Dapat Meningkatkan Potensi Wisata
PEMERINTAH Kabupaten (Pemkab) Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), menggelar Festival Layang-Layang Se-Nusantara. Kegiatan perlombaan berlangsung di Eks Lapangan Parkir HPS (Hari Pangan Sedunia) Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit.

Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS, dan Wakil Bupati H Rahmadian Noor membuka kegiatan ditandai penaikan layang-layang secara simbolis disaksikan para anggota forkopimda, pimpinan SKPD, para camat, dan masyarakat.
Pembukaan festival juga ditandai laga eksebisi ‘bategangan’ (beradu layangan di udara, sampai tali salah satunya putus sehingga dianggap kalah, red) antara Bupati Batola, Hj Noormiliyani, melawan Dandim 1005 Marabahan, Letkol Kav Sugianto, yang dimenangkan bupati.
Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS, saat membuka kegiatan mengatakan, Festival Layang-Layang ini merupakan pertama kali di Batola. Ia berharap kegiatan ini menjadi hiburan bagi pengunjung dan masyarakat sekitar mengingat festival ini bukan hanya menyajikan pemandangan berbagai jenis layangan di angkasa namun untuk menghibur, mengedukasi sekaligus silaturahmi.
Tidak hanya itu, dengan diselenggarakannya Festival Layang-Layang Se-Nusantara ini akan banyak peserta dan pengunjung lainnya dari luar daerah Bumi Ije Jela yang berdatangan, sehingga dapat mengangkat obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Batola, seperti Pulang Kembang yang dihuni ratusan kera berekor panjang, Pulau Bakut yang banyak dihuni Bekantan, Susur Sungai dan wisata kuliner serta wisata-wisata lainnya. Hal tersebut tentunya akan dapat meningkatkan perekonomian warga sekitar.
Ketua Umum Persatuan Layang-Layang Talikama Pusat (Perkumpulan Pegiat Layang-Layang Nusantara), Herdjono, mengatakan, olahraga layang-layang ini merupakan jenis olahraga keluarga yang dapat melibatkan semua umur dan kalangan di semua daerah di Indonesia. Manfaatnya, selain dapat melestarikan budaya tradisi juga mampu menunjang peningkatan pariwisata.
Wilayah Jejangkit dinilai sangat prospek untuk digelar festival layang-layang. Bahkan untuk skala yang lebih besar, baik nasional maupun internasional.
Ketua Umum Talikama Pusat yang terhimpun dalam Perkumpulan Pegiat Layang-Layang Nusantara itu menuturkan, bulan Juli 2020 Yogyakarta akan menyelenggarakan Festival Internasional. Ia menawarkan Batola bisa menyelenggarakan festival berskala internasional dengan peserta 20 negara selepas pelaksanaan di Yogyakarta pada bulan Agustus 2020 nanti.
“Diharapkan Batola bisa menyelenggarakan festival layang-layang berskala internasional, sehingga melalui peserta ataupun pengunjung dari luar daerah akan dapat mengangkat potensi wisata yang dimiliki Kabupten Batola. Seperti Bekantan, Susur Sungai, dan berbagai macam kulinernya”.
Kepala Disporbudpar Batola, Gusti Ruspandi, mengatakan, melihat tingginya animo serta dampak positif terhadap pertumbuhan perekonomian masyarakat maka pihaknya merencanakan akan menjadikan even ini sebagai even tahunan, di samping akan meningkatkan potensi periwisata yang ada di Jejangkit ini.
Terkait tawaran untuk penyelenggara festival internasional, Ruspandi memberi sinyal positif. “Saya kira ini hal yang baik, nanti kita akan bicarakan kepada pimpinan. Semoga mendapat respon sehingga bisa ditindaklanjuti untuk ke depannya, termasuk segala persiapan-persiapannya,” ucapnya.
