Semua  

Pemkot Surabaya Harus Gandeng Pihak Swasta Hidupkan Pasar Ampel

Pasar Ampel yang sudah bertahun-tahun vakum dari aktivitas jual beli.
Pasar Ampel yang sudah bertahun-tahun vakum dari aktivitas jual beli.

ANGGOTA Komisi C DPRD Kota Surabaya, M Machmud, mengatakan, PD Pasar Surya terkesan membiarkan kondisi Pasar Ampel yang sepi. Padahal, letak pasar tersebut sangat strategis.

“Awalnya memang ada kesalahan manajemen. Namun, bukan lantas tidak ada upaya untuk meramaikan Pasar Ampel. Maka perlu ada pihak luar yang mengambil alih pasar tersebut,” kata Machmud.

Dia berkeyakinan, jika menggandeng pihak swasta, peluang menghidupkan Pasar Ampel kemungkinannya cukup besar. “Diperlukan tenaga profesional untuk menghidupkan pasar tersebut. Jika dibiarkan seperti sekarang ini, eman. Sebab, pembangunan pasar itu menelan anggaran yang cukup besar dari pihak swasta waktu itu,” ujarnya.

Kalangan anggota dewan mendesak Pemkot Surabaya menggandeng pihak ketiga untuk mengelola pasar-pasar tradisional. Sebab, pasar yang dibangun dan dikelola Pemkot Surabaya, mayoritas berjalan stagnan, bahkan beberapa di antaranya juga telah ‘mati’.

Satu di antaranya adalah Pasar Ampel, yang sudah bertahun-tahun vakum dari aktivitas jual beli. Hampir setiap hari gerbang pasar di kawasan Wisata Religi Ampel itu tergembok.

Sebenarnya, dengan arsitektur bergaya Timur Tengah, bangunan pasar bercat hijau itu terlihat cukup megah. Hanya saja tidak ada aktivitas jual beli layaknya pasar tradisional pada umumnya. Kalaupun ada aktivitas, itu karena ada 3 stan yang masih buka, yakni toko kain, toko kelontong dan warung kopi. Ke-3 stan tersebut berada di lantai dasar, sedangkan lantai 2 dan 3, stannya tutup semua.

Informasi yang dia dengar, pasar itu dibangun investor swasta yang digandeng oleh PD Pasar Surya. Direncanakan, pasar yang dibangun dengan anggaran miliaran rupiah itu menjadi salah satu jujugan pengunjung kawasan Wisata Religi Ampel. Hanya saja sejak dibuka hingga sekarang ini tetap sepi, bahkan ‘mati’.

Terkait pembangunan dan pengelolaan pasar tradisional, Anggota Komisi B DPRD Surabaya, Baktiono, sebelumnya berpendapat, kerja sama dalam membangun dan mengelola pasar dengan pihak swasta terbukti lebih baik.

Dia mencontohkan pasar yang dibangun dengan build operate and transfer (BOT). Di antaranya Pasar Wonokromo, Pasar Kapasan, Pasar Kapas Krampung serta pasar semi modern lainnya.

Di Pasar Tradisional Wonokromo,  pengunjung dan pedagangnya saat ini tidak lagi khawatir memantau keadaan anak-anaknya saat berjualan atau berbelanja. Kini, di pasar tersebut telah tersedia sebuah ruangan khusus untuk tempat penitipan anak. Ruangan di lantai dasar khusus untuk anak berusia 1-6 tahun tersebut dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Ada mainan, buku bacaan dan media menulis, tempat tidur anak, hingga tempat menyusui.

Nur Hayati, salah satu pedagang Pasar Wonokromo, mengaku senang karena ada fasilitas khusus di pasar yang terletak di pusat Kota Surabaya itu.

“Anak bungsu saya selalu rewel saat saya bawa ke pasar. Dia terpaksa ikut karena di rumah tidak ada orang,” katanya.

Tempat penitipan anak Pasar Wonokromo tersebut dibangun atas sumbangan gabungan badan usaha milik negara di Indonesia timur dalam program “BUMN Hadir untuk Negeri”.

“Di tempat penitipan anak tersebut juga disediakan petugas khusus dan kamera CCTV untuk memantau aktivitas anak-anak,” kata Direktur Network dan IT Solution PT Telkom, Abdusshomad Arif.

Pembangunan tempat penitipan anak tersebut sebagai upaya untuk memberikan sarana dan fasilitas yang mendukung tumbuh kembang anak yang lebih baik sekaligus memberikan rasa aman dan nyaman bagi penjual maupun pengunjung pasar.

Donatur juga merencanakan untuk melengkapi tambahan fasilitas pengadaan makanan yang sehat untuk anak.

Selain membangun tempat penitipan anak, melalui program tersebut juga dilakukan pembinaan mantan atlet, pembangunan sanitasi air bersih, elektrifikasi rumah yang belum teraliri listrik, dan bedah rumah veteran.

Politisi gaek asal PDIP ini menjelaskan, pasar-pasar tradisonal setelah dibangun tetap ‘hidup’, dan sebentar lagi akan dikelola sendiri oleh Pemkot Surabaya.

Baktiono juga sempat mempertanyakan kinerja PD Pasar Surya selama ini. Pasalnya, BUMD dengan core bisnis pengelolaan pasar itu tak mampu membuat pasar lebih baik. “Lihat saja, dari dulu pasar cuma 81, tidak pernah berkembang. Kalaupun ada, malah pasar kecil-kecil yang ilegal. Deviden juga stagnan. Hanya berkisar Rp 50 miliar. Padahal penyertaan modalnya jauh lebih besar dari itu,” ucapnya.

Sementara itu, Direktur Pembinaan Pedagang PD Pasar Surya, Nurul Azza, dan Direktur Teknik dan Usaha PD Pasar Surya, Zandy Ferryansah, enggan berkomentar ketika dikonfirmasi wartawan. Mereka minta agar konfirmasi langsung kepada Plt Dirut PD Pasar Surya, Bambang Parikesit, yang juga belum bersedia memberi penjelasan. (F.809) www.majalahfaktaonline.blogspot.com / www.majalahfaktanew.blogspot.com / www.instagram.com/mdsnacks