Optimalisasi Lahan Rawa Lebak Di Batola Kebijakan Cerdas

Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS HM, Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor, Mentan, Andi Amran Sulaiman, Menko Perekonomian, Darmin Nasution, melakukan panen raya lahan rawa lebak pada HPS Ke-38 Tahun 2018 di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.
Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS HM, Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor, Mentan, Andi Amran Sulaiman, Menko Perekonomian, Darmin Nasution, melakukan panen raya lahan rawa lebak pada HPS Ke-38 Tahun 2018 di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.

Paman Birin : Laksana Membangunkan Raksasa Yang Lagi Tidur

Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS HM, Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor, Mentan, Andi Amran Sulaiman, Menko Perekonomian, Darmin Nasution, melakukan panen raya lahan rawa lebak pada HPS Ke-38 Tahun 2018 di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.
Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS HM, Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor, Mentan, Andi Amran Sulaiman, Menko Perekonomian, Darmin Nasution, melakukan panen raya lahan rawa lebak pada HPS Ke-38 Tahun 2018 di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Provinsi Kalimantan Selatan.

DESA Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala (Batola), Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel), menjadi perhatian nasional maupun internasional. Karena, pada tahun 2018 ini menjadi tempat diadakannya Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) Ke-38.

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, menghadiri Pembukaan Peringatan HPS Ke-38 itu di Batola, didampingi Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman, Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, dan Perwakilan FAO, Stephen Rudgards.

Menko Perekonomian menilai kebijakan pihak Kementerian Pertanian (Kementan) yang menerapkan Optimalisasi Lahan Rawa Lebak dan Pasang Surut di berbagai daerah potensial merupakan langkah cerdas. “Ini kebijakan cerdas dan strategis serta merupakan langkah besar untuk bangsa Indonesia sekaligus untuk menjawab pesatnya pertumbuhan penduduk dan penurunan lahan pertanian karena oppurtunity cost yang berubah. Kita salah jika tidak meneruskan dan meningkatkan program ini,” katanya di sela-sela melakukan panen perdana di hamparan lahan rawa jenis Inpara di areal 750 hektar di Desa Jejangkit Muara. Menko Perekonomian pun menegaskan komitmennya untuk melanjutkan program pemanfaatan lahan rawa lebak ini.

Kementan menggelar puncak peringatan HPS ke-38 tahun 2018 di tengah lahan rawa yang dimanfaatkan sebagai lahan pertanian produktif di Kalsel. Hal ini dilakukan sekaligus untuk meneguhkan komitmen Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pangan melalui peningkatan produktivitas pertanian dan praktek pertanian berkelanjutan.

Sebelumnya, Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, di acara bertemakan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak Dan Pasang Surut Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045 itu menyatakan, keberhasilan konversi lahan di Jejangkit merupakan pembuktian sekaligus harapan baru dan juga solusi bagi masa depan pangan Indonesia. “Kita punya lebih 10 juta hektar lahan rawa yang bisa dimanfaatkan untuk lahan pangan. Jika dikelola dengan baik, nilainya bisa 1.000 hingga 2.000 triliun untuk pendapatan petani,” katanya.

Menteri Pertanian menambahkan, tujuan pengembangan lahan rawa lebak di Kalsel ini merupakan solusi permanen saat musim kemarau di mana di wilayah lain sedang kemarau justru di lahan rawa lebak seperti di Jejangkit ini tetap akan bisa panen.

Seirama dengan Menko Perekonomian, Perwakilan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) untuk Indonesia, Stephen Rugards, menegaskan, apa yang dilakukan di Jejangkit ini merupakan komitmen yang memiliki prospek besar untuk menjamin ketahanan pangan di masa depan.

Sebelumnya, Paman Birin – panggilan akrab Gubernur Kalsel, H Sahbirin Noor – mengatakan, Kalsel memiliki lahan rawa yang sangat luas serta potensial untuk dimanfaatkan karena banyak lahan yang tidak tergarap. Dengan adanya program pengembangan optimalisasi lahan rawa lebak ini dinilai gubernur, laksana membangunkan raksasa yang sedang tidur karena luasnya lahan tidur yang tidak tergarap.

