FAKTA – Unit Reserse Kriminal Polrestabes Surabaya berhasil membongkar aksi kejahatan terorganisir yang melibatkan lima pria yang mengaku sebagai anggota organisasi masyarakat (ormas).
Komplotan ini nekat menduduki lahan milik warga tanpa izin, lalu menyewakannya secara ilegal demi meraup keuntungan pribadi.
Aksi para pelaku terendus setelah warga sekitar mulai resah dengan keberadaan kelompok mencurigakan yang menguasai lahan kosong secara sepihak.
Berdasarkan laporan masyarakat, polisi langsung melakukan penyelidikan mendalam yang berujung pada penangkapan lima pelaku di lokasi berbeda.
Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya, AKBP Aris Purwanto, membeberkan modus yang digunakan.
“Mereka mencari lahan kosong yang sudah lama tidak ditempati pemiliknya. Begitu dipastikan kosong, mereka pasang atribut ormas seperti bendera agar seolah-olah sah milik kelompok mereka,” ujarnya, Rabu (4/6/2025).
Tanpa sepengetahuan pemilik sah, lahan tersebut kemudian disewakan ke pihak lain.
Tindakan tersebut jelas melanggar hukum dan masuk dalam kategori penyerobotan lahan serta penipuan bermotif premanisme berkedok ormas.
Saat ini, kelima pelaku telah diamankan dan tengah menjalani proses hukum lebih lanjut. Polisi juga masih mendalami kemungkinan adanya jaringan lebih luas di balik aksi kriminal ini.
Kelima pelaku yang kini mendekam di sel tahanan antara lain MS (45), yang merupakan otak dari penyewaan lahan tersebut.
Ia bekerja sama dengan M (41) yang bertugas menarik uang sewa dari para penyewa dan menyetorkannya kepada MS.
Sementara itu tiga pelaku lainnya, yakni B (25), AA (23), dan IZ (42), diketahui masuk ke rumah-rumah kosong dan mengambil perabotan di dalamnya untuk dijual.
Hasil penjualan barang-barang itu mencapai Rp1.250.000, sementara total pendapatan dari penyewaan lahan masih dalam penyelidikan pihak berwajib.
“Pelaku menguasai bangunan dan mendirikan kios untuk disewakan kepada orang lain,” kata AKBP Aris.
Aksi para preman ini dilakukan di tiga lokasi berbeda di wilayah Keputran, Kecamatan Tegalsari, Surabaya.
Tiga titik yang disasar mereka yaitu di Jalan Keputran No. 24, 34, dan 42.
Ketiga lahan tersebut diberi penanda bendera ormas, padahal Ormas tersebut tidak terdaftar secara resmi di Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Jawa Timur.
“Hasil penyelidikan lebih dalam menunjukkan bahwa kelompok ini tidak memiliki legalitas formal apa pun,” kata AKBP Aris.
Penempatan simbol Ormas, lanjut AKBP Aris hanyalah cara untuk menakut-nakuti masyarakat dan menciptakan kesan bahwa mereka berhak mengelola lahan tersebut.
Akibat perbuatannya, kelima pelaku dijerat dengan sejumlah pasal pidana berat, termasuk Pasal 363 KUHP (pencurian), Pasal 170 KUHP (kekerasan terhadap orang atau barang), Pasal 385 KUHP (penyerobotan hak atas tanah), dan Pasal 167 KUHP (masuk pekarangan tanpa izin).
“Pelaku terancam hukuman 7 tahun penjara paling lama,” ujar AKBP Aris menegaskan.
Kasus ini menjadi peringatan keras bahwa premanisme dengan kedok Ormas tak bisa dibiarkan merajalela.
Penegakan hukum yang tegas menjadi keharusan untuk melindungi hak-hak warga atas properti mereka.
Sementara itu Kasi Humas Polrestabes Surabaya AKP Rina Shanty mengimbau kepada masyarakat agar segera melapor jika menemukan aktivitas mencurigakan terkait penggunaan lahan atau rumah kosong, terutama jika melibatkan kelompok yang mengklaim sebagai Ormas tanpa legalitas.
“Kami berkomitmen akan terus melakukan pengawasan dan tindakan represif terhadap upaya penyerobotan lahan yang merugikan masyarakat,” pungkasnya. (Laporan : F1||majalahfakta.id)






