LEBIH dari 10 ormas Islam Indonesia – antara lain Dewan Masjid, GP Ansor, PBNU, Muhammadiyah dan Majelis Ulama Indonesia – menegaskan penolakan terhadap Negara Islam Irak dan Suriah atau ISIS.
Mereka menyatakan ideologi ISIS bukan ideologi Islam dan ‘radikal’, seperti dilaporkan wartawan BBC Indonesia, Christine Franciska.
Imam Besar Masjid Istiqlal, Ali Musthafa Ya’qub, mengatakan pembunuhan terhadap sesama muslim dan atas non-muslim yang terjadi di sana juga tidak bisa dibenarkan.
“Kita menghimbau pada semua komponen bangsa, khususnya ormas Islam dan para ulama, untuk membentengi umat dari paham-paham ISIS,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (06/08).
“Paham radikal seperti ini selalu mencari mangsa, yang direkrut adalah anak-anak muda yang semangat ke-Islaman-nya tinggi tetapi pengetahuan agamanya rendah.”
Pendekatan persuasif
Seruan ini dikeluarkan dua hari setelah pemerintah secara resmi menolak ISIS atau yang kini dikenal dengan Daulah Islamiyah dan melarang pengembangan ideologinya di Indonesia.
Khatib Syuriah Pengurus Besar Nadlatul Ulama (PBNU), Masdar F Masudi, dalam kesempatan yang sama mengatakan pemerintah harus berupaya lebih keras untuk menangkal ideologi ini.
Pemerintah seharusnya tidak hanya melarang tetapi juga melakukan pendekatan-pendekatan baru untuk melindungi warga dari paham radikal itu.
“Pendekatan represif (terhadap terorisme) yang dilakukan lebih dari selama lebih satu dekade itu gagal, karena timbulnya ya terorisme-terorisme lagi,” katanya.
“Karena itu, daripada kita juga menimbulkan banyak korban lagi, maka pendekatan represif bukan pilihan, tetapi harus pendekatan persuasif di masjid-masjid yang jumlahnya ratusan ribu.”
Masih mendukung
Namun di tengah gelombang penolakan terhadap ISIS ini, sejumlah warga masih percaya dengan konsep kekhalifahan yang ditawarkan kelompok militan itu.
Di Solo, misalnya, deklarasi dukungan sudah dilakukan pada pertengahan bulan Ramadan lalu di Masjid Baitul Makmur Solo Baru.
“Kalau kita tidak bisa melaksanakan (kekhlifahan) di Indonesia namun ada di tempat lain maka kita bisa mendukungnya,” kata Penasehat Forum Pendukung Daulah Islamiyah, Ustadz Afif Abdul Majid, yang secara terbuka mendukung ISIS, kepada pembantu lepas BBC Indonesia di Solo, Fajar Sodiq.
“Kenapa kita mau mendukung Daulah Islamiyah, karena diperintahkan oleh Allah. Dengan dukungan itu, diharapkan Allah memberikan keridhoan kepada kita.”
Penasehat Forum Pendukung Daulah Islamiyah di Indonesia, Ustadz Afif Abdul Majid, yang tinggal di Ngruki, Cemani, Sukoharjo, mengaku berbaiat saat Daulah Islamiyah masih bernama ISIS di Suriah.
Ia berbaiat bersama dengan seorang teman lain dari Indonesia. Mereka masuk ke Suriah melalui negara Turki secara gelap.
“Saya tidak bersama teman-teman rombongan kemanusiaan. Saat itu saya menggunakan visa turis, pada bulan Desember, “katanya.
Sebelum pembaitan, dia mendapat syariah, daurah akidah dan daurah dasar-dasar militer. Penjelasan daurah itu dilakukan selama 20 hari.
“Setelah itu kami bersama teman-teman dari Maroko, Tunisia, Libia, Mesir, Yaman, Saudi Arabia dan Kuwait, yang semuanya berjumlah 50-60 orang dibaiat oleh perwakilan majelis ISIS. Jadi bukan Abu Umar Al-Baghdadi yang membaiat kami,” urainya.
Pro-kontra tentang paham ISIS hangat dibicarakan selama beberapa pekan terakhir, seiring munculnya video di Youtube yang mengajak warga Indonesia bergabung dengan ISIS.
Aksi dukungan kepada kelompok militan tersebut juga sudah terjadi di sejumlah daerah seperti Bekasi, Malang, Solo, dan Bima. (BBC)