Ketua DPR RI, Bambang Soesatyo, menyatakan, melihat perkembangan program yang dilaksanakan ini maka pihak DPR tentunya tidak memiliki pilihan selain harus mendukung kebijakan yang telah diterapkan Kementan dalam upaya pengembangan pertanian menuju swasembada pangan Indonesia. “Melihat kenyataan ini, saya bersama rekan-rekan yang turut hadir tentunya akan mendukung. Kami akan dukung penuh anggaran terhadap program ini maupun terkait regulasinya,” katanya.

Puncak peringatan HPS ke-38 di Desa Jejangkit Muara, Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Batola, Provinsi Kalsel, ini dirangkai dengan pencanangan Optimalisasi Pemanfaatan Lahan Rawa Lebak Dan Pasang Surut Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia 2045 yang ditandai dengan penekanan tombol, peninjauan lokasi lahan pangan dan mina padi, serta dilanjutkan pelaksanaan panen raya lahan rawa lebak secara simbolis oleh Menko Perekonomian, Mentan, Ketua DPR, Perwakilan FAO, Gubernur Kalsel, Bupati Batola, Hj Noormiliyani AS HM, para delegasi negara, serta undangan.

Peringatan HPS ke-38 yang berlangsung sukses, dan pengembangan lahan pertanian rawa menjadi lahan pertanian produktif dinilai berhasil. “Saya sangat senang dari hasil uji coba pengembangan rawa di Jejangkit Muara ini. Inovasi ini akan mampu memberikan terobosan baru untuk ketersediaan pangan Indonesia,” kata Andi Amran Sulaiman.

Pengembangan lahan pertanian rawa di Jejangkit yang mengangkat tema utama Pemanfaatan Lahan Rawa ini, menurut menteri, akan berhasil membangun potensi rawa menjadi lahan pertanian produktif sekaligus sebagai solusi mengatasi situasi pada saat di Pulau Jawa tengah paceklik. “Yang kita inginkan di sini ada solusi baru untuk pangan Indonesia. Kami bangun lahan rawa di sini. Ini pesan terpenting dari pelaksanaan Hari Pangan Sedunia tahun ini,” katanya.

Menteri Pertanian menerangkan, lahan rawa sebagai solusi baru ini ternyata bisa menghasilkan pangan terutama beras pada musim paceklik. Karena biasanya di Pulau Jawa pada bulan November, Desember dan Januari terjadi paceklik dapat teratasi dengan pola pertanian rawa ini. Pengembangan lahan rawa di Jejangkit menjadi lahan produktif padi seluas 4.000 hektar dan 750 hektar di antaranya sudah ditanami padi bahkan dipanen pada puncak peringan HPS ke-38 tahun 2018.

Amran mengatakan, pemanfaatan lahan rawa dilakukan secara berkelanjutan untuk menghasilkan komoditas pangan strategis terutama beras. Saat ini pihak Kementan juga telah menyusun berbagai pendukung agar pengelolaan lahan rawa ini terus berkelanjutan. “Ada 241 regulasi pertanian telah dicabut yang dinilai menghambat percepatan produksi pangan,” katanya sembari mencontohkah, salah satu regulasi yang dicabut itu terkait yang tadinya sistem tender menjadi penunjukan langsung sehingga bantuan bisa diturunkan ke petani secara cepat.

Dengan adanya solusi baru ini, Mentan optimis, persoalan kekurangan pangan Indonesia ke depan dapat teratasi sepanjang lahan-lahan rawa yang ada bisa dioptimalkan dengan pola tanam seperti yang diterapkan di Desa Jejangkit Muara ini.

Dikatakan, ada 5 provinsi di Indonesia yang memiliki potensi rawa dengan luas sekiar 10 juta hektar. Saat ini baru dikembangkan di Selatan-Selatan (Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan).

Ditambahkan Mentan Amran bahwa saat ini pihaknya telah mengembangkan 50 ribu hektar lahan rawa. Sedangkan untuk Kalsel telah ditawarkan pengembangan seluas 100 ribu hektar. (Tim)