RUSIA ingin menghancurkan Ukraina sebagai negara merdeka dan menghidupkan kembali Uni Soviet, kata Perdana Menteri Ukraina, Arseniy Yatsenyuk.
Dalam konferensi di ibu kota Ukraina, Kiev, Yatsenyuk menegaskan tujuan Presiden Rusia, Vladimir Putin, tidak hanya mencaplok Ukraina timur, tetapi seluruh wilayah Ukraina.
“Bagi saya jelas apa yang menjadi tujuan akhir Presiden Putin. Tujuannya tidak hanya mengambil Donetsk dan Luhansk, tujuannya adalah mengambil seluruh Ukraina,” kata PM Ukraina.
“Ia tidak bisa menghadapi kenyataan bahwa Ukraina akan menjadi bagian dari keluarga besar Uni Eropa. Ia ingin memulihkan Uni Soviet.”
Ukraina dan negara-negara Barat menuduh Rusia menyokong pemberontak pro-Rusia di Ukraina timur. Rusia membantah keras tudingan itu.
Pernyataan Yatsenyuk dikeluarkan setelah pemerintah Amerika Serikat menerapkan sanksi baru kepada sejumlah bank besar, perusahan pertahanan dan perusahaan energi Rusia. Sanksi ini merupakan bagian dari usaha gabungan dengan Uni Eropa untuk menghukum Rusia karena dianggap melakukan campur tangan militer di Ukraina.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyebut sanksi baru sebagai “langkah bermusuhan lagi sesuai dengan cara konfrontasi” yang ditempuh AS. Rusia berjanji akan mengambil tindakan sebagai balasan.
Gencatan Senjata Ukraina Terancam
Penembakan dekat bandara Donetsk di Ukraina timur menimbulkan kekhawatiran gencatan senjata yang baru disepakati Jumat (05/09) tidak akan bertahan lama. Gencatan senjata berlangsung sepanjang hari Sabtu (06/09) namun penembakan terjadi di Mariupol Minggu (07/09) yang diikuti oleh ledakan di bandara Donetsk.
Para pejabat setempat mengatakan seorang wanita sipil berusia 33 tahun tewas dan tiga orang luka-luka dalam penembakan tersebut.
Seorang tentara Ukraina mengatakan pasukan pemerintah telah menarik tank seiring dengan pemberlakuan gencatan senjata.
“Kami hanya sekelompok orang bersenjata ringan yang bertugas memeriksa pos dan monster ini melanggar setiap kata dari perjanjian,” ungkap tentara tersebut.
Namun pemimpin separatis Andrei Purgin mengatakan kepada kantor berita Rusia RIA: “Meskipun terdapat provokasi dari pasukan Ukraina, milisi akan tetap teguh pada perjanjian Minsk dan tidak akan menggunakan senjata.”
Situasi di kedua kota kemudian kembali tenang dan tidak ada laporan bentrokan hingga Minggu malam.
Pertempuran di Ukraina timur menewaskan sekitar 2.600 orang sejak April lalu. Pejabat keamanan Ukraina, Volodymyr Poliovyi, mengatakan 864 tentara Ukraina tewas sejak konflik di Ukraina dimulai. (BBC)