FAKTA – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi menolak rencana penutupan total Jalur Gumitir, penghubung utama antara Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember, yang akan diperbaiki mulai Juli hingga Desember 2025.
Penutupan jalan sepanjang masa perbaikan ini menuai kekhawatiran karena dinilai berpotensi memicu inflasi dan menghambat distribusi logistik, khususnya bahan bakar.
Kepala Dinas Perhubungan Banyuwangi, Komang Sudira Atmaja, menyatakan keberatan atas rencana penutupan sepenuhnya.
Ia menyarankan agar proyek tersebut tetap memberikan akses terbatas melalui sistem buka-tutup demi menjaga kelancaran transportasi antarwilayah.
“Penutupan total akan berdampak langsung pada biaya distribusi. Rute pengganti yang lebih jauh otomatis menaikkan ongkos logistik, dan ini bisa memicu inflasi, tak hanya di Banyuwangi dan Jember, tetapi juga hingga ke Bali,” ujar Komang, Jumat (27/6/2025).
Komang menggarisbawahi bahwa jalur alternatif yang disiapkan melalui Bondowoso-Situbondo tidak memadai untuk kendaraan berat, terutama truk pengangkut BBM.
Jembatan di jalur tersebut hanya mampu menahan beban hingga 15 ton, sementara truk tangki melebihi batas tersebut.
“Pertamina pun mempertanyakan hal ini. Jika tidak bisa melewati Bondowoso, pengiriman ke Jember harus dialihkan lewat Probolinggo yang jaraknya lebih jauh, dan ini tentu mempengaruhi distribusi serta harga,” paparnya.
Menurut informasi yang diterima, jalur akan ditutup karena selama proyek berlangsung akan digunakan alat berat berukuran besar yang membutuhkan ruang manuver luas, sehingga tidak memungkinkan adanya lalu lintas aktif di jalur tersebut.
“Kami paham alasan keselamatan, tapi harapannya tetap ada solusi. Semua ini masih akan dibahas dengan Ditlantas dan pihak-pihak terkait,” imbuhnya.
Di sisi lain, Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Jawa Timur–Bali, melalui Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 1.4 Wilayah I, Satiya, menegaskan bahwa penutupan dilakukan demi keamanan pengguna jalan.
Proyek perbaikan ini merupakan bagian dari program Preservasi Jalan dan Jembatan Tahun Anggaran 2025.
Pekerjaan akan mencakup penguatan lereng untuk mencegah longsor dengan metode bored pile sebanyak 55 titik sepanjang 115 meter, serta rekonstruksi geometri jalan.
Satiya menambahkan, penutupan penuh hanya berlangsung selama dua bulan, yakni 24 Juli hingga 24 September 2025.
“Dengan kondisi medan dan curah hujan tinggi di sekitar lokasi, pengerjaan dengan alat berat sangat berisiko jika kendaraan masih dibiarkan melintas,” jelas Satiya.
Koordinasi telah dilakukan sejak 24 Juni 2025 bersama pihak kepolisian dan dinas terkait untuk menyusun skema pengalihan arus lalu lintas dan mempersiapkan rambu-rambu pendukung.
Rapat lanjutan dengan Polda Jatim dan instansi teknis lainnya dijadwalkan awal Juli guna memfinalisasi kebijakan lalu lintas selama proyek berlangsung.
Dengan tarik ulur antara urgensi proyek dan dampak ekonomi yang ditimbulkan, nasib Jalur Gumitir masih menunggu titik temu antara kebutuhan pembangunan dan keberlangsungan mobilitas masyarakat. (Laporan : F1 || majalahfakta.id)






