
SATU di antara puluhan pondok pesantren (ponpes) yang ada di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, adalah Pondok Pesantren (Ponpes) Al Rosyid Kendal (Ngumpakdalem), Dander.
Minggu (17/11/2019), Wartawan Majalah FAKTA (Ekopurnomo) mendapat kesempatan beraudiensi dengan Pengasuh Ponpes Al Rosyid sekaligus Ketua Kerukunan Antar Umat Beragama Kabupaten Bojonegoro, K H Alammul Huda (Gus Huda). Namun beraudiensinya yang terlama di atas mobil off road (Jeep Willis made in Amerika). Bincang sambil mengendarai mobil, lalu singgah sebentar di Ponpes Al Rosyid 2, barat kawasan Ngumpakdalem.
Berikut laporannya. Secara difinitif, Ponpes Al Rosyid berdiri tahun 1959. Gus Huda adalah generasi kedua, ia merupakan putra mahkota/pewaris tahta lantaran sebagai putra laki-laki yang tertua. Konsepnya,”tekad, berbuat, tawakal” alias “Perjuangan & Doa”. “SOPO SING PINGIN BERHASIL OJO WEDI KANGELAN (Siapa Yang Ingin Berhasil Jangan Takut Susah)”.
“Slogan itu terinspirasi dari lagunya Pak DR Ir Kyai Rhoma Irama waktu saya masih di Gontor, yakni tahun 1981. Memang saya akui saya fans berat Pak Haji Rhoma Irama. Hingga ruang tugas saya sebagai menteri penerangan sekaligus menteri sekretaris Pondok Gontor (di kepengurusan Ponpes Gontor adalah departemennya), tugas saya membuat bahan ceramah, bikin media dinding, bikin buku, siaran. Lha di situ saat terbarunya lagu Pak Haji Rhoma Irama, Soneta Volume 12 (1982-1983), ada lagu ‘Setetes Air Hina’, ada lagu ’Sebujur Bangkai’. Karena sering saya putar lagunya Pak Haji Rhoma Irama, ada yang komplin karena memutar lagu selain lagu-lagu bahasa Arab,” kenang Gus Huda yang sekarang merangkap berbagai pucuk jabatan tingkat Kabupaten Bojonegoro.
Lebih lanjut Ketua Harian Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bojonegoro ini menuturkan bahwa konsep Ponpes Al Rosyid memang ada kemiripan dengan Pondok Gontor, yakni Ponpes Modern. Namun beda manajemen atau polecy (fatwa). Persamaannya yakni ‘berkemajuan dalam dunia pendidikan pesantren maupun umum’. Namun bukan berarti ikut-ikutan. Pada dasarnya untuk mencapai barakallah kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat, kelak insya Allah. “Maka ketika Pak Haji Rhoma Irama berkunjung di Ponpes Ar Rahmad, saya menyumbangkan lagu masa depan. Intisarinya, kalau yang dimaksudkan membangun masa depan cuma rumah dan sedan oh sangat menyedihkan, karena semua pasti ditinggalkan. Maka dengan konsep modern, berkemajuan dan juga berpendidikan, berkemanusiaan tinggi nilai peradaban, itu baru modern,” papar Gus Huda yang juga Ketua IPHI Bojonegoro.
“Yang kami dapatkan bukan untuk makan keluarga, karena tiap hari ada saja yang mengirim, tiap hari thausiyah itu dapat rejeki. Alhamdulillah, anda (wartawan) mengagendakan jauh-jauh hari. Itu pun tadi anda tahu, berapa menit di aula telepon berdering. Kalau sambil begini (naik mobil), dengar terpaan angin berarti penelepon bisa merasa pak kyai sibuk kali”.
