
BERTEMPAT di halaman rumah dinas KRPH Ponco pada hari Rabu (22/1/2020) berlangsung sosialisasi kawasan lindung yang diikuti pula oleh perwakilan LMDH. Administratur (Adm/KKPH) Parengan, Badarrudin Amin SHut, kepada Wartawan Majalah FAKTA di Bojonegoro (Ekopurnomo) via ponselnya menjelaskan bahwa kegiatan tersebut adalah kegiatan rutin GEMPAR (Gerakan Mantri Parengan) yang dilanjutkan dengan sosialisasi.
Waka Adm KPH Parengan, Suhatono SHut, dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal dengan fokus bahwa Perhutani jajaran Divre Jawa Timur bisa nomor 1 (satu). Walau bagaimanapun upayanya. Mulai dari kegiatan tingkat Mandor, KRPH. Serta-merta bila target produksi tidak tercapai maka Asper pun harus siap diistirahatkan atau dimutasi entah pada posisi ‘kering atau basah’.
Disampaikan pula oleh Waka Adm yang juga beralamat di desa yang dikelilingi hutan wilayah BKPH Parengan Selatan ini ia menyampaikan instruksi antara lain bahwa pemotongan diusahakan 220 up bisa mencapai 70 %. Sedangkan untuk kawasan agrobisnis, diwajibkan menginventarisir. Serta petak-petak TK yang belum dikerjakan bisa dikerjakan agar bisa menghasilkan, dengan tanaman buah-buahan.
Sedangkan Danramil Parengan, Kapten Heri P, dalam sambutannya menandaskan agar bersama-sama menjaga kelangsungan untuk kelestarian hutan.

Assper Parengan, Eko Purwanto SH, didampingi KRPH Ponco, Pujiono, menambahkan bahwa kegiatan seperti ini memang rutin bulanan yang merupakan acara GEMPAR. Sekaligus wujud sinergi sesama KRPH se-KPH Parengan, dilanjutkan dengan acara-acara dinas yaitu penyampaian instruksi, pembekalan dari pimpinan. Dan dilakukan secara bergiliran. “Kerukunan sesama KRPH tampak yakni bila ada lahan belum siap ditanami, ketika semua KRPH sampai di lokasi, sambil menunggu kehadiran dari KPH mereka bersama sama menanam pohon . Bahasa mereka hati bergotong royong (sayang) untuk mencari keringat pagi,” papar Assper Parengan Selatan.
Selanjutnya Assper Parengan Utara, David, mengakui bahwa hutan di wilayahnya masih terdapat kawasan hutan yang butuh pengawasan utama, yakni tanaman KU 3. “Adanya komsos serta melibatkan tokoh masyarakat sehingga mampu memberikan kontribusi berdampak menurunkan angka pencurian”.
Kasun Ngawun, Susanto, sekaligus Ketua LMDH Wono Subur, siap turut mensukseskan program Perhutani. Bahkan untuk mengakrabkan sesama anggota LMDH-nya, dibentuklah paguyuban Seni Ludruk Taruna Budhaya. Tetapi sang tokoh ini berharap ludruk yang dipimpinnya tersebut menunggu panggilan Perhutani untuk pementasannya. “Sebagai sampingan LMDH Wono Subur, sebagai penghasilan sampingan yakni selain ngludruk juga membuat keripik singkong, bikin batik berlabel jimbun artinya biji jati,” jelas Bopo Siswanto (sapaan akrab Kasun Ngawun). (F.463)






