FAKTA – Di bawah langit yang membara dan aspal yang memantulkan panas siang, ratusan warga turun ke jalan. Sejak pukul 14.00 hingga 17.00 WITA, Jalan Pangeran Samudera di simpang empat Kantor Pos Banjarmasin berubah menjadi lautan manusia yang bersatu dalam satu pekik “Mampus Israel! Mampus Amerika!”Aksi ini digelar oleh Forum Peduli Pembebasan Palestina bersama Aliansi Masyarakat Bumi Lambung Mangkurat, memperingati dua tahun tragedi berkepanjangan di Gaza. Dengan spanduk bertuliskan “BANJARMASIN Kalimantan Selatan – Bereaksi 2 Tahun Pembantaian Brutal, Sadis, & Kejam terhadap Kemanusiaan di Palestina” dan kibaran bendera merah-putih serta panji-panji Palestina, demonstrasi berlangsung meriah, penuh semangat solidaritas dan seruan kemanusiaan.
Meski panas mencapai lebih dari 34 derajat, massa tidak bergeming. Suara sound system berulang-ulang memanggil masyarakat Indonesia untuk tidak tinggal diam terhadap penjajahan. Di sela teriakan dan doa, para orator menyerukan dukungan penuh kepada Pemerintah Republik Indonesia agar menolak keras kehadiran setiap atlet Israel di tanah air, menyebut langkah tersebut sebagai bentuk konsistensi terhadap preambule UUD 1945 terutama kalimat sakral, “Bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”
Lebih jauh, para pendemo menyerukan boikot total terhadap produk-produk yang dianggap berafiliasi dengan ekonomi Zionis. “Setiap rupiah yang mengalir ke produk mereka adalah peluru yang ditembakkan ke anak-anak Gaza,” ujar salah satu juru bicara aksi, dengan nada lantang. “Ini bukan sekadar isu agama. Ini isu kemanusiaan. Korban di Palestina bukan hanya Muslim ada Kristen, bahkan Yahudi yang menentang Zionisme,” tambahnya.
Aksi juga memuat kecaman keras terhadap pembantaian rakyat Palestina dan menuding para sekutu Barat sebagai bagian dari struktur kekerasan global yang menopang Zionisme. Dalam orasinya, mereka menolak normalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. “Zionis bukan negara, melainkan proyek kolonial modern yang menumpahkan darah dan air mata,” kata salah satu orator.
Seruan paling menggema datang dari kutipan yang dikumandangkan berkali-kali: “Selama Bumi Palestina belum merdeka, Indonesia akan berdiri di garis depan memperjuangkan kemerdekaannya!” pesan warisan Bung Karno yang kini kembali menggetarkan massa.
Meski panas terik dan emosi memuncak, aksi ini berjalan tertib. Aparat dari jajaran Polda Kalimantan Selatan berjaga di sekeliling lokasi, memastikan arus lalu lintas tetap terkendali dan situasi aman hingga pembubaran massa menjelang sore.
Di tengah hiruk pikuk global dan diplomasi yang sering kabur moralnya, suara yang menggema dari Banjarmasin hari ini adalah pengingat: bahwa solidaritas bukanlah slogan, dan perjuangan melawan penjajahan bukan sekadar kenangan masa lalu. Itu adalah kewajiban konstitusional dan nurani sebagaimana diucapkan dengan lantang oleh ribuan warga yang menolak lupa, di bawah matahari Kalimantan yang menyala. (Stany)