PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono hari ini menggelar rapat kabinet terbatas yang membahas seruan dan ajakan kelompok milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) agar umat Islam di dunia mendukung aksi-aksi mereka.
“Menkopolhukam telah memimpin sebuah pertemuan untuk mengelola dampak atau implikasi perkembangan di Timur Tengah. Kita ikuti yang disebut dengan Islamic State yang menyerukan kepada siapa pun yang beragama Islam di dunia ini untuk bersatu, berjuang dan berperang bersama,” kata presiden sebagaimana dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan.
Presiden mengaku dirinya patut memperhatikan kiprah kelompok tersebut mengingat Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia.
“Negara harus memiliki sikap dan tindakan yang tepat terhadap semuanya itu supaya tidak mengombang-ambingkan masyarakat kita. Kita paham karena mayoritas rakyat Indonesia adalah muslim sehingga kalau Timur Tengah atau negara-negara Islam itu banyak sekali kepedulian dari masyarakat kita. Itu yang patut kita perhatikan sekarang ini.”
Lebih jauh, presiden meminta agar rakyat Indonesia lebih jernih melihat kondisi di Timur Tengah.
“Tidak semua persoalan yang terjadi di Timur Tengah, di negara-negara Islam, itu persoalan agama. Banyak persoalan internal mereka yang konflik sesama yang beragama islam. Jadi kalau menyimpulkan terjadi konflik di Timur Tengah antara Islam lawan non-Islam, atau Islam lawan Barat, itu keliru. Mari kita lihat secara jernih apa yang sedang terjadi,” ujarnya.
Ambil alih
Dalam perkembangan terakhir, PBB memperingatkan bahwa sekitar 200.000 warga dipaksa meninggalkan rumah mereka sesudah ISIS mengambil alih lagi sejumlah kota di utara Irak.
Daulah Islamiyah – yang artinya Negara Islam dan dulu disebut ISIS – dilaporkan telah mengambil alih kota Sinjar dekat perbatasan dengan Suriah.
ISIS dibentuk pada April 2013 dan cikal-bakalnya berasal dari al-Qaida di Irak (AQI), tetapi kelompok ini menjadi kelompok jihad utama yang memerangi pasukan pemerintah di Suriah dan membangun kekuatan militer di Irak.
Huruf “S” dalam singkatan ISIS berasal dari bahasa arab “al-Sham”, yang merujuk ke wilayah Damaskus (Suriah) dan Irak.
Tetapi dalam konteks jihad global disebut Levant yang merujuk kepada wilayah di Timur Tengah yang meliputi Israel, Yordania, Libanon, wilayah Palestina, dan juga wilayah tenggara Turki.
Jumlah mereka tidak diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan memiliki ribuan pejuang, termasuk jihadis asing. (BBC)