FAKTA – Martapura Senin 29 September 2025
Di Aula Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, Jalan Sekumpul Ujung, Desa Bincau, Martapura Senin pagi inj (29/9/2025), puluhan pengawas, kepala sekolah, dan guru-guri dari berbagai SMP se-Kabupaten Banjar duduk berjajar. Tak ada sorak sorai, tapi atmosfer serius segera terasa ketika Ajidin Nor, M.M.Pd, Kepala Bidang Pembinaan SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Banjar, membuka kegiatan Pelatihan Pembelajaran Mendalam.
Bukan sekadar seremoni, pelatihan ini menjadi momentum penting. Betapa tidak, di hadapan para pendidik, Ajidin menekankan bahwa kualitas pembelajaran tak lagi cukup diukur dari hafalan semata. “Yang kita dorong adalah cara berpikir. Guru tidak cukup mengajar, mereka harus menumbuhkan daya pikir murid agar berani mencoba, gagal, lalu bangkit lagi,” tegasnya.
Nada serupa disuarakan Dr. Wasimin, S.Pd, M.Pd, Kepala Balai Guru dan Tenaga Kependidikan Kalsel. Ia menambahkan, guru-guru se Kabupaten Banjar mesti siap dengan “era mindset baru” yang tidak hanya menarget nilai, melainkan juga karakter, kolaborasi, hingga kreativitas.
Modul Pola Pikir Bertumbuh, Senjata Baru Guru
Para peserta menerima modul resmi dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah: “Pola Pikir Bertumbuh”. Materi ini bukan sekadar teori motivasi, melainkan hasil riset global. Data PISA 2018 mencatat Indonesia termasuk tiga negara terbawah dengan siswa yang memiliki growth mindset (hanya 29%).
Isi modul itu gamblang murid dengan pola pikir tetap akan mudah menyerah, sedangkan pola pikir bertumbuh melatih mereka melihat kegagalan sebagai peluang belajar. Guru didorong meninggalkan pujian semu seperti “kamu pintar sekali,” dan menggantinya dengan “strategimu tepat, terus berlatih.”
Lebih dari itu, konsep ini menuntut pergeseran budaya sekolah
- Dari target nilai menuju target pembelajaran.
- Dari kompetisi antar siswa menjadi kolaborasi antar siswa.
- Dari pujian pribadi kepada siswa menjadi apresiasi proses belajaf siswa.
- Dari kecepatan belajar siswa menjadi ketekunan belajar.
Investigasi, Siapkah Sekolah Menengah Pertama se Kabupaten Banjar Menghadapi Revolusi Mindset?
Pertanyaannya, apakah pelatihan sehari cukup untuk mengubah wajah pendidikan Banjar? Fakta di lapangan menunjukkan guru kerap terjebak dalam beban administrasi, kurikulum yang padat, hingga tekanan orang tua yang mengejar nilai ujian.
Bahkan, beberapa kepala sekolah yang ditemui Fakta mengaku, tantangan terbesar justru datang dari kultur lama baik di kalangan guru maupun masyarakat. “Kalau murid nilainya jelek, guru yang dipersalahkan. Padahal justru dalam proses gagal-bangkit itulah pembelajaran sejati,” ujar seorang kepala SMP negeri di Martapura yang enggan disebut namanya.
Di sinilah kritik tajam muncul. Pelatihan seperti ini rawan berhenti pada tataran ceramah dan modul PDF yang manis. Tanpa follow up serius, coaching, dan evaluasi mendalam, maka jargon growth mindset hanya jadi slogan di spanduk acara.
Antara Harapan dan Realita
Modul Pola Pikir Bertumbuh juga menarget delapan profil lulusan beriman, berkarakter warga negara, kreatif, kritis, kolaboratif, mandiri, sehat, dan komunikatif.
Namun, Fakta menyoroti satu ironi di tengah ambisi mencetak generasi yang kritis, sistem pendidikan Sekolah Menengah Pertama di Kabupaten Banjar masih sering mengekang ruang dialog di kelas. Guru dituntut mengejar materi, bukan memfasilitasi diskusi. Padahal, tanpa kebebasan berpikir, mustahil lahir murid dengan mindset bertumbuh.
Momentum yang Jangan Terlewat.
Pelatihan hari ini boleh jadi hanya satu titik kecil. Tetapi bila benar-benar diikuti dengan pembentukan komunitas belajar, dukungan kebijakan, dan perubahan kultur di sekolah, maka Kabupaten Banjar bisa menjadi pionir pendidikan berbasis growth mindset di Kalimantan Selatan.
Namun, jika tidak, ia akan berakhir seperti banyak proyek pelatihan lain ramai di pembukaan, senyap di pelaksanaan, dan nihil dampak nyata. (Stany)