitas rendah, artinya tingkat kesukaan masyarakat masih sedikit. Posisi Suhaili-Amin dengan elektabilitas tertinggi se-NTB, tidak lepas dari dukungan masyarakat Lombok Tengah yang cukup signifikan. Meskipun di kabupaten/kota lainnya tidak begitu besar, namun dukungannya merata. “Kenapa Suhaili-Amin dan Ali-Sakti teratas, karena kedua paslon ini juga memiliki wilayah yang jumlah pemilihnya banyak,” jelasnya.
Di Kabupaten Lombok Timur, Suhaili-Amin meraih suara masih sedikit sekitar 11,25 persen, Ahyar-Mori 8,33 persen, Zul-Rohmi 9,58 persen dan Ali-Sakti tertinggi 41,67 persen. Berbeda halnya dengan di Lombok Tengah, Suhaili-Amin menang signifikan mencapai 66,51 persen, Ahyar-Mori 3,35 persen, Zul-Rohmi 2,39 persen dan Ali-Sakti 11,96 persen.
Di Kabupaten Lombok Barat dimenangkan Ahyar-Mori sebesar 34,35 persen, Suhaili-Amin 8,40 persen, Zul-Rohmi 5,34 persen dan Ali-Sakti 8,40 persen. Di Kota Mataram dimenangkan juga oleh Ahyar-Mori 52,50 persen, Suhaili-Amin 8,75 persen, Zul-Rohmi 2,50 persen, dan Ali-Sakti 1,25 persen. Di Kabupaten Lombok Utara (KLU) dimenangkan Ali-Sakti 20 persen, Suhaili-Amin 10 persen, Ahyar-Mori 4 persen, Zul-Rohmi 12 persen. “Yang undecided voters ini banyak dan ada di semua kabupaten/kota,” sebut Barkah.
Selanjutnya di Kabupaten Bima dimenangkan Ahyar-Mori 43 persen, Suhaili-Amin 2 persen, Zul-Rohmi 4 persen dan Ali-Sakti 7 persen. Di Kota Bima juga dimenangkan Ahyar-Mori 36,67 persen, Suhaili-Amin 0 persen, Zul-Rohmi 3,33 persen dan Ali-Sakti 13,33 persen. “Beberapa paslon ada yang kita tulis 0 persen, itu artinya kurang dikenal di wilayah itu,” kata Barkah.
Untuk Dompu dimenangkan Zul-Rohmi 20 persen, Suhaili-Amin 5 persen, Ahyar-Mori 10 persen dan Ali-Sakti 15 persen. Sumbawa dimenangkan Zul-Rohmi 58,89 persen, Suhaili-Amin 7,78 persen, Ahyar-Mori 1,11 persen dan Ali-Sakti 27,78 persen.Terakhir di Sumbawa Barat juga dimenangkan Zul-Rohmi 50 persen, Suhaili-Amin 6,67 persen, Ahyar-Mori 0 persen dan Ali-Sakti 20 persen.
Secara keseluruhan, Suhaili-Amin hanya menang di Lombok Tengah. Namun suaranya tersebar cukup merata di wilayah lain sehingga menempati posisi tertinggi. Sedangkan Ahyar-Mori menang di 4 kabupaten/kota, Zul-Rohmi menang di 3 kabupaten dan Ali-Sakti menang di 2 kabupaten.
“Pemilih terbesar itu di Lotim dan Loteng. Ahyar-Mori dan Zul-Rohmi menang di beberapa kabupaten, tapi jumlah pemilihnya tidak banyak di sana. Ada fenomena di masyarakat Lombok yang masih sulit menerima cagub dari non-Lombok,” ujar Barkah.
Ditegaskan, hasil survei ini akan bisa berubah signifikan apabila ada isu besar yang dimainkan. “Sekarang semua paslon masih bekerja. Tentu elektabilitas mereka akan sama-sama meningkat juga, sehingga untuk bisa mengejar itu tidak mudah. Di sinilah yang paling berperan itu pengelolaan isu, bagaimana membentuk opini masyarakat dengan menyampaikan program-program dan solusi bagi NTB,” katanya.
Barkah memastikan, pemenangnya akan ditentukan oleh paslon yang mampu mengoptimalkan masa kampanye. Terutama dengan cara mengelola isu, menyampaikan berbagai program dan lain sebagainya. “Seperti di Pilkada DKI, ada isu besar yang menyerang Ahok sehingga merubah peta suara. Atau, isu korupsi juga bisa mempengaruhi. Kalau di Kota Mataram, debat kandidat juga berpengaruh,” ucapnya.
Saat ini, lanjut Barkah, selisih Suhaili-Amin dan Ali-Sakti sangat tipis. Begitu juga dengan Ahyar-Mori. Sehingga paslon mana pun masih berpeluang untuk menang. “Suhaili ini unggul karena disukai pemilih Sasak. Tapi seperti yang saya bilang, siapa yang mampu mengelola isu dengan baik, dialah pemenangnya,” tutup Barkah Pattimahu.
Cawagub NTB, H Muhammad Amin, selaku paslon yang menempati posisi tertinggi mengapresiasi hasil survei tersebut. Menurutnya, hasil survei itu bisa digunakan sebagai evaluasi ke depannya. “Alhamdulillah kalau saat ini kita tertinggi. Insya Allah masyarakat NTB tahu dengan pilihan terbaiknya, yang penting kita tetap ajak dengan kebaikan dan melanjutkan ikhtiar pembangunan di NTB ini,” ujarnya.
Perkembangan terakhir, dukungan masyarakat NTB terhadap paslon Suhaili-Amin makin masif, terutama di Lombok Timur. Di daerah lain pun mulai mengikuti. Terbukti sampai akhir Mei 2018, hasil survei masyarakat yang memilih paslon Suhaili-Amin mengalami peningkatan 5-6%.
Dengan adanya peningkatan hasil survei yang sebesar 5-6% itu dikaitkan dengan waktu pencoblosan yang tidak lama lagi (27 Juni 2018), maka dapat dikatakan paslon Suhaili-Amin tak terkejar lagi oleh paslon lainnya. Dengan kata lain, peluang kemenangan bagi paslon Suhaili-Amin sudah di depan mata. (Tim)