Festival Layang-Layang di Jejangkit yang melibatkan 1 orang juri dari Persatuan Layangan Jakarta dan 2 juri dari Persatuan Layangan Lokal ini diikuti 200 peserta, masing-masing di hari pertama (Sabtu) dengan jenis lomba ’bategangan’ diikuti 100 peserta dan di hari kedua (Minggu) jenis lomba hias juga diikuti 100 peserta.
Dalam lomba ini panitia menyediakan hadiah door prize untuk layangan bategangan sebesar Rp 20 juta dan untuk layangan hias Rp 20 juta.
Festival layang-layang ini juga dihadiri Ketua Umum Talikama Pusat (Persatuan Pegiat Layang-Layang Nusantara), Herdjono, Pegiat Layang-Layang dari Malaysia, H Nasri Abdullah, Ketua Persatuan Layang-Layang Provinsi Jatim, Adip Hamsi, Ketua Persatuan Layang-Layang Provinsi Kalsel, M Rapi Abdullah, dan rekannya, H Asran, serta Ketua dan Sekretaris FKPPS Provinsi Kalsel, Adi Kartika dan Yuniar.
Di hari pertama lomba, berbagai jenis layang-layang raksasa seperti naga, ubur-ubur, manusia, dan beragam kreasi telah menghiasi langit Jejangkit. Padahal jenis layangan ini baru dilombakan di hari kedua. Untuk hari pertama layang-layang yang dilombakan jenis ‘bategangan’.
Peserta layang-layang hias dari Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalsel, berhasil menoreh prestasi di Festival Layang-Layang yang diselenggarakan Pemkab Batola di Desa Jejangkit Muara Kecamatan Jejangkit, ini.
Layang-layangnya yang berbentuk naga dinobatkan sebagai kampiun dengan raihan nilai 27,57. Peserta dari Kotabaru ini berhasil mengungguli seratus peserta lainnya yang berasal dari berbagai daerah se-Nusantara. Sedangkan yang menempati posisi dua dan tiga berasal dari Kabupaten Tapin (Kalsel) dengan capaian nilai 27,06 dan 26,99.
Atas keberhasilan itu, pemiliknya selain menerima hadiah Rp 5 juta juga berhak memboyong piala bergilir, trophy, dan piagam yang diserahkan Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS. Demikian pula juara dua dan juara tiga selain diberikan trophy dan piagam masing-masing menerima hadiah Rp 4 juta dan Rp 3,5 juta dari bupati.
Di hari kedua Festival Layang-Layang Bahalap ini panitia melanjutkan pertandingan kelas layang-layang bategangan. Mengingat pada hari pertama pertandingan, peserta yang berjumlah 100-an itu hanya memasuki tahap penyisihan.
Dalam babak lanjutan ini laga yang dipertandingkan mulai dari perdelapan besar. Pada laga ini tensi semakin meninggi, mengingat rata-rata kontestan tergolong unggulan dan berkelas termasuk di antaranya Anggota DPRD Provinsi Kalsel, H Hasanuddin Murad.
Mantan Bupati Batola itu didampingi sang isteri yang menjabat Bupati Batola yakni Hj Noormiliyani AS terlihat cukup piawai memainkan layang-layangnya.
Dari laga lanjutan akhirnya dapat disimpulkan Ain Ardiansyah sebagai ‘Raja Bategangan’. Peserta yang asli putera Jejangkit membawa nama Jejangkit Bangkit II ini mengalahkan layangan milik Babahan City II di partai puncak.
Warga Desa Jejangkit Pasar ini dalam bertanding tak pernah berganti layangan sejak penyisihan hingga final. Layangan yang digunakannya hanya satu-satunya berwarna hijau. “Intinya dalam bermain harus sabar dan gelasan benang yang digunakan harus licin,” ucapnya tenang.
Namun demikian, Ardiansyah rupanya dalam pertandingan ini bukan sekadar bertanding. Ia tergolong pemain berpengalaman. Mengingat sejak kecil sudah bermain layangan dan bahkan pernah memutuskan 30 layangan dalam pertandingan di Martapura, Kabupaten Banjar. (Tim)