Menurut Gus Huda, yang bermukim di ponpesnya ada 1.028 santriwan-santriwati dari 1.851 orang. “Fasilitasnya cukup, termasuk sarana olahraganya. Kenapa olahraga masuk ranah wajib di ponpes ini ? Supaya santrinya fresh, tidak spaneng, ada kan syair ‘Santai’, berhubung wartawane selalu ala Rhoma Irama. Syaraf tegang mikir sehari-hari, maka santai, santai, santai, agar syaraf tidak tegang. Satu hari di dalam satu minggu coba gunakan untuk bersantai. Maka dengan konsep-konsep bahagia dunia untuk meraih kecukupan bekal akhirat itu, insya Allah Al Rosyid jadi bagian dari tujuan wali santri menitipkan anak-anaknya untuk dididik di Al Rosyid. Alhamdulillah, perjuangan dan doa dari Tim Al-Rosyid untuk umat agar mereka (santri) kelak menjadi orang yang punya arti dan manfaat bagi sesama”.
Politik Kebangsaan
“Karena bermodal wawasan untuk umat, bangsa serta untuk kepentingan bangsa dan negara, dan bukan berpolitik praktis yang konotasinya kadang masih terdapat kepentingan golongannya, saya berpolitik kebangsaan, yakni kaum minoritas terlindungi, kaum mayoritas melindungi. Dari situlah, ketika manusia berfikir dan mau memberi manfaat pada sesama, maka kerukunan tercapai, pengamalan untuk menggapai Rahmatan lil Alamin, insya Allah tidaklah sulit. Silang pendapat itu wajar. Dan yang perlu dimusuhi adalah setan, karena setan itulah musuh manusia yang nyata. Dan setan pasti kalah,” ungkap Gus Huda.
Perihal pernah mengadakan Tabliq Akbar dengan mendatangkan Bang Haji Rhoma Irama dengan mengerahkan 900 pasukan keamanan (Polres, Kodim, Brimob, Satpol PP, Dishub, Polsek, Koramil, Linmas), menurut Gus Huda, itu mewujudkan cita-citanya ketika masih jadi santri di Ponpes Gontor. “Suatu hari jika saya sudah mengelola ponpes, akan mendatangkan Rhoma Irama. Karena Rhoma Irama adalah sumber inspirasi. Dan kecintaan saya kepada Pak Haji Rhoma Irama ini pernah dikomplin sesama pengurus Pondok Gontor, yakni penggemar Iwan Fals dan Ebiet G Ade. Hingga diadakan voting agar lebih demokratis. Alhamdulillah, waktu itu, yang penggemar Rhoma Irama di lingkungan Pondok Gontor sebanyak 80 %. Berangkat dari situlah saya punya nadar bila suatu saat nanti saya harus bisa ketemu dan berbincang dengan Pak Haji Rhoma Irama. Alhamdulillah, terwujud. Bahkan beliau juga tidak bisa membayangkan bahwa saya bisa menyambut kedatangan fans Pak Haji Rhoma Irama yang berjumlah ratusan ribu,” kenang Ketua Forum Umat Islam Bojonegoro ini.
Memang Gus Huda di Bojonegoro bisa dikatakan abadi sebagai Ketua Kerukunan Umat Beragama meskipun Bupati Bojonegoro sudah berganti 5 kali. Gus Huda menjabat Ketua IPHI, Ketua Harian MUI, Da’i Kamtibmas, Ketua Forum Umat Islam Bojonegoro di antaranya Ormas Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, Shidiqqiyah, Wahidiyah, LDII. “Kita bersedih berlarut-larut juga tidak akan bisa merubah nasib, dan juga tidak bisa merubah keadaan, maka akhirnya lebih baik berbuat sajalah yang bermanfaat. Sedih sekedarnya, susah seperlunya. Dan wajar bila ditinggal mati orang tercinta sedih tetapi jangan berlarut-larut. Maka muncullah lagu Kehilangan. Sampai di sini, nanti bersambung ya. Salam untuk Pak Haji Rhoma Irama melalui Majalah FAKTA. Kita sama-sama belum mandi to dan persiapan sholat Maghrib,” tuturnya sambil tak lama kemudian membunyikan klakson mobilnya membuat ratusan santrinya langsung berdiri berjajar sepanjang gapura hingga garasi mobilnya. (F.463)