
KECAMATAN Margomulyo adalah satu dari dua puluh delapan kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Provinsi Jawa Timur, yang masih kental kultur budaya gotong royongnya (‘sambatan/sayan’) dan yang memiliki adat ‘SAMIN’.
Camat Margomulyo, Kasmari STTP, didampingi Sekcam Sudarta SH MM menjelaskan bahwa kerukunan dan kegotongroyongan di wilayahnya adalah tradisi dari nenek-moyang atau pendahulu di Margomulyo, sehingga walau pola hidupnya sederhana namun kedamaian terwujud. “Tanpa harus selalu dihimbau atau menghimbau, mereka penuh kesadaran dan faham. Termasuk bayar pajak juga tidak pernah nunggak atau ‘nyantol’ di ‘ndok-en petugas/rayon. Walau demikian bukan berarti pejabat yang diberi tanggung jawab berbuat ‘sembrono’. Di sini sudah sejak lama bertani dengan pupuk organik (kotoran sapi dan kotoran ayam), karena mereka tahu tingkat kesuburan tanah bila menggunakan pupuk/rabuk alami. Dan juga tidak usah gembar-gembor. Potensi hasil pertanian yang utama adalah jagung. Walau berbatasan dengan Kabupaten Ngawi, barat bengawan Kabupaten Blora, tenggara berbatasan dengan Kabupaten Madiun, Alhamdulillah tetep mituhu/eksis budaya leluhur mereka yakni pakem ‘SAMIN’/keluguan/kejujuran,” urai Camat Kasmari STTP.
“Maaf ya, sampean (Ekopurnomo dari Majalah FAKTA) sendiri faham, ini kami (Camat) sudah ditunggu, silahkan lanjutkan dengan Pak Sekcam ya. Termasuk kalau ke SPR (Sekolah Peternakan Rakyat). Untuk diketahui saja bahwa di sini dusunnya ada 41, desanya ada 6, jarak antar dusun dalam satu desa ada yang hingga 15 km,” pungkas Camat Margomulyo.
Sekcam Margomulyo, Sudarta SH MM, didampingi 2 staf yakni Bambang Sutrisno (putra pemangku adat ‘SAMIN’) dan Darmaji menambahkan bahwa
kondisinya secara geografis memang medan jalannya naik-turun antar dusun atau pedukuhannya jauh-jauh. Desanya ada 6 yaitu Margomulyo, Sumberjo, Ngelo, Meduri, Geneng, Kalangan. ‘’Memang, tingkat kerukunan, kebersamaan, kedamaian di sini mungkin tak perlu diceritakan lagi-lah, ya beginilah Mas Eko (panggilan Wartawan Majalah FAKTA), jauh-jauh dari Bojonegoro-Margomulyo tahu sendiri, disiplin, guyup. Begitu ‘ngundang’ Pak Camat pasti ‘tet’, di undangan tertera jam 09.00 ya jam 09.00 harus hadir, atau sebelumnya malah lebih bagus. Pemahaman ‘ing ngarso sung tuladha’. Untuk liputan SPR lain waktu saja ya kalau kita sudah koordinasi dengan petugas peternakannya, kita ketemu Pak Mariyanto. Dan, soal pelayanan KTP, petugas kecamatan masih sebatas perekaman, ini masih masa transisi petugas operatornya, tunggu instruksi dari kabupaten,’’ pungkas mantan Dinas Penerangan era 1990-an ini. (F.463)