
PENAMPILANNYA tenang dan murah senyum. Tapi sangat serius dalam menjalankan aktivitas di perusahaan. Itulah sosok Sukariyanto SE, Direktur Utama PT Cahaya Cerah Group, yang bergerak di bidang konstruksi alias kontraktor.
Ia menuturkan bahwa kita tidak bisa tahu perjalanan hidup seseorang. Contohnya ia sendiri. Awal mulanya ia menjadi wartawan di sebuah media cetak berskala nasional. Seiring dengan berjalannya waktu akhirnya ia pun menjadi direktur sebuah perusahaan kontraktor.
“Tapi bukan berarti meninggalkan dunia jurnalis. Sampai sekarang saya masih tetap meluangkan waktu untuk menulis. Bahkan saya ingin dua-duanya bisa sejalan dan selaras, bisa berkembang,” tutur ayah dua anak yang tinggal di kawasan Buduran, Sidoarjo, Jatim, ini.
Memang, dunia jurnalis tidak akan pernah ditinggalkannya begitu saja. Saat ini ia pun mengelola sebuah media cetak berskala nasional dan tak lama lagi juga akan mendirikan sebuah media baru. Hal ini tidak lepas dari adanya kerja sama yang baik dengan sahabat lamanya baik dalam suka maupun duka dijalani bersama.

Begitu juga dengan dunia kontraktor yang baru digelutinya saat ini yang proyek-proyeknya berskala besar dan tersebar di seluruh wilayah Indonesia. “Saya tidak ujug-ujug (tiba-tiba) jadi direktur, melainkan harus menempuh perjalanan yang penuh liku-liku. Kuncinya, tidak malu bertanya dan mau belajar. Karena segala sesuatunya itu bisa dipelajari. Tak kalah pentingnya, pegang komitmen kepada siapa pun, disiplin waktu, dan jujur harus diutamakan dalam segala hal”.
Diakuinya pula bahwa memimpin ratusan karyawan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Karena macam-macam karakter manusianya. “Tapi semua itu harus kita hadapi dengan penuh kesabaran”.
Sedangkan masalah utama yang dihadapi dalam mengerjakan proyek adalah faktor alam. “Siapa pun tidak akan bisa melawan. Walaupun segala macam peralatan dan tenaganya sudah disiapkan dengan baik tetap saja tidak bisa menghadapi faktor alam karena hujan, misalnya. Sedangkan waktu terus berjalan, kita dituntut harus selesai tepat waktu sesuai dengan kontraknya. Itu dukanya seorang kontraktor. Apalagi seorang pimpinan harus bertanggung jawab penuh terhadap jalannya perusahaan. Sukanya bila kita bisa selesaikan pekerjaan tepat waktu dengan hasil yang maksimal sesuai kontraknya. Yang penting, kita harus selalu bersyukur, kita jalani saja hidup ini seperti air mengalir,” pesan Pak Yanto, begitu dia biasa dipanggil.
Lebih lanjut Pak Yanto bilang bahwa jadi jurnalis atau direktur bukanlah cita-citanya. “Pada waktu masa kecil saya hidup di pedesaan. Waktu itu saya melihat seorang sinder tebu yang bertugas di pabrik gula sedang mengontrol tanaman tebu dengan mengendarai mobil Jeep Hardtop nampak berwibawa. “Saat itulah saya ingin jadi sinder tebu seperti orang itu. Tapi Tuhan berkehendak lain,” ujar Pak Yanto mengakhiri ceritanya. (F.